Segitunya Banget, Ya, Politik ?

Konten dari Pengguna
15 Februari 2017 5:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Segitunya Banget, Ya, Politik ?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Dendam itu seperti kaktus, tapi durinya menusuk ke dalam."
ADVERTISEMENT
Politik itu harus dilihat secara lengkap dan komprehensif. Kalau cuma sepotong-potong niscaya tidak akan paham dan #baper.
Kurun waktu 15 tahun, masalah politik negara ini bersumber permusuhan/dendam Megawati vs SBY. Saya bingung, sebenarnya Megawati ini Mastermind yang jenius atau tidak.
Pada akhirnya detail-detail lapisan manuver strategi politik Megawati melalui boneka dan bidaknya itu sangat "dalam" lapisannya. Payung strateginya Megawati sebenarnya simple yaitu "yang penting (pihak) SBY kalah".
Oleh karena itu, bidak paling penting tentu adalah Jokowi sang penguasa pemerintah, yang memiliki anak bidak dalam diri Kepolisian dan Kementrian. Ada pula bidak pamungkas dan penggaduh utama bernama Antasari. Sementara Ahok berperan ganda sebagai anak bidak juga dan sebagai "anak titipan" dari para Investor besar. Semua dikontrol dengan rapi dan diatur timeline-nya kapan dikeluarkan sebuah aksi atau statement.
ADVERTISEMENT
Tapi strategi yang paling "dalam" dari Megawati untuk mewujudkan "yang penting SBY kalah" adalah terwujud dalam diri Anies. Kaget ?
Sejak awal Megawati tahu SBY akan bermanuver mencalonkan seseorang utk Pilkada DKI yaitu Agus. Anies sejak awal (dulu) adalah orang Megawati dan Jokowi. Megawati melakukan deal dengan Prabowo. Prabowo butuh figur Anies untuk menutupi belum siapnya Sandiaga.
Apa yang terjadi misal jika hanya ada dua calon DKI yaitu Agus vs Ahok? Pasti impresi yang muncul adalah Islam vs Kristen. SBY akan menggalang kekuatan Islam. Lalu dengan apik Megawati menyuruh bidak Presiden utk "memecat" Anies.
Kehadiran Anies + kekuatan Prabowo diharapkan memecah belah kekuatan "Islam" dalam diri pendukung Agus.
Apapun yang terjadi, Megawati sejak awal berniat memecah suara voter Islam dengan kehadiran Anies (dan terjadi). Apapun yang terjadi bagi Megawati adalah "jangan sampai SBY menang."
ADVERTISEMENT
Megawati tahu dan sadar juga, jika Agus kalah di putaran pertama maka saat terjadi Ahok vs Anies di putaran kedua, selanjutnya pihak SBY akan mati-matian mendukung Anies dan akhirnya Anies menang
Tidak apa-apa bagi Megawati.
Yang penting SBY kalah. Dendam selama lebih 10 tahun terbalas dan tujuan memutus dinasti SBY putus jika AHY gagal. Dan toh jika pun Anies menang, Anies masih "orangnya Jokowi", Jokowi sang bidak utama Megawati.
Dinasti SBY berhenti. Dan Dinasti Megawati sudah dimulai sejak Jokowi dipilih. (Jangan lupa demokrasi tidak pernah muncul saat pemilihan ketua PDIP selama Megawati hidup).
Segitunya banget, ya, Bu Mega?
Iya kita-kita saja "segitunya banget" saling membenci dan membela fanatik Paslon-nya. Kita yang di dasar bumi ini.
ADVERTISEMENT
Ada yang mengatasnamakan agama, atas nama kerja jujur, atas nama good will, atas nama gagasan. Reklamasi pun mainan Megawati dgn para Investor. Korban awal Rizal Ramli yg jujur dan vokal.
"Hahahaha.." senyum simpul dalam hati Megawati yg duduk cantik di langit.
Padahal semua ini murni permainan balas dendam antar dua Mastermind, yang kali ini sepertinya dimenangkan oleh si Cantik Megawati.
Monggo yang sudah dibolak-balikkan hatinya oleh Megawati.
Cekap semanten. Ini cuma sudut pandang saja.
*