Mengenal Teori Ion Svante August Arrhenius

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
18 Januari 2022 16:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Svante August Arrhenius saat melakukan eksperimen kimia. Foto: ThoughtCo
zoom-in-whitePerbesar
Svante August Arrhenius saat melakukan eksperimen kimia. Foto: ThoughtCo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teori ion Svante August Arrhenius menjelaskan mengenai larutan elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik dan larutan non-elektrolit yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
ADVERTISEMENT
Svante August Arrhenius adalah seorang ahli kimia asal Swedia yang lahir pada 19 Februari 1859 dan salah seorang penemu dalam ilmu fisika dan kimia.
Dikutip dari Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI oleh Nana Sutresna, pada tahun 1884, Arrhenius mengajukan tesisnya di Universitas Uppsala mengenai konduktivitas elektrolit, tetapi mendapat nilai paling rendah dan hampir tidak lulus.
Para penguji menganggap teori ion milik Arrhenius tersebut dinilai terlampau revolusioner untuk ukuran masa itu. Namun, tidak disangka berkat tesisnya ini, Arrhenius mendapatkan penghargaan Nobel kimia pada tahun 1903.
Untuk mengetahui teori ion yang dikemukakan Arrhenius, simak penjelasan berikut.

Teori Ion Svante August Arrhenius

Teori ion yang dikemukakan Arrhenius berdasarkan tesis yang disusun olehnya pada tahun 1884. Tesis ini berisi penjelasan atas hasil penelitian tentang konduktivitas elektrolit.
ADVERTISEMENT
Menurut Arrhenius yang dikutip dari Kimia untuk SMA/MA Kelas X oleh Budi Utami dkk., zat elektrolit dalam larutan akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau gugus atom bermuatan listrik yang dinamakan ion.
Svante August Arrhenius saat melakukan eksperimen kimia. Foto: akg-images
Elektrolit ketika dilarutkan di dalam air, mengalami disosiasi menjadi ion positif dan ion negatif. Menurutnya, derajat disosiasi sepenuhnya tergantung pada sifat dari substansi yang berkonsentrasi dalam larutan. Semakin encer larutan, derajat disosiasi yang ada semakin besar.
Ion yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion. Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi.
Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion itulah yang sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, zat non-elektrolit ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik. Hal inilah yang menyebabkan larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai larutan elektrolit dan non-elektrolit sebagai berikut.
1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut selalu bergerak bebas.
Zat elektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat menghantarkan arus listrik karena telah terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik.
2. Larutan Non-elektrolit
Larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat non-elektrolit dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik.
ADVERTISEMENT
Zat non-elektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.
(SFR)