Kiai yang Jasadnya Utuh selama 31 Tahun adalah Tokoh NU di Blitar
Konten dari Pengguna
19 Maret 2019 17:40 WIB
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Putra Kiai Muhammad Anwar Sudibyo, Muhammad Munib, menyebut awalnya ayahnya itu menjadi anggota Syuriah atau badan musyawarah pengambil keputusan tertinggi di NU. Lalu menjabat sebagai Rois Syuriah (pemimpin Syuriah) Pengurus Cabang NU (PCNU) di Blitar.
"Tahunnya saya tidak ingat. Tapi saat itu, PCNU Blitar Kota dan Kabupaten masih jadi satu," kata Munib, Selasa (19/3).
Munib menjelaskan Kiai Anwar sering mengaji dari satu desa ke desa lainnya dan baru pulang ke rumah pada malam hari. Ketika sampai di rumah, kata Munib, dia langsung melaksanakan salat malam.
"Kadang saya juga heran, apa Abah (panggilan Munib kepada ayahnya, red) itu enggak capai. Habis perjalanan jauh langsung salat. Enggak istirahat blas (sama sekali)," kenang Munib.
ADVERTISEMENT
Aktivitasnya mengaji di berbagai desa itu membuat Kiai Anwar memiliki banyak santri. Para santrinya itulah yang mengusulkan kepada keluarga untuk memindahkan makam Kiai Anwar dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun/Desa Tambakan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, ke belakang Masjid Baitur Rouf di dusun setempat.
Munib menambahkan ayahnya juga pernah tercatat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah utusan NU. Kemudian mengakhiri karier politiknya dengan menjadi kader Partai Golkar.
"Jadi setelah partai Islam zaman Orde Baru dilebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Abah kemudian masuk Partai Golkar," ujar Munib.
Kiai Muhammad Anwar Sudibyo lahir pada 14 Agustus 1914, lalu meninggal dunia dan dimakamkan pada 21 September 1988.
ADVERTISEMENT