Memaknai Kehilangan Lewat Film Pendek “Tenang” dari Yura Yunita

Malwa Hazwani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 9:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malwa Hazwani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : Youtube Yura Yunita
zoom-in-whitePerbesar
sumber : Youtube Yura Yunita
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri musik Indonesia mungkin terlihat lesu akhir-akhir ini, tetapi Yura Yunita seakan memberikan nafas baru dengan hadirnya film pendek yang diadaptasi oleh single terbarunya “Tenang”. Film yang dirilis tak jauh dari perilisan singlenya ini menjadi buah bibir di kalangan media sosial. Project yang tak disangka-sangka ini berhasil menyedot perhatian banyak kalangan karena kedekatan ceritanya dengan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Film pendek tenang ini merupakan hasil karya dari sutrada Yandy Laurens yang bekerjasama denganYura Yunita. Visualisasi Yandy terhadap lagu ini terlihat sangat matang dan indah seakan Ia mengerti bahwa lagu ini memang layak untuk digambarkan secara visual.
Tenang dalam film ini sendiri menggambarkan bagaimana rasa kehilangan dan kerinduan yang amat mendalam. Didalamnya di tekankan bagaimana seseorang berjuang untuk menghadapi kehilangan dan mensyukuri hal kecil yang dimiliki dalam hidup.
“Tak bisa ku tertidur lagi, Melayang Pikirku Tak Pasti,” penggalan lirik yang satu ini divisualisasikan dengan sangat ciamik oleh Yandy. Di dalamnya di perlihatkan bagaimana seorang anak yang tertidur lalu memimpikan Ayahnya yang sudah tiada. Di mimpi itu ia tidak dapat mendegar suara ayahnya, sehingga setelah nya ia tak dapat lagi tidur dengan tenang dan memikirkan banyak hal sebelum ia tertidur.
ADVERTISEMENT
Film pendek yang dirilis pada 16 April lalu ini, memberikan tafsiran baru dalam memaknai kehilangan. Ketika tenang tak kunjung datang dan rasa kehilangan kembali meradang hanya satu hal yang bisa dilakukan seperti dalam film ini yakni menunggu petunjuk.
Pendekatan cerita dalam film ini memang tertuju pada kehilangan orang tua yang mana, mungkin segelintir orang sedang merasakannya. Alur cerita mengalir rapih dengan beberapa kilas balik yang menjadikan film ini utuh dalam menyampaikan rasa sakit kehilangan orang yang kita kasihi.
Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir yang menjadi karakter utama berhasil memerankan peran dengan sangat baik. Tatapan kehilangan Ringgo ketika ia melupakan suara ayahnya dan bagaimana saat ia berjuang mencari celah untuk mengingat kembali suara sang ayah benar-benar terasa sampai ke hati penonton. Pun, peran Nirina yang mendampingi dan memahami kondisi suaminya yang tengah berjuang juga patut mendapatkan apresiasi.
ADVERTISEMENT
Dengan melihat film ini, rasa kehilangan menjadi satu hal yang wajar untuk di hadapi semua manusia. Gapapa kok kalau emang kita sedang dilanda rindu, kita menangis dan terpuruk. Tapi ada juga saatnya sebagai manusia kita harus bangkit dan berusaha lagi untuk memulihkan keadaan yang sedang kita hadapi. Kehilangan bukan suatu hal yang buruk kalau bisa diatasi dengan kekuatan.