Pemanfaatan Air Tanah di Kawasan Pariwisata Bali Kian Memprihatinkan

Konten Media Partner
1 Mei 2021 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan 'Pasraman Aji Toya' berusaha mengangkat kembali nilai air bagi Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan 'Pasraman Aji Toya' berusaha mengangkat kembali nilai air bagi Bali - IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah (Pengda) Bali, I Ketut Ariantana mengungkap , tingkat eksploitasi air tanah yang terus-menerus dan makin intensif di Bali, khususnya di daerah pariwisata. Bila dibiarkan, situasi itu bisa mengakibatkan terjadinya subsiden atau penurunan permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, eksploitasi air tanah secara masif berpotensi besar membawa Bali ke dalam keadaan krisis air tanah (air besih) tidak lama lagi," ungkapnya dalam acara 'Pasraman Air : Aji Toya', di Kerobokan, Badung, Jumat (30/4/2021).
Ia mengungkapkan, saat ini diperkirakan pemanfaatan air tanah di Indonesia sudah mencapai 70 persen lebih dari total sumber air bersih yang ada. "Dan di Bali, pemanfaatan air tanah dipekirakan lebih tinggi, yakni di atas 70 persen, terutama di Bali Selatan," tambahnya.
“Walaupun kita menggunakan air PDAM, sumber airnya juga sebagian besar air tanah. Nah, ketika krisis air, (berkurangnya) air tanah dituding sebagai kambing hitam, padahal pelakunya tiada lain tiada bukan adalah kita semua. Kita sebagai perusak lingkungan tak kentara,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Wayan Robi salah satu perwakilan dari 'Pasraman Air : Aji Toya' menyatakan, sebagai wilayah yang sangat bergantung dengan industri pariwisata, segala kebijakan pemerintah selalu didesain berada atass kepentingan industri di sektor itu. Akibatnya, pertumbuhan pariwisata berjalan beriringan dengan kerusakan lingkungan baik di hulu maupun di hilir.
Padahal, kata Robi jika membahas ketersediaan air yang bersih atau berkualitas, secara nampak Bali sangat terancam. "Kini secara nampak bisa kita lihat kualitas air danau-danau di Bali menurun akibat penggunaan pestisida secara serampangan dan masif untuk mengelola perkebunan, hingga deforestasi (penggundulan hutan)," ujarnya.
Menurutnya, leluhur Bali telah mengenal konsep 'Nyegara Gunung' dimana segala hal tindakan yang ada di hulu akan berdampak di hilir. "Apa yang ada di hilir adalah sumbangsih dari hulu lakukan,"ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kegiatan Pasraman 'Aji Toya' yang berarto pengkajian atas nilai air, menurutnya, adalah upaya agar air sebagai kata aji yang dapat berarti ‘ayah’, ‘ajaran’, dpata dikembalikan sebagais euatu yang berharga sekali dan dianggap keramat.
"Kesadaran yang dicoba dibangun dalam kegiatan adalah pengenalan lebih dalam akan nilai penting dari air, banyak perbincangan tentang lingkungan, kebanyakan hanya menyoroti relasi antara unsur abiotik dengan menarik kegunaannya terhadap manusia," tambah Wayan Robi. (Kanalbali/WIB)