Ada Baja Galvanis Produksi Lokal, Industri Otomotif Bisa Hemat Devisa

7 Agustus 2018 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar muat baja (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat baja (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah mendorong penggunaan komponen dalam negeri, termasuk baja galvanis yang menjadi bahan baku di industri otomotif. Hal ini dimaksudkan untuk menekan impor, sehingga bisa menghemat cadangan devisa.
ADVERTISEMENT
Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika pada Kementerian Perindustrian, Harjanto, mengatakan Indonesia sudah memiliki pabrik yang memproduksi baja galvanis. Produksi dalam negeri itu, mampu mensubtitusi impor baja untuk bahan baku produksi industri otomotif di dalam negeri.
"Industri otomotif kan berkembang terus. Kebutuhan bajanya juga akan semakin meningkat. Kalau subtitusi impor ini terus berjalan kan bagus," katanya saat meninjau produsen baja galvanis, PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS), di Cilegon, Banten, Selasa (7/8).
KNSS yang merupakan perusahaan joint venture antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation, memproduksi baja galvanis sebanyak 480 ribu ton per tahun. Jenisnya Cold Rolled Steel (CRC) dan Galvanized Steel, yang jadi bahan pembuatan mobil.
Suasana perakitan mobil BMW di Pabrik BMW Sunter (Foto: BMW Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana perakitan mobil BMW di Pabrik BMW Sunter (Foto: BMW Indonesia)
Sedangkan menurut Harjanto, kebutuhan baja industri otomotif nasional berkisar antara 700 ribu hingga 800 ribu ton per tahun. Sehingga produksi baja lokal bisa memenuhi lebih dari setengah kebutuhan itu. "Kalau misalnya harganya 1.000 dolar AS per ton, bisa dihitung total devisa yang dihemat berapa," ujarnya seperti dikutip dari Antara.
ADVERTISEMENT
"Dengan menggunakan baja dari dalam negeri, otomatis Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mereka akan meningkat. Karena beberapa mobil, seperti LCGC itu kan TKDN nya harus di atas 80 persen. Ya itu mereka harus pakai baja dalam negeri," kata Harjanto.
Dia menambakan, pada neraca perdagangan Indonesia porsi impor menempati 70 persen bahan baku, 20 persen barang modal dan 10 persen barang konsumsi.