Cerita Warga Kotawaringin Barat, Kalteng, Ikut Ijtima Ulama Asia di Gowa

Konten Media Partner
4 April 2020 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaah tabligh Ijtima Ulama saat menjalani rapid tes di Islamic Center Pangkalan Bun. (Foto: IST)
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah tabligh Ijtima Ulama saat menjalani rapid tes di Islamic Center Pangkalan Bun. (Foto: IST)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Jemaah tablig Ijtima Ulama Dunia Zona Asia di Gowa, Sulawesi Selatan, asal Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng, berangkat secara bertahap dan berkelompok.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya menggunakan jalur udara, jemaah juga ada yang berangkat secara berkelompok melalui jalur laut di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Kobar, Kalteng.
Salah satu jemaah tablig, Sajidin, warga Pangkalan Bun menceritakan perjalanannya ke lokasi Ijtima Ulama Dunia Zona Asia di Gowa. Sekitar pukul 16.30 WIB, Rabu (18/3), ia bersama 10 orang jemaah lainnya berangkat dari Bandara Iskandar Pangkalan Bun menuju Surabaya.
"Sampai Surabaya pukul 17.40 WIB kami melaksanakan salat magrib di masjid Bandara Internasional Juanda Surabaya, di situ kami gabung bersama jemaah dari Solo sekitar 20 orang," ujar Sajidin, kepada InfoPBUN, Sabtu (4/4).
Sajidin meneruskan, sekitar pukul 21.30 WIB mereka berangkat ke Makassar menggunakan pesawat, setiba di Makassar mereka menyewa 2 mobil untuk menuju Gowa.
ADVERTISEMENT
"Sampai ke lokasi kondisinya sudah penuh, pas tengah malam, lokasi 8 hektare, tenda penuh semua ada sekitar 20 ribu jemaah yang hadir saat itu. Akhirnya kami berinisiatif 5 orang tidur di masjid sekitar 5 km dari lokasi Ijtima, sedangkan yang 6 orang tidur di tenda bersama jemaah yang lain," bebernya.
Keesokan harinya, sekitar pukul 09.00 WIB, ia bersama 4 jemaah rombongan Kobar menuju lokasi acara Ijtima. Saat itu, kata Sajidin, suasana sudah penuh hingga akhirnya mereka mengurungkan niat untuk bergabung.
"Tidak ada tempat lagi di acara tersebut, jemaah dari Aceh sampai Papua datang terus. Akhirnya kami bermusyawarah mencari perumahan BTN dekat lokasi yang bisa disewakan. Alhamdulillah dapat, rumah yang baru jadi dan belum dibersihkan, setelah bersih kami masuk dengan biaya sewa Rp 1,3 juta sampai tanggal 23 Maret 2020, karena rencana pulang tanggal tersebut," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sajidin bercerita, ia dan rombongannya tak tahu jika acara Ijtima itu dipercepat dari jadwal yang sudah ditentukan. "Setelah salat zuhur, rupanya ada doa untuk terakhir acara, kami belum tahu berarti acara ini dipercepat, namanya kami baru datang, dan kami diberitahukan acaranya cukup sampai di sini saja, jadi jemaah bisa pulang. Mendengar berita tersebut saya hubungi orang punya rumah, kami tidak jadi nyewa rumah," katanya.
Setelah itu, mereka berlima bergegas ke bandara untuk mencari tiket pesawat, agar tiket yang sebelumnya sudah dipesan tanggal 23 Maret 2020 bisa dimajukan. "Ini kronologi yang 5 orang, yang 6 orang bersama kami sebelumnya bertahan di Gowa menunggu pergantian jadwal dari pihak maskapai, mereka tidak mau ke Bandara karena ada temannya ada yang mengurus," terangnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Sajidin, ia bersama jemaah yang lain mendapatkan tiket tanggal 20 Maret 2020. "Kami tidur di masjid Makassar, Jumat (21/3), berangkat ke Surabaya, keesokannya hari Sabtu (21/3) ketika check in, kami bertemu lagi dengan 6 jemaah yang semula berangkat dengan kami dan alhamdulillah sama-sama pulang ke Pangkalan Bun," imbuhnya.
Sajidin juga bercerita, dirinya dan rombongannya tak bertemu dengan salah satu jemaah asal Kobar yang positid COVID-19. "Dia (jemaah yang positif COVID-19) naik mobil bersama jemaah lainnya menuju Pelabuhan Batulicin, Kalimantan Selatan, naik kapal dan baru sandar kapalnya hari Kamis malam (19/3). Keberangkatan kapal itu ada 600 orang, bersama jemaah Kalselteng belum tahu gelombang ke dua," tandasnya.
Menurut Sajidin, ketika sampai di Makassar, rombongan kapal tersebut tidak diperbolehkan oleh pemerintah setempat untuk masuk ke acara Ijtima, sehingga dialihkan ke asrama haji di Makasar.
ADVERTISEMENT
"Menunggu kapal berangkat dari Makassar dari Batulicin, mereka menunggu beberapa hari di sana. Setelah itu mereka pulang tanggal 23 Maret 2020 dan sampai Pangkalan Bun 24 Maret 2020," imbuhnya.
Sajidin juga menyayangkan anggapan masyarakat yang menuding jemaah tablig sebagai pembawa virus. "Saya berharap, masalah ini jangan menganggap 'Bapak itu baru datang dari luar, kita harus jauhi, itu membawa wabah,' memang mungkin kalau orangnya terjangkit, saya sudah periksa kemarin alhamdulillah hasilnya negatif pakai rapid test. Bahkan saya siap setiap saat diperiksa kesehatannya, tapi alhamdulillah saya masih sehat, saya bahkan tetap di rumah," bebernya.
Tidak hanya Sajidin, seorang mualaf Kotawaringin Barat yang kini menjadi pendakwah Abdul Hadi alias Eddy Nata yang juga peserta Ijtima Ulama di Gowa, menceritakan perjalannya ke lokasi Ijtima Ulama. Ia berangkat sejak jauh-jauh hari pada Jumat (6/3), menggunakan kapal dari Kumai menuju Surabaya.
ADVERTISEMENT
Sambil menunggu jadwal kapal menuju Makassar, ia bersama 13 rombongan jemaah berkeliling dakwah ke tiga masjid di Surabaya. Eddy mengaku sempat mengikuti acara Ijtima selama dua hari hingga Kamis (19/3).
"Saat itu acara dipercepat, jadi kita diimbau oleh ulama kita untuk mengikuti Ulil Amri (Pemerintah), kita dipersilakan untuk membubarkan diri, akhirnya kita bergerak di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Kita diperbolehkan untuk berdakwah hanya satu masjid, karena saat itu mengejar waktu untuk berdakwah ke Madura," tuturnya.
Ketika sampai di Madura, lanjut Eddy, baru ada pengumuman dari pemerintah pusat agar seluruh jemaah tablig Ijtima di Gowa diimbau untuk pulang ke daerah masing-masing. "Akhirnya kita pulang lewat Surabaya ke Pangkalan Bun, Kamis (26/3). Setiap pelabuhan kami menjalani pemeriksaan kesehatan oleh petugas Pelabuhan," bebernya.
ADVERTISEMENT
Eddy mengaku, dirinya tetap datang ke acara Ijtima lantaran belum adanya pemberitahuan mengenai larangan berkumpul, baru ada pemberitahuan tanggal 19 Maret 2020 setelah acara berlangsung. Akhirnya acara yang dihadiri para peserta dari 48 negara ini pun dipercepat.
"Makanya acara dipercepat acaranya, semula 4 hari menjadi 2 hari. Kita beda-beda berangkat, ada yang berangkat naik pesawat, ada yang naik kapal dari Batulicin, ada yang naik kapal dari Kumai," jelasnya.