Gubernur BI: Transaksi Berjalan Bakal Kembali Defisit hingga 1,3 Persen di 2022

19 April 2022 16:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur BI atau Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi transaksi berjalan atau current account akan kembali mencatatkan defisit di tahun 2022. Namun menurutnya, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan lebih landai.
ADVERTISEMENT
Perry memprediksi, CAD tahun ini berada di kisaran 0,5-1,3 persen dari PDB. Perkiraan ini lebih landai jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yakni 1,1-1,9 persen dari PDB. Rendahnya defisit transaksi berjalan didukung oleh surplus neraca perdagangan sebesar USD 9,3 miliar.
"Perkembangan ini didukung surplus neraca perdagangan non-migas sejalan dengan tingginya ekspor karena harga komoditas global, di tengah meningkatnya defisit neraca migas," kata Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2022, Selasa (19/4).
Adapun di tahun lalu, kinerja transaksi berjalan mencatatkan surplus USD 3,3 miliar atau 0,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), seiring meningkatnya ekspor Indonesia. Capaian ini meningkat dibandingkan 2020 yang masih defisit USD 4,4 miliar atau 0,4 persen PDB.
ADVERTISEMENT
Adapun di tahun ini, aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio yang sempat tertahan pada triwulan I 2022 dengan net outflows sebesar USD 1,8 miliar, hingga 14 April 2022 kembali mencatat net inflows pada awal triwulan II 2022 yaitu sebesar USD 0,8 miliar.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2022 tercatat sebesar USD 139,1 miliar, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Pada periode yang sama, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap surplus, terutama dalam bentuk penanaman modal asing, sejalan dengan iklim investasi dalam negeri yang tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
"Neraca pembayaran akan surplus menopang ketahanan ekonomi Indonesia," ujarnya.
***
Ikuti giveaway kumparanBISNIS dan dapatkan hadiah saldo digital total Rp 1,5 Juta, klik di sini. Kegiatan giveaway ini terbatas waktunya, ayo segera gabung!