Psikolog: Kasus Bunuh Diri Remaja Di Dompu, Coba-Coba dan Ikut-Ikutan

Konten Media Partner
21 Maret 2019 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi remaja yang sedang memikirkan masalah hidupnya. Foto: Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja yang sedang memikirkan masalah hidupnya. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Kematian Siska (17) pada Minggu, 17 Maret 2019 sontak membuat warga internet Dompu khususnya pengguna Facebook heboh. Gadis yang dikenal ceria dan selalu 'ceplas-ceplos' oleh wali kelasnya itu tak disangka akan meregang nyawa seperti remaja lain di Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, NTB yang memilih mengakhiri hidup dengan meminum insektisida, Nate (DuPont Lannate).
ADVERTISEMENT
Psikolog, Annisa Ridha (27) mengaku cukup kaget dengan kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh remaja-remaja ini. Pasalnya, menurut dia justru kebanyakan yang melakukan bunuh diri selama ini adalah orang dewasa karena masalah yang mereka miliki cukup berat, seperti masalah rumah tangga, terlilit utang keluarga atau lainnya.
Plang Nama Biro Psikologi dan Konsultasi di Jalan Nusantara, Dompu. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
“Padahal bunuh diri itu sebagian besar dilakukan oleh orang-orang dewasa. Karena mereka memiliki masalah yang sangat berat daripada anak-anak kecil atau remaja. Orang-orang dewasa yang melakukan bunuh diri juga biasanya keluarganya tidak utuh atau orang tuanya sudah meninggal, otomatis support keluarganya tidak ada. Sementara anak-anak kebanyakan orang tuanya masih utuh. Jadi support keluarnya masih ada. Nah, makanya ini kok aneh?" Annisa mulai menganalisa.
Memahami permasalah bunuh diri di masyarakat harus benar-benar dianalisa latar belakangnya. Namun, bagi anak-anak harusnya masalah yang dihadapi tidak terlalu berat seperti yang dialami oleh orang dewasa.
ADVERTISEMENT
"Kenapa banyak anak remaja yang melakukan bunuh diri dalam beberapa tahun belakangan ini. Padahal jika kita berpikir rasional, masalah yang dihadapi sebenarnya tidak terlalu berat,” lanjutnya.
Diketahui pada tahun 2018 sejumlah media lokal menyebutkan terdapat 14 kasus bunuh diri remaja yang terjadi di Dompu. Bagi Annisa ini jumlah yang menghawatirkan, belum lagi kasus dalam kurun waktu 3 bulan sejak awal tahun 2019 hingga maret ini sudah lebih dari 7 orang korbannya.
Annisa Ridha di Ruang Kerjanya. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
Annisa menyebutkan bahwa masalah orang dewasa yang terbilang berat misalnya hutang, masalah rumah tangga, masalah di tempat kerja, dan mungkin masih banyak masalah-masalah lainnya. Dari permasalahan-permasalahan ini akan “memicu” adanya bunuh diri.
Sedangkan menurutnya, permasalahan anak atau remaja tidak jauh-jauh dari masalah percintaan, konflik dengan teman sekolah, di-bully, dan kurangnya perhatian dari orang tua. Masalah-masalah seperti ini sangat disayangkan untuk langsung mengambil keputusan bunuh diri. Bunuh diri karena masalah seperti ini menunjukan bahwa remaja sangat labil.
ADVERTISEMENT
Annisa melanjutkan, bahwa manusia memiliki insting untuk hidup dan terus memperjuangkan kehidupannya. Sedangkan mengambil tindakan untuk mengakhiri hidup itu butuh keberanian yang besar, juga butuh peristiwa yang sangat berat sekali. Permasalahan tersebut dirasa benar-benar tidak bisa diselesaikan sehingga mengambil keputusan menghilangkan nyawa.
“Menurut saya, di era ini rata-rata anak yang bunuh diri ini bukan karena mendapat perlakuan kasar secara fisik oleh orang tuanya, atau mereka tidak menerima bullying yang parah di sekolah sehingga bunuh diri. Ini kemungkinan karena hal-hal sepele seperti dilarang pacaran dan kemauannya tidak dituruti saja. Sebetulnya hal yang wajar dilakukan oleh orang tua untuk mengatur anak-anaknya, orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya, tapi anak-anak sangat labil, sehingga langsung mengambil tindakan untuk bunuh diri. Saya curiganya itu, mereka ini hanya coba-coba dan ikut-ikutan dengan kasus yang lalu-lalu,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Pengaruh kurangnya kasih sayang dan media sosial membuat anak-anak rentan memperoleh hal-hal tidak terduga. Kenakalan remaja saat ini tidak bisa dipungkiri karena adanya dua faktor tersebut. Sehingga peran masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan oleh remaja-remaja seperti mereka.
Annisa menegaskan, pemerintah harus segera mencari benang merah di sini. Jika tidak segera dilakukan, kemungkinan akan ada lagi korban-korban selanjutnya. Bahkan jika ada yang mengajaknya untuk mengatasi masalah ini, ia pun siap-siap saja.
-
Penulis: Nining Febriani