Jokowi Minta Rantai Pasok Vaksin Jangan Hanya Dikuasai 1-2 Negara
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang mendampingi Jokowi mengatakan, Presiden menyampaikan terkait rantai pasok global. Dia minta agar tak dikuasai oleh segelintir negara saja.
"Bapak Presiden mengintervensi masalah ekosistem rantai pasok. Jadi rantai pasok ini adalah sesuatu yang sangat penting. Jangan sampai hanya dikuasai satu atau dua negara, tapi mesti dibikin menjadi lebih merata," ujar Lutfi dalam keterangan pers virtual, Sabtu (13/11).
Dengan rantai pasok yang merata, maka distribusi perdagangan obat dan vaksin COVID-19 juga bisa lebih menjangkau seluruh negara. Dengan begitu pemulihan kesehatan yang berujung pada pemulihan ekonomi bisa terwujud.
"Dengan begitu kita akan dapat kekuatan ketangguhan dari rantai pasok dunia yang bisa memastikan bahwa perdagangan dari obat dan vaksin COVID-19 sebagai awal bisa dinikmati oleh seluruh negara di kawasan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Jokowi juga menyoroti mobilitas penduduk yang harus dijaga guna pemulihan ekonomi. Maka itu perlu kerja sama berbagai negara untuk menentukan aturan perjalanan.
"Mobilitas yang penting di kawasan untuk supaya terjadi, oleh sebab itu vaccinated travel lane di APEC di negara-negara APEC ini mesti segera berjalan dan kita akan menyelenggarakan bagaimana protokol untuk perjalanan ini sudah berjalan, dan banyak negara di asia pasifik sudah menjalankan," kata Lutfi.
Dalam KTT APEC dibahas juga soal pemulihan ekonomi global ke depan. Lutfi menjelaskan, pada global supply chain ke depan, permintaan akan lebih tinggi dari suplai yang ada. Kondisi ini diprediksi baru bisa pulih di pertengahan tahun 2022.
"Perbedaan di fiskal space antara negara-negara APEC ini yang menyebabkan adanya perbedaan bagaimana untuk melawan COVID-19. Ini bahaya karena bisa menyebabkan mutasi COVID tersebut, dan akan mengganggu daripada pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Dan ini juga bisa melihat daripada perbedaan ekonomi yaitu tentang global supply chain di mana permintaan pada saat recovery COVID-19 diperkirakan akan jauh lebih tinggi dari supply dan ini baru akan ketemu equilibriumnya pada middle atau pertengahan 2022," lanjutnya.