Ma’ruf Amin Beberkan Rapor Pasar Modal Syariah Dalam 4 Tahun Terakhir

7 Desember 2020 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat meninjau simulasi pemberian vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (19/11). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat meninjau simulasi pemberian vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (19/11). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasar Modal Syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup positif setidaknya dalam empat tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator yang menunjukkan perbaikan. Selain itu Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengatakan pasar modal syariah di Indonesia semakin berkembang lagi sejak pemerintah menerbitkan Perpres Nomor 28 tahun 2020 tentang komite nasional ekonomi dan keuangan syariah (KNKS).
ADVERTISEMENT
“Dalam perpres tersebut pemerintah memperkuat komitmen untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah melalui empat pokok utama. Yaitu pengembangan industri produk halal, pengembangan keuangan syariah, pengembangan dana sosial syariah, serta pengembangan dan perluasan kegiatan usaha Syariah termasuk UMKM. Hasil kerja keras selama ini telah meningkatkan peringkat ekonomi dan keuangan syariah di tingkat global,” ujar Ma’ruf Amin dalam Webinar Sharia Investment Gaining Momentum in Indonesia Economic Recovery, Senin (7/12).
Ma’ruf membeberkan dalam Laporan The State Global Economy Islamic Report 2020-2021, peringkat Global Islamic Indicator Indonesia berhasil menduduki peringkat keempat, naik kelas dari peringkat 5 pada tahun 2019. Bahkan naik tajam dari peringkat ke 10 di tahun 2018.
Prestasi lainnya yang cukup menggembirakan yakni menurut Global Islamic Finance Report 2020 Indonesia mencatat rekor tertinggi yakni 81,93 persen di tingkat global. Angka ini membuat Indonesia berada di atas Inggris, Uni Emirat Arab, dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Menurut Ma’ruf, peringkat ekonomi syariah tersebut bisa diraih berkat kemajuan yang pesat tidak saja dalam produk makanan dan minuman halal, namun berkat kemajuan sektor lain seperti fashion, farmasi, pariwisata keuangan, perbankan dan media rekreasi.
“Ekonomi syariah sebagai salah satu subsektor industri keuangan syariah yang berfungsi sebagai intermediasi sirkulasi modal juga memiliki potensi yang besar untuk mendorong perekonomian nasional,” ujarnya.
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Ma’ruf merinci berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, kontribusi akses pasar modal syariah terhadap PDB cukup signifikan. Kontribusi total aset pasar modal syariah yang mencakup saham syariah dan reksa dana syariah dan sukuk, tercatat sebesar 29 persen atau senilai Rp 4.569 triliun. Sementara kontribusi kapitalisasi saham syariah mencapai 24 persen atau senilai Rp 3.745 triliun dari total PDB tahun 2019 senilai 15.833 triliun.
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut jasa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2020, nilai kapitalisasi saham syariah telah mencapai Rp 3.061 triliun atau 51,4 persen dari seluruh kapitalisasi pasar modal Indonesia yang tercatat sebesar Rp Rp 5.957 triliun.
“Pasar modal Indonesia memilih produk investasi yang lengkap karena mampu menghubungkan dengan berbagai instrumen seperti zakat, saham wakaf, saham dan wakaf tunai yang dikaitkan dengan cash wakaf dan lending sukuk,” ujarnya.
Sedangkan pertumbuhan dari sisi jumlah investor juga terus mengalami peningkatan secara konsisten. Menurut Ma’aruf, saat ini terdapat 81 ribu investor saham Syariah. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 63 persen per tahun terhitung sejak 2016.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 persen di antaranya merupakan investor syariah aktif dengan rasio investor syariah terhadap total investor sebesar 5,7 persen. Dari sisi nilai transaksi Ma’ruf juga mencatat terjadi peningkatan yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Dari semula hanya senilai Rp 920 miliar pada 2016 menjadi Rp 3.582 miliar pada Oktober 2020. Volume transaksi juga meningkat dari semula ada 1.184 juta transaksi pada tahun 2016 menjadi 10.700 juta transaksi pada Oktober 2020. Demikian pula frekuensi terjadi peningkatan dari 180 ribu transaksi pada tahun 2016 meningkat menjadi 1.280 transaksi pada Oktober 2020
Adapun menurut Ma’ruf, kontribusi pasar modal syariah telah merata di berbagai sektor perekonomian. Namun sektor terbesar saham syariah berada pada perdagangan, jasa dan investasi sebesar 28 persen. Disusul sektor properti, real estate dan konstruksi yang mencapai 16 persen dan infrastruktur dan transportasi sebesar 13 persen. Tidak hanya itu, produk sukuk juga mengalami perkembangan. Nilai outstanding sukuk negara dan koperasi juga meningkat dari Rp 412,6 triliun di 2016 menjadi Rp 940,8 triliun pada Oktober 2020.
ADVERTISEMENT
“Sementara untuk produk Reksadana Syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun 2016 yang hanya terdapat 136 Reksadana Syariah dengan nilai aktiva bersih sebesar Rp 15 triliun, pada Oktober 2020 meningkat menjadi 284 Reksadana syariah dengan nilai aktiva bersih sebesar Rp 71,6 triliun,” tutupnya.