Jalan Terang Kai Havertz

3 Juni 2020 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Di usia 20 tahun, Kai Havertz sudah terbang tinggi. Foto: Stuart FRANKLIN/POOL/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Di usia 20 tahun, Kai Havertz sudah terbang tinggi. Foto: Stuart FRANKLIN/POOL/AFP
Hidup bukan catur tetapi langkah pertama kerap memengaruhi capaian mendatang. Maka, kata orang tuamu, jangan salah ambil langkah, dan Kai Havertz sama sekali tak salah. Itulah kenapa dia sangat berutang kepada orang tuanya, terutama sang kakek.
Lahir pada 11 Juni 1999, Havertz kecil tinggal di sebuah desa bernama Mariadorf, Jerman. Kira-kira terletak di bagian utara Aachen bila kamu lihat pada peta.
Hampir semua anggota keluarga yang tinggal bersamanya di sana gila sepak bola. Tak sekali-dua ayahnya mengajak dia menonton pertandingan. Saudara laki-lakinya lain lagi, dia adalah kawan Havertz bermain bola.
Iklim seperti itu yang bikin Havertz dengan cepat memutuskan ingin menjadi pesepak bola. Namun, untuk semuanya, sang kakek bernama Richard adalah yang paling berpengaruh atas langkah pertama Havertz.
"Dia membantuku mengambil langkah pertama. Saudara dan ayah saya juga ambil sedikit bagian atas keputusan saya bermain sejak dini. Semuanya gila bola. Kami adalah keluarga sepak bola," kenang Havertz, dilansir laman Bundesliga.
Langkah pertama yang Havertz maksud adalah keputusannya bergabung dengan Alemannia Mariadorf. Waktu itu ia masih bocah, 4 tahun. Tentu saja Havertz punya bakat, tetapi tak banyak bocah seusia itu yang sudah gabung sebuah akademi.
Rupanya, ada andil sang kakek di sana. Kakeknya adalah ketua Mariadorf dan dia tahu betul apa yang dibutuhkan cucunya. Di Mariadorf, Havertz dijejali banyak sekali dasar sepak bola, sebab langkah pertama adalah yang terpenting.
Setelahnya yang lain mengikuti. Pada 2009, di usia ke-10 tahun, dia bergabung dengan tim muda Alemannia Aachen yang waktu itu bermain di Bundesliga 2. Setahun berselang, Bayer Leverkusen datang meminangnya.
Havertz lalu menjalani debut di Bundesliga pada 2016, menjadi pencetak gol termuda saat mencetak gol debutnya, menjadi pemain termuda yang mencapai 100 laga, hingga yang terbaru: Pemain termuda yang bikin 35 gol di Bundesliga.
Aksi Kai Havertz saat melawan Gladbach. Foto: INA FASSBENDER/POOL/AFP
Andai Havertz tak memulai sepak bola pada usia 4 tahun, mungkin saja sederet catatan itu tak dia peroleh. Bisa jadi pula Havertz tak bakal mencapainya kalau kakeknya tadi tidak membantunya mengambil langkah pertama.
Havertz sendiri memang sangat erat dan bahkan berutang dengan hal-hal yang disebut 'pertama'. Selain langkah awal dan sederet rekornya, salah satu kelebihan utama Havertz juga amat berkaitan dengan hal tersebut.
***
Legenda Leverkusen dan Timnas Jerman, Rudi Voeller, menggambarkan Havertz begini saat pertama kali melihat dia bermain. "Dia mengingatkanku akan Mesut Oezil dalam hal gaya permainan," ujarnya, dilansir Welt.
Voeller tak salah karena seperti itulah Havertz mula-mula. Apalagi posisi alaminya serupa: Gelandang serang. Yang menonjol kala itu pun benar-benar seperti Oezil, yakni akurasi operan dan kemampuan Havertz merancang serangan.
Oh, satu lagi, keduanya sama-sama pemain kidal. Lengkap.
Perlu diingat pula bahwa Havertz memang menjadikan Oezil sebagai role model. "Bisa dibilang dia panutanku. Aku pikir gaya bermain kami memang sama dan itulah kenapa aku banyak belajar tiap kali dia bermain," tutur Havertz.
Leverkusen waktu itu masih dikomandoi Roger Schmidt. Bersama Schmidt, umpan diagonal dan terobosan-terobosan ke pertahanan lawan kerap terlihat. Gaya macam itu masih dipertahankan saat Heiko Herrlich menjabat.
Dari situ kemiripan Havertz dan Oezil kian kentara. Simaklah assist-nya untuk Leon Bailey kala Leverkusen melawan Hannover pada akhir 2017. Dari tengah lapangan, dia melepaskan terobosan yang membelah pertahanan Hannover.
Itu adalah satu dari 9 assist yang Havertz catatkan pada ajang Bundesliga musim tersebut. Musim sebelumnya, dia bikin 5 assist yang artinya sudah 14 assist dia bikin dalam usia yang bahkan belum 20 tahun.
Pelatih Bayer Leverkusen, Peter Bosz. Foto: SASCHA SCHUERMANN / AFP
Pada 2018-19, Herrlich masih menjabat sebagai pelatih Havertz dan kolega tetapi hanya sampai akhir 2018. Petr Bosz lantas menggantikannya. Bersama nakhoda asal Belanda ini, nyatanya, Havertz bukan sekadar juru assist.
Bosz memaksimalkan kemampuan lain yang Havertz miliki, yakni versality. Hingga 2018-19 tuntas, dia telah memainkan Havertz pada empat posisi berbeda: Gelandang serang, gelandang tengah, sayap kiri, dan sayap kanan.
Keserbagunaan itu muncul karena pemahaman terhadap ruang yang bagus dari Havertz. Kebetulan, Bosz yang seorang Belanda adalah pelatih yang begitu memaksimalkan ruang dalam taktiknya. Tak ayal kalau Havertz amat berkembang.
Pemahaman akan ruang ini pula yang bikin Bosz beberapa kali mencoba Havertz sebagai nomor 9 pada 2019-20. Bahwa Havertz tampil tajam di posisi itu, adalah karena pengambilan keputusannya yang cepat dan tepat, terutama di sentuhan pertama.
Sentuhan pertama tersebut salah satunya mewujud pada tembakan first time Havertz. Sebanyak 8 dari 11 golnya di Bundesliga musim ini bahkan berawal dari cara itu, termasuk gol ke gawang Werder Bremen pada pekan ke-29.
Sebelum lawan mengejar dan kiper datang menghadang pergerakannya, Havertz langsung melepaskan sepakan yang sebetulnya terbilang lemah, tetapi cukup untuk menjadi gol kemenangan 1-0 Leverkusen.
Dari sini masuk akal apabila lawan kerap menekan Havertz secara agresif sejak sebelum dia menerima bola. Alhasil, paradoks terjadi: Havertz malah menjadi salah satu pemain dengan sentuhan pertama gagal yang tinggi di Bundesliga (3,3 per laga).
***
Havertz sudah menjadi bintang di usia yang baru akan menginjak 21 tahun. Namun, dia jelas masih akan terus berkembang. Lagi pula, seperti kata Jonathan Tah, rekan setimnya, kemampuan Havertz tiada batas.
2016 hingga 2017 kamu mengenal Havertz sebagai pengumpan ulung seperti Oezil. Pada 2018, kamu tahu bahwa Havertz versatile. Musim lalu hingga sekarang, dia malah menunjukkan ketajaman yang tak dikira orang-orang.
"Bakatnya tak terbatas. Tapi seperti yang dibilang banyak orang, kamu tak cuma butuh bakat, tetapi juga kerja keras. Kalau dia terus bekerja keras dan tak pernah merasa puas, dia bisa mencapai puncak tertinggi," kata Tah kepada DAZN Podcast.
Tim-tim besar menanti tanda tangan Havertz. Manchester United, Liverpool, Chelsea, Arsenal, Real Madrid, Barcelona, hingga Bayern Muenchen adalah sederet yang belakangan disebut-sebut tertarik mendatangkannya.
Barangkali Havertz tinggal memilih. Namun, pilihan itu harus tepat seperti langkahnya pada awal karier atau tiap-tiap sentuhan pertamanya kala bertanding, sebab itulah yang kelak menentukan bakal seperti apa dirinya.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!