Soal Video Porno di Bali, Pengamat: Bisa Rusak Branding Pariwisata Budaya

Konten Media Partner
4 Juni 2021 9:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertunjukan Tari Kecak di Pura Uluwatu, Bali Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan Tari Kecak di Pura Uluwatu, Bali Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR - Akademisi Universitas Udayana Sukma Arida meminta pemerintah provinsi Bali dan aparat yang berwenang untuk menindak tegas terjadinya pembuatan video porno di Bali yang dilakukan sejumlah turis. Sebab, peristiwa itu bisa merusak branding pariwisata Bali yang selama ini dikemas sebagai pariwisata budaya.
ADVERTISEMENT
“Semoga ini benar-benar masih kasuistik dan bukan sesuatu yang direncanakan dan bagian dari industri pornografi,” tegas dosen di Fakultas Pariwisata ini, Jumat (4/6/2021).
Dia menyatakan, dalam industri pariwisata pelaku industri memang tidak bisa mengontrol penuh perilaku wisatawan. Namun, jangan sampai juga ada persepsi yang tertanam dalam pikiran turis bahwa semuanya adalah 'serba boleh' alias permisif.
Ilustrasi anak menonton film porno. Foto: Harnaka Harto / EyeEm/ Getty Image
“Apapun bisa dilakukan oleh tamu. Tamu adalah raja. persepsi ini yg keliru dan harus kita lawan,” tegasnya. Dia sendiri menilai, selama ini belum ada pihak di Bali yang membranding pariwisata Bali sebagai sex friendly tourism. Namun bisa jadi ada turis yang mempersepsikan seperti itu sehingga mereka mencoba melakukan hal-hal yang sebenarnya dilarang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu sutradara film Erick EST menyebut, aparat berwenang di Bali perlu untuk membuat aturan untuk mempertegas larangan pembuatan film porno di Bali. “Sekarang ini memang kesannya bebas sekali. Mungkin sudah ada aturannya, tapi kurang jelas sosialisasi dan pengaturannya di lapangan,” tegasnya.
sutradara film Erick EST - ist
Ia sendiri sudah pernah menyampaikan ke pihak-pihak seperti anggota DPRD dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali mengenai soal ini. Intinya, sejak awal turis harus diingatkan untuk tak sembarangan merekam apalagi kaitannya dengan pornografi. Apalagi di Bali ada hal-hal yang sakral dan dianggap suci sehingga tak bisa sembarangan direkam.
Fenomena pembuatan konten porno di Bali sendiri, menurutnya, bukan hal yang baru. Dulu misalnya ada film ‘Cowboy in Paradise’ yang merekam kehidupan para gay. Hanya saat ini bisa makin menjadi karena kebutuhan untuk membuat konten yang viral di media sosial dan secara teknologi sangat mudah untuk melakukannya. (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT