Desa Pakraman Pendem di Jembrana "Ngelungah" Jasat Bayi Korban Aborsi

Konten Media Partner
21 September 2018 12:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa Pakraman Pendem di Jembrana  "Ngelungah" Jasat Bayi  Korban Aborsi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
JEMBRANA, kanalbali.com - Setelah tiga tahun kasusnya tidak terungkap, akhirnya jasat orok tanpa kepala yang ditemukan warga di Lingkungan Dewasana, Kelurahan Pendem, Jembrana yang diduga korban aborsi digali kembali.
ADVERTISEMENT
Proses penggalian bayi malang yang kepalanya hilang diduga dimakan binatang tersebut dilakukan oleh Desa Pakraman Kertha Jaya Kelurahan Pendem lewat prosesi upacara "Ngangkid" dilaksanakan tadi pagi di Setra (kuburan) Desa Pakraman setempat.
Prosesi upacara ngangkid (pengalian kuburan) ini dilaksanakan untuk dilakukan upacara "Ngelungah" atau ngaben kepada roh bayi malang yang dibuang oleh ibunya tersebut. Oleh Desa Pakraman bayi malang itu diberi nama Mawar.
"Tadi pagi kita lakukan upacara ngangkid jasat bayi malang itu. Ini sesuai dengan keputusan paruman desa pakraman," terang Bendesa Pakraman Kertha Jaya, Pendem I Wayan Diandra, Jumat (21/9/2018)
Setelah upacara ngangkid, jasat Mawar kemudian dititip di Setra (kuburan) Desa Pakraman Sangkaragung. Nantinya pada Senin (24/9) dilanjutkan dengan prosesi penjemputan di Setra Sangkaragung untuk dibawa ke lokasi pengabenan masal/kolektif di Desa Sangkaragung.
ADVERTISEMENT
"Rohnya kami akan ikutkan upacara Ngelungah. Ini dilakukan oleh desa pakraman melalui hasil rapat yang dilakasanakan baru-baru ini," ujar Diandra.
Prosesi Upacara Ngelunggah akan dilaksanakan pada hari Selasa (25/9) di Desa Sangkaragung. Namun menurut Dianra, prosesinya hanya sampai pada Nganyud atau menitipkan roh di segara atau di pantai, tidak sampai hingga tingkatan terakhir, yakni Ngelinggihan.
"Prosesi hanya sampai pada penitipan roh di segara tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada ibu bayi untuk menjemput roh tersebut di segara secara sembunyi-sembunyi untuk dilakukan prosesi selanjutnya sampai Ngelinggihan. Karena tidak mungkin ibu bayi itu berani muncul terang-terangan karena akan ditangkap polisi," tutur Diandra.
Prosesi upacara tersebut dilaksanakan mengingat Desa Pakraman Kertha Jaya, Pendem akan melaksanakan upacara Ngenteg Linggih pada Oktober 2019 mendatang. Dimana sebelum pelaksanaannya desa wajib dibersihkan dari cuntaka.
ADVERTISEMENT
"Disamping itu, desa pakraman ingin membantu bayi malang tersebut agar rohnya mendapat tempat yang layak. Karena jika menunggu ibunya yang diduga seorang remaja sudah tidak mungkin melakukannya," tutupnya.
Sebelumnya tiga tahun lalu, masyarakat lingkungan Dewa Sana, Kelurahan Pendem, digegerkan dengan penemuan mayat bayi perempuan tanpa kepala di saluran irigasi. Diduga mayat bayi tersebut korban aborsi dan sengaja dibuang oleh ibu kandungannya untuk menutupi aib. 
Lantaran dibuang di semak-semak, diduga mayat bayi tersebut menjadi santapan binatang, seperti biawak atau anjing. Mayat bayi malang tersebut kemudian dikubur di Setra Pendem oleh Desa Pakraman setempat. Sementara itu, Polisi yang melakukan penyelidikan hingga kini tidak berhasil mengungkap siapa yang membuang dan ibu bayi malang tersebut.(kanalbali/KR5)
ADVERTISEMENT