Liga 1 2020: Momen Apparel Lokal dan Buatan Sendiri Unjuk Gigi

29 Februari 2020 7:22 WIB

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Pemain Persija Jakarta Marco Simic pada peluncuran tim dan kostum Persija Jakarta untuk Liga 1 musim 2020 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/ Kurniawan/.
Pemain Persija Jakarta Marco Simic pada peluncuran tim dan kostum Persija Jakarta untuk Liga 1 musim 2020 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
ADVERTISEMENT

Fenomena menarik tersaji dalam setiap jersi yang dikenakan oleh para peserta klub Liga 1 2020. Tampak bahwa ada satu kecenderungan yang sama di situ: apparel lokal dan buatan sendiri begitu mendominasi.

ADVERTISEMENT

Tidak seperti musim-musim sebelumnya, dalam gelaran Liga 1 2020 ini, tim-tim lebih memilih untuk memercayakan apparel mereka kepada produk lokal atau produk buatan sendiri. Mereka mulai jarang mengenakan apparel asing.

Tercatat, dari 18 klub yang berkontestasi di Liga 1 2020, hanya PSM Makassar saja yang mengenakan apparel asing, yakni Umbro. Sisanya mengenakan apparel lokal. Malah, ada beberapa di antaranya yang mengenakan apparel buatan sendiri.

Kenapa fenomena ini bisa terjadi? Apakah itu sekadar tren semata, atau ada maksud lain di baliknya?

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Suasana launching Liga 1 2020 di Fairmont Hotel, Senin (24/2/2020). Foto: Sandy Firdaus/kumparan

Geliat Penggunaan Apparel Lokal dan Buatan Sendiri di Indonesia

Sejak tahun 2017 silam, atau tahun awal penyelenggaran kompetisi sepak bola di Indonesia pasca pembekuan PSSI, apparel lokal mulai mendapatkan tempat di hati klub-klub peserta Liga 1.

ADVERTISEMENT

Tercatat, apparel macam Maniak Baju Bola (MBB), Calci, Sportama, Specs, dan League, mulai digunakan oleh klub-klub Liga 1. Mereka berani bersaing dengan apparel asing seperti Joma, Kelme, Lotto, hingga Mizuno.

Memasuki musim 2018, apparel lokal tetap mampu bertahan. Malah, mereka semakin mendapatkan tempat. Puncaknya, pada musim 2019, apparel lokal menggeser dominasi apparel asing di Liga 1. Hanya tersisa Umbro dan Lotto.

Khusus untuk 2020 ini, total 8 tim mengenakan apparel lokal. MBB menjadi apparel lokal yang paling dominan. Ia dipakai oleh tiga klub, yakni Persik, Persiraja, dan Madura United.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Para pemain Persik Kediri saat launching klub sepak bola Persik Kediri di Stadion Brawijaya, Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (23/2) malam. Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Selain MBB, ada Riors yang dipakai oleh Borneo FC dan PSIS Semarang. Specs pun cuma digunakan oleh dua tim, yaitu Persipura dan Bhayangkara FC. DJ Sport, sementara itu, jadi apparel pilihan Tira-Persikabo.

ADVERTISEMENT

Sedangkan 9 tim yang lain, mereka mengenakan apparel buatan sendiri. Ada nama Persebaya yang mengenakan Aza. Langkah dari Persebaya ini diikuti juga oleh Arema FC (Singo Edan), Barito Putera (H), serta Persela (Octagon).

Selain keempat klub di atas, lima klub lain yang mengenakan apparel buatan sendiri adalah Persib(Sportama), Persita, Bali United, Persija (Juara), serta PSS (Sembada).

Apparel lokal dan buatan sendiri ini tentu menambah khazanah penggunaan apparel di Indonesia. Ini jadi bukti bahwa kini, apparel lokal dan buatan sendiri sudah mulai diakui. Lalu, apa yang bisa didapat klub dengan memakai apparel lokal dan buatan sendiri ini?

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Jersi Persib Bandung untuk Liga 1 2020. Foto: Dok. Media Persib

Apparel Lokal dan Buatan Sendiri, Pendapatan yang Lebih Besar

Dengan menggunakan apparel lokal dan buatan sendiri, maka klub kemungkinan akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Mereka juga bisa menekan biaya produksi.

ADVERTISEMENT

Bukan cuma itu, dengan menggunakan apparel lokal dan buatan sendiri, mereka bisa meraih untung dari penjualan setiap merchandise klub. Suporter juga tidak akan kesulitan dalam membeli jersi dan pernak-pernik klub.

Apa sebabnya? Penggunaan apparel lokal dan buatan sendiri ini dapat menekan harga jual merchandise kepada suporter. Dewasa ini, sudah mulai timbul kesadaran dalam diri suporter untuk membeli merchandise klub yang asli.

Nah, lazimnya, biaya jual jersi dengan apparel luar negeri mencapai angka kurang lebih Rp 500.000. Itu belum termasuk biaya pernak-pernik klub yang juga tidak kalah mahalnya.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Desain jersi Bali United untuk Liga 1 2020. Foto: Dok. LIB

Dengan memakai apparel lokal dan buatan sendiri, maka suporter dapat membeli merchandise klub tanpa perlu khawatir merogoh kocek dalam. Mereka bisa mendukung klub tanpa perlu khawatir dompet jadi tipis.

ADVERTISEMENT

Segala keuntungan inilah yang membuat apparel lokal dan buatan sendiri, perlahan, mulai dilirik oleh klub-klub di Indonesia, Bagi apparel lokal sendiri, geliat ini jadi sesuatu yang positif dalam rangka perkembangan apparel asli Indonesia.

***

Liga 1 2020 boleh jadi panggung bagi apparel lokal dan buatan sendiri untuk berjaya. Namun, bukan berarti apparel-apparel tersebut harus menurunkan kualitas mereka.

Bagaimanapun, teknologi yang disajikan oleh apparel-apparel luar negeri belum dimiliki apparel lokal atau buatan sendiri. Alhasil, ke depannya, peningkatan kualitas wajib dilakukan oleh apparel lokal dan buatan sendiri tersebut.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Suasana launching Liga 1 2020 di Fairmont Hotel, Senin (24/2/2020). Foto: Sandy Firdaus/kumparan

Jika itu sudah dilakukan, kelak, apparel lokal dan buatan sendiri akan semakin diakui. Bukan tidak mungkin, selain di Liga 1, apparel lokal dan buatan sendiri ini juga kelak akan menghiasi Timnas Indonesia.

ADVERTISEMENT