Sri Mulyani Curhat soal Sulitnya Buat Kebijakan di Tengah Pandemi

4 Juli 2020 20:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan saat konferensi pers terkait dampak virus corona di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan saat konferensi pers terkait dampak virus corona di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui banyaknya konflik kepentingan saat ingin mengambil kebijakan di tengah pandemi virus corona. Namun menurutnya, hal itu bagian dari aspirasi masyarakat yang perlu didengarkan.
ADVERTISEMENT
"Pilihan-pilihan itu sering adalah conflicting dengan banyak sekali goals. Jangan lupa, sebagai pengelola kebijakan maka kita berhadapan di dalam suatu lingkup di mana masyarakat mengharapkan banyak sekali. Banyak sekali yang diharapkan masyarakat dan itu terartikulasikan melalui berbagai macam, apakah dari sisi partai politik, ataukah dari sisi media, dari sisi para aktivis, NGO (Non-Governmental Organization atau LSM), dan lain-lain. Itu semua terartikulasikan," ujar Sri Mulyani dalam peluncuran buku bertemakan 'Terobosan Menghadapi Perlambatan Ekonomi' secara virtual, Sabtu (4/7).
Suasana penutupan Jalan Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Agung Rajasa
Dia melanjutkan, suatu kebijakan yang diambil pemerintah tentu demi kepentingan masyarakat. Sehingga menurutnya, aspirasi itu akan dipilih untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan.
"Kita policy maker mendengarkan itu. Namun untuk bisa menetapkan policy seperti apa, itu kita dihadapkan pada constraint atau kendala, dan trade off. Jadi kita tidak dalam posisi untuk semua bisa dipilih tanpa ada kendala," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun mengakui banyak kendala lainnya saat ingin membuat kebijakan di tengah pandemi virus corona saat ini. Misalnya ketenangan. Menurut dia, ketenangan menjadi suatu hal yang istimewa saat ini.
"Kita sering tidak dihadapkan pada kemewahan di dalam mendesain kebijakan, dalam suasana yang tenang. Sehingga di dalam buku ini, saya menuliskan tantangan sebagai pimpinan atau sebagai pembuat kebijakan terutama dalam lingkungan yang sangat banyak berubah, adalah berbagai pilihan-pilihan dan judgement yang harus dibuat," tambahnya.