Sri Mulyani Beberkan Strategi Tekan Defisit APBN ke Level 4,85 Persen pada 2022

29 November 2021 16:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani pada acara serah terima aset eks BLBI.  Foto: Dok. Kemenkeu
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani pada acara serah terima aset eks BLBI. Foto: Dok. Kemenkeu
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah menargetkan defisit APBN 2022 bisa ditekan ke level 4,85 persen setelah tahun lalu sempat melebar 6,41 persen karena ekonomi nasional anjlok akibat corona.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, dalam UU APBN 2021, targetnya defisit APBN paling tidak bisa turun ke 5,7 persen. Sementara pada 2023, pemerintah optimistis bisa mengembalikan defisit APBN di level 3 persen seperti sebelum ada pandemi.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pun membeberkan strategi pembiayaan dengan target defisit 4,85 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan. Ia memastikan akan menjaga pembiayaan dengan hati-hati. Apalagi, tahun depan bakal ada dinamika global seperti inflasi yang bakal masih tinggi.
Dinamika global tersebut yang diwaspadai di antaranya tapering off di Amerika Serikat, pergerakan harga komoditas global, hingga kondisi perekonomian negara besar seperti China.
“Maka kita akan terus menjaga pembiayaan secara hati-hati karena tahun depan seperti kami sampaikan terjadi beberapa dinamika global yang harus kita waspadai yaitu inflasi tinggi,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers secara virtual, Senin (29/11).
Pegawai Kantor Cabang PT Bank Syariah Indonesia (kanan) menjelaskan surat berharga syariah negara ritel atau Sukuk Ritel SR014, Selasa (16/3). Foto: Bank Syariah Indonesia
Untuk itu, Sri Mulyani mengungkapkan target dan pelaksanaan lelang untuk Surat Berharga Negara (SBN) tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ia memastikan hal itu dilakukan menyesuaikan dinamika pasar.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menuturkan berbagai strategi yang disiapkan mengenai pembiayaan bakal disinergikan dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan.
“Kita akan menggunakan optimalisasi penerbitan SBN ritel untuk bisa memperkuat ritel investor di Indonesia dan di dalam negeri. Kita akan mengandalkan sumber pembiayaan non utang seperti saldo kas dari BLU (Badan Layanan Umum) dan SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran pada Tahun Sebelumnya). Dan tentu kita terus berkoordinasi dengan BI serta otoritas terkait,” tutur Sri Mulyani.