Kisah Guru Ngaji di Dompu, NTB, Mengajar Puluhan Anak dengan Satu Alquran

Konten Media Partner
25 Juni 2020 7:58 WIB

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Alquran yang kini sudah mulai terkumpul. Dulunya hanya belajar menggunakan satu Alquran. Foto: Info Dompu
Alquran yang kini sudah mulai terkumpul. Dulunya hanya belajar menggunakan satu Alquran. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT

Info Dompu - Salahuddin (44) adalah orang biasa yang hidup sederhana bersama istrinya Nurhayati (30) di Desa Karombo, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu di Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, siapa sangka upayanya menjadikan rumah sederhananya untuk mengajar anak-anak mengaji itu sangat menyentuh hati. Bahkan awalnya ia mengajar puluhan anak hanya dengan satu Alquran.

ADVERTISEMENT

"Awalnya ada anak tetangga ini, dia bawa ke saya suruh belajar baca quran. Saya terima, kemudian tambah lagi anak saya satu," ujar Salahuddin kepada Info Dompu, Minggu (21/6).

Seiring berjalannya kegiatan mengaji tersebut, anak-anak yang lain kemudian berdatangan. Salahuddin yang biasa dipanggil Pak Guru oleh anak-anak tersebut pun mengatakan kepada orangtua mereka jika ia hanya memiliki satu Alquran.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Salahuddin dan istrinua bersama anak-anak yang mereka ajari membaca Alquran. Foto: Info Dompu

"Awalnya (Alquran-nya) satu. Kalau ngajar anak-anak saya mau tapi tidak ada Alquran," ujarnya teduh.

Menurutnya, ia senang mengajar anak-anak tapi tidak ada Alquran. Kegiatan mengaji itu dimulai pada tahun 2017 dengan sekitar 20 anak yang diajar setiap lepas magrib hingga menjelang Isya.

"Ini awalnya 2017 bulan 10. Saya hanya mengajar puluhan anak-anak itu sendiri. Setelah sekitar 2 minggu itu datang yang lain. Dua minggu lagi datang lagi yang lain. Tapi saya bahas dari dulu, saya nggak punya Alquran, saya bilang," jelas Salahuddin.

ADVERTISEMENT

Selain mengajar ngaji, Salahuddin berprofesi sebagai buruh tani bagi masyarakat di sekitar Kaki Gunung Tambora. Pekerjaan tersebut ia lakoni akibat tidak memiliki lahan garapan atau sawah sendiri.

"Selain mengajar ngaji, saya pergi kerja di kebun orang. Saya menjadi buruh, merabat jambu, pagar, kadang-kadang membersihkan kebun kopi di Pancasila (lereng Gunung Tambora)," terangnya.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Rumah yanh ditinggali Salahuddin sekaligud tempat anak-anak mengaji setiap magrib adalah pinjaman dari saudaranya. Foto: Info Dompu

Salahuddin yang berasal dari Bima menikahi Nurhayati pada 2009 kemudian pindah ke Dompu kemudian hidup dari pinjaman rumah kerabatnya. Rumah panggung tersebutlah yang masih ia gunakan hingga saat ini untuk mengajar anak-anak mengaji. Pernikahannya pun dikaruniai dua orang putra, namun anak pertamanya telah meninggal dunia.

"Anak pertama meninggal, yang hidup anak kedua umur 8 tahun kelas 3 SD 9 Pekat," katanya sambil menjelaskan jika anak-anak yang diajari mengaji kebanyakan seusia anaknya.

ADVERTISEMENT

Salahuddin kini menerima banyak dukungan atas kegiatannya mengajar ngaji. Mulai tahun 2020, kegiatan Salahuddin didukung oleh pihak Desa Karombo dengan memberinya insentif sekitar Rp 150 ribu per bulan. Ia juga mendapat donasi Alquan baru-baru ini dari komunitas pemuda di Dompu. Meski hidup penuh kekurangan, Salahuddin ingin kegiatannya mengajar terus berjalan, ada atau tidaknya dukungan orang lain.

"Yang penting saya anak-anak membaca Alquran semua. Saya pikir hari akhirnya, setelah nggak ada saya tapi ada anak-anak yang bisa mengaji dan mengganti posisi saya ke depan," jelasnya lagi.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Salahuddin dan anak-anaknya senang mendapat Alquran baru dari komunitas pemuda Dompu. Foto: Info Dompu

Pendiriannya dalam mendidik anak-anak membaca Alquran begitu kuat. Hal tersebut, menurutnya, didasari oleh keluarganya yang selalu menerapkan untuk membaca Alquran.

"Orang tua saya rajin membaca Alquran. Mengajarkan saya harus bisa membaca Alquran. Kalau saudara saya tidak ada yang tidak bisa membaca Alquran," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Anak ketiga dari enam bersaudara ini mengaku sudah bisa membaca Alquran sejak kelas 5 SD. Ia pun tetap rutin mengasah kemampuannya hingga di MTs dan Aliah (SMA).

"Saya sudah bisa mengaji dari SD kelas 5. Saya sekolah lagi masuk MTs, kemudian melanjutkan ke Aliah. Saya tamat Aliah," kisahnya.

Ia pun mengaku senang mengaji sejak kecil karena diajarkan oleh gurunya yang bernama M Ali Karim. Kiprahnya dalam hal mengaji ia asah dengan mengikuti lomba-lomba saat masih belia.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Salahuddin menerima sumbangan Alquran dan sembako. Foto: Info Dompu

"Saya belajar mengaji di Bima, waktu itu saya juga pernah ikut MTQ tingkat desa," ungkapnya sekaligus berharap Pemerintah Desa Karombo bisa mengadakan kegiatan lomba-lomba mengaji seperti MTQ tingkat Desa untuk mendukung aktivitas belajarnya.

Salahuddin bangga dengan antusiasme anak-anak di desa yang ingin belajar mengaji. Akibat kekurangan Alquran, ia bahkan harus meminta maaf kepada orangtua yang baru bergabung agar mengaji di tempat lain.

ADVERTISEMENT

"Ia sekarang banyak anak-anak ingin belajar mengaji, tapi kami kekurangan Alquran, jadi saya minta orangtua mereka membawa anak-anaknya mengaji di tempat lain," jelasnya merasa terpaksa.

Meski tidak bisa dipungkiri, katanya, saat dia yang mengajar anak-anak akan cepat memahami. Apalagi Salahuddin tidak hanya mengajar membaca quran tetapi juga mendidik anak-anak menjadi pribadi yang baik.

"Untuk menjadi guru anak-anak, saya harus terlebih dahulu menjadi sosok yang baik untuk anak-anak. Saya harus memberi contoh untuk anak-anak," pungkasnya.

-

Intan Putriani

*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!