Tentang Rencana Pemerintah Menghapus BBM Premium dan Pertalite

27 Juni 2020 7:54 WIB

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Premium di SPBU Pertamina Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Premium di SPBU Pertamina Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT

Sejak pekan lalu, beredar kabar bahwa PT Pertamina (Persero) akan menghapus BBM jenis Premium dan Pertalite. Sebab, Menteri BUMN Erick Thohir meminta Pertamina mengurangi jumlah produk BBM yang dikeluarkan perusahaan. Erick menilai produk BBM yang dijual ke masyarakat terlalu banyak.

ADVERTISEMENT

Komisi VII DPR RI pun menanyakan hal ini kepada Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam Rapat Dengar Pendapat hari ini, Kamis (25/6). Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Demokrat, Sartono Hutomo, menilai langkah tersebut bakal mengejutkan masyarakat.

Arifin Tasrif membenarkan adanya rencana untuk menghapus kedua produk BBM tersebut. Ia mengatakan, pemerintah akan lebih fokus untuk penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.

"Terkait Premium dan Pertalite, ke depan memang akan ada penggantian menggunakan energi yang lebih bersih untuk meringankan beban lingkungan," ujarnya dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (25/6).

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif hadiri rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (27/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Premium dan Pertalite Tak Sesuai Aturan Kementerian LHK

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, produk BBM yang akan dikurangi akan mengacu pada aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yaitu mengenai pembatasan Research Octane Number (RON) atau oktan BBM yang dipakai.

ADVERTISEMENT

"Jadi ada regulasi KLHK yang menetapkan bahwa untuk menjaga polusi udara ada batasan di RON berapa, di kadar emisi berapa. Jadi nanti yang kita prioritaskan produk yang ramah lingkungan," kata dia dalam diskusi bersama Rakyat Merdeka secara daring, Senin (15/6).

Nicke mengatakan, saat ini perusahaan tengah berkoordinasi dengan pemerintah terkait produk BBM mana saja yang mau dihapus. Meski tak menyebut produknya, dia menekankan akan mendorong masyarakat menggunakan BBM yang ramah lingkungan.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan

Selain itu, dengan mengurangi produk BBM, perusahaan juga bisa memudahkan distribusi ke berbagai daerah. Biaya penyaluran bisa berkurang, jadi harga BBM pun bisa lebih murah.

Dalam catatan kumparan, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20 Tahun 2017, Indonesia sudah harus mengadopsi kendaraan dengan BBM berstandar Euro 4 sejak 10 Maret 2017.

ADVERTISEMENT

BBM yang memenuhi standar Euro 4 yakni bensin dengan RON di atas 91 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm. Sedangkan untuk produk diesel, minimal Cetane Number (CN) 51 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm.

Dalam produk Pertamina, BBM yang berada di bawah RON 91 ada Pertalite dengan RON 90, Premium RON 88, dan Solar yang memiliki Cetane Number (CN) 48. Jika berpatokan pada aturan tersebut, maka Premium, Pertalite, dan Solar tak sesuai standar karena masih di bawah Euro 4.

Penghapusan Premium Sudah Diusulkan 5,5 Tahun Lalu

Lebih dari 5 tahun lalu, tepatnya pada 23 Desember 2014, Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang diketuai Faisal Basri pernah merekomendasikan agar impor BBM jenis RON 88 atau Premium dihentikan.

ADVERTISEMENT

"Sesuai rekomendasi Tim, intinya premium RON 88 itu dihapus, hilang, tidak lagi dijual di SPBU. Buat apa? Di market hanya ada RON 92 ke atas," tegas Faisal.

Alasannya, sudah hampir tak ada lagi negara di dunia ini yang memproduksi bensin RON 88. Selama ini, Pertamina mengimpor bensin RON 92 untuk diturunkan kualitasnya menjadi RON 88. Caranya dengan mencampur BBM RON 92 dengan naphta sehingga menjadi RON 88. Hal ini membuat harga keekonomian Premium jadi tinggi.

Show more

Sebelum 2015, Premium termasuk BBM bersubsidi. Tingginya harga keekonomian Premium membuat anggaran subsidi menjadi besar. Karena itu, Tim Reformasi Migas pada waktu itu merekomendasikan agar BBM bersubsidi diubah menjadi RON 92 alias Pertamax.

ADVERTISEMENT

Namun, pemerintah belum bisa menghapus Premium karena kilang-kilang Pertamina belum siap untuk mengganti Premium dengan Pertamax. Premium baru bisa dihapus setelah Pertamina menyelesaikan 4 proyek modifikasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) dan pembangunan 2 kilang baru (Grass Root Refinery/GRR).