Dampak Food Waste dan Cara Menanggulanginya

FEBBY BARITA LUMBAN TOBING
Mahasiswi Pascasarjana Teknologi Pangan IPB
Konten dari Pengguna
12 Mei 2022 18:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FEBBY BARITA LUMBAN TOBING tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Istilah food waste sering diartikan sebagai pangan yang dibeli tetapi tidak dikonsumsi berakhir di tempat sampah namun pengertian tersebut bukan makna yang valid, pasalnya di sepanjang rantai pangan terdapat berbagai alasan mengapa produk pangan tidak digunakan atau dibuang. Menurut UN Food Agriculture Organization, food waste adalah pangan yang dikonsumsi manusia terbuang, hilang, terdegradasi, atau mengalami kerusakan selama rantai pangan. Food waste adalah penurunan kuantitas pangan yang dihasilkan dari keputusan tindakan pengecer, layanan makanan konsumen.
ADVERTISEMENT
Food waste pada rantai pangan yaitu saat distribusi pemasaran dan konsumsi akhir di rumah tangga atau restoran. Food waste pada rantai akhir ini disebabkan oleh produk pangan yang mengalami kadaluarsa atau akibat ketidaksadaran konsumen (pembelian barang lebih dari yang dapat dibutuhkan konsumen, makanan sisa, dll.) (Arsand M. dkk. 2015).
Food waste pada rantai pangan:
Berdasarkan data Bappenas (2021) dinyatakan bahwa pada tahap distribusi pemasaran jumlah food waste mencapai 3,2 - 7,6 juta ton/tahun pada tahap konsumsi jumlah food waste mencapai 5 – 19 juta ton/tahun (Gambar 1). Berdasarkan tahap konsumsi, diestimasi sebesar 80% berasal dari rumah tangga sedangkan sebesar 20% berasal dari sektor non rumah tangga. Sebesar 44% dari food waste merupakan sisa makanan yang layak makan.
Gambar 1. Timbulan food loss waste Indonesia tahun 2000 – 2019 per tahap rantai pasok pangan (dalam ribu ton) (Foto : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas)
Persentase timbulan food waste selama 20 tahun cenderung meningkat, dari 39% pada tahun 2000 ke 55% pada tahun 2019, dengan rata-rata sebesar 44%.
ADVERTISEMENT
Hasil di atas sesuai dengan analisis perilaku konsumen konsumsi rumah tangga dan non rumah tangga dari hasil kuesioner (Gambar 2) di mana sebanyak 53% responden konsumsi rumah tangga menyatakan food waste dihasilkan dari sisa makanan yang dimasak atau dibeli sedangkan 51% responden lainnya menyatakan food waste dihasilkan dari sisa makanan di piring setelah makan. Hal ini bertolak belakang dengan perilaku konsumen ketika konsumsi non rumah tangga, di mana 63% responden menyatakan biasanya tidak ada sisa makanan setelah makan. Namun, baik konsumsi rumah tangga maupun non rumah tangga, responden menyatakan karbohidrat (nasi, kentang, jagung, lain-lain) merupakan kategori pangan yang biasanya paling banyak tersisa atau terbuang.
Gambar 2. Analisis food waste pada konsumsi rumah tangga berdasarkan tempatnya. (Foto : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas).
Dampak Akibat Food Waste
Menurut Food Agriculture Organization nilai ekonomi dari makanan yang terbuang secara global adalah sekitar 1000 miliar dolar per tahun, angka ini meningkat menjadi 2600 miliar mengingat adanya biaya tidak terduga akibat kerusakan lingkungan. Menurut Bappenas (2021) Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat food waste mencapai 107 – 346 triliun rupiah/tahun. Sektor tanaman pangan khususnya padi-padian memiliki nilai kehilangan ekonomi paling besar, namun jenis ini telah memiliki efisiensi proses yang baik sehingga proporsi padi-padian terbuang lebih kecil daripada proporsi padi-padian yang terkonsumsi. Sementara itu, sektor hortikultura khususnya sayur-sayuran memiliki nilai kehilangan ekonomi tidak sebesar tanaman pangan/padi-padian, namun efisiensi prosesnya masih kurang baik sehingga menyebabkan proporsi sayur-sayuran terbuang sangat tinggi dibandingkan dengan sayur-sayuran yang terkonsumsi.
ADVERTISEMENT
Pangan yang tidak tidak dikonsumsi/dibuang pada tempat pembuangan sampah berkontribusi terhadap pemanasan global. Limbah pangan yang terurai akan menghasilkan metana berbahaya terlepas ke atmosfer. Metana adalah salah satu gas rumah kaca beracun 21 kali lebih kuat dari karbon dioksida. Secara global, gas dari limbah pangan menyumbang 7% dari total emisi gas rumah kaca. Faktor lain, yang mempengaruhi lingkungan adalah distribusi food waste dalam jarak yang lebih jauh atau tempat pembuangan akhir. Proses ini membutuhkan bahan bakar untuk transportasi dalam jumlah besar, sehingga dapat menghasilkan emisi gas ke lingkungan.
Menurut Bappenas (2021) rata-rata emisi yang dihasilkan akibat food loss waste (FLW) mencapai 2.324,24 kg CO2-ek/1 ton FLW, total potensi dampak pemanasan global yang dihasilkan dari FLW di Indonesia selama 20 tahun terakhir diestimasikan sebesar 1.702,9 Mton CO2-ek. Kategori komoditas tanaman pangan, perikanan, hortikultura merupakan tiga kategori kontributor emisi utama dengan masing-masing kontribusi rata-rata sekitar 39,67%, 22,32% dan 20,21%.
ADVERTISEMENT
Kesadaran Masyarakat terhadap Food Waste
Berdasarkan penelitian dosen Universitas Multimedia Nusantara menyatakan bahwa 62% responden tidak pernah sadar dengan food waste. Sebanyak 20% responden sudah mengetahui food waste, namun memilih untuk mengabaikannya dan 18% responden yang mengetahui masalah food waste dan melakukan beberapa tindakan untuk mengatasinya. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa responden “tidak sadar" akan food waste. Ketidaksadaran masyarakat terhadap limbah pangan sangat berdampak negatif pada lingkungan kehidupan manusia.
Upaya Mengurangi Food Waste
Setiap orang dapat berkontribusi untuk mengurangi food waste dengan mengikuti langkah – langkah berikut:
ADVERTISEMENT