Ditegur Mendagri Tito, Gubernur Sutarmidji: Duitnya Ada, Obatnya yang Tak Ada

Konten Media Partner
22 Juli 2021 12:57 WIB
·
waktu baca 2 menit

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Gubernur Kalbar, Sutarmidji. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Gubernur Kalbar, Sutarmidji. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT

Hi!Pontianak - Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian memberikan teguran kepada 19 kepala daerah yang belum merealisasikan anggaran COVID-19, mulai belanja peralatan penanganan COVID-19 hingga insentif tenaga kesehatan. Salah satunya adalah kepala daerah Provinsi Kalimantan Barat.

ADVERTISEMENT

Menanggapi itu, Gubernur Kalimantan Barat, Surarmidji, membenarkan, bahwa Mendagri memberikan teguran terkait penyerapan anggaran. Midji mengatakan, yang menjadi hambatan adalah proses pengadaan, seperti proses pelelangan dan tender.

“Anggaran itu Rp 125 miliar, memang 1 tahun. Yang ditransfer baru 58 persen sampai hari ini. Kita belanja untuk insentif nakes sudah 60 persen. Yang jadi lambat, pengadaan, (karena) itu proses. Saya gak mau (gak ikut proses), pasti kena panggil (penegak hukum). Itu namanya pribahasa indah kabar dari berita. Kabarnya bagus, beritanya bagus, prakteknya mana ada. Tinggal nahan rasa jak. Yang tahu betul Allah jak,” jelas Midji kepada awak media, Kamis, 22 Juli 2021.

Midji mengatakan, dalam situasi seperti ini, ia merasa serba salah, karena banyak proses yang harus dilalui, seperti halnya obat-obatan yang tidak tersedia di pasaran.

ADVERTISEMENT

“Jadi serba salah, banyak proses. Waktu tidur kita tuh 2 jam jak. Kalau mereka tahu bagaimana pusingnya, capeknya, kita mencari obat. Sekarang penyerapan anggaran, duit ada, obatnya tak ada di pasaran. Kita beli ambulans, karena orang yang positf di rumah dijemput pakai ambulans. Kita beli 12, tidak bisa langsung beli, harus penuhi proses lelang. Kemudian kita bangun gedung laboratorium, kan harus ditender (dulu),” paparnya.

“Obat lagi. Pusat bilang obat ada kita siapkan sekian juta. Faktanya tidak ada. Maksud saya, distribusikan ke daerah, baru ngomong. Ini ngomong dulu, distribusi belum. Vaksin? Masyarakat harus vaksin. Masyarakat Kalbar, saya rasa 80 persen mau vaksin. Tapi vaksinnya mana? Sekarang belum ada lagi. Tapi beritanya vaksin itu banyak. Kan itu indah kabar dalam berita. Itu yang kadang kita pusing. Lain yang diomongkan, lain yang ada,” imbuhnya.

ADVERTISEMENT