Bencana dan Kepekaan

FATA AZMI
Guru Sekolah Dasar, Fasilitator Kelas Peradaban, Mahasiswa Magister Aqidah dan Filsafat Islam Pascasarjana STFI SADRA,
Konten dari Pengguna
12 Desember 2021 14:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FATA AZMI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berita duka kembali hadir dari bangsa ini, erupsi Gunung Semeru, erupsi Gunung Merapi, dan banjir rob terjang pesisir Pandeglang dan Kawasan Ancol Jakarta Utara. Entah ada apa gerangan, siapa pun berhak berspekulasi tetapi getaran hati tidak boleh sampai tereduksi, kehilangan nyawa nyata di depan mata arena pengungsian menjadi kebutuhan saudara kita serta uluran tangan menjadi sebuah keniscayaan pada kondisi saat ini.
ADVERTISEMENT
Reaksi terhadap hadirnya bencana sangatlah beragam. Ada yang ikut prihatin, bersimpati, berempati ada pula penggalangan dana untuk bantuan kemanusiaan, juga tidak sedikit yang menjadi relawan dan siap terjun langsung ke wilayah terdampak. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak manusia yang memiliki nilai kemanusiaan di antara kita.
Menurut Dr. Ir. M. Sang Adji, saat ini ada tiga faktor "instable" yang sedang bekerja sama memproduksi bancana di negeri kita. Pertama, gunung atau Kawasan pegunungan (montagneuse) dengan efek gravitasinya. Kedua, gempa bumi dengan gerakan dan tekanan pada partikel dan bidang labil dari batuan serta tanah. Dan ketiga, curah hujan dengan intensitas dan durasi. Sempurnalah ketiganya dalam konvergensi yang memicu terjadinya longsor dan banjir bandang. Dataran rendah akan mengalami atau menerima akibat yang sangat parah.
ADVERTISEMENT
Menghadirkan Kepekaan
Kesadaran untuk merawat dan menjaga alam ini tentunya pekerjaan rumah kita bersama. Masalah ekologi, penebangan hutan, serta pembangunan infrastuktur yang tanpa memperhatikan keadaan alam terjadi di mana-mana maka perlu penguatan pengawasan dan ketegasan bagi siapa pun yang melanggar. Krisis semacam ini seakan perlahan namun pasti pada ujungnya akan merugikan kita semua. Jika kita mau berkaca sejenak mungkin kita akan tersadar bahwa bencana yang menimpa saat ini adalah jawaban dari banyaknya perbuatan keserakahan manusia.
Dari berbagai bencana yang melanda saat ini membuat kita merefleksikan kembali atas apa yang selama ini penghuni bumi lakukan wa bil khusus manusia, apakah alam yang menjadi anugerah dijadikan ladang untuk bersyukur dengan melestarikan dan menjaganya atau semakin membuat kerakusan merajalela dengan mengeksploitasi alam sesuka hatinya, perbuatan merusak dan mereduksi eksistensi alam ini hakikatnya merusak kehidupan kita sendiri. Keinginan, kepentingan, dan kesenangan yang bersifat sementara terlalu dikedepankan tanpa memikirkan dampak dari perbuatan tersebut pada jangka panjang maka tidak ada pilihan lain bagi kita selain mengoreksi diri dan mengubah sikap untuk menyadarkan diri dan bersahabat dengan alam.
ADVERTISEMENT
Selain menghadirkan kepekaan dan kesadaran introspeksi atas yang telah dilakukan ummat manusia, yang menjadi titik tekan dalam setiap bencana yang terjadi adalah pemahaman masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana, menurut Dr. Rahmawati Husein, Ph.D., Dosen IP UMY, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Sebab Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana karena kondisi geologis, geografis, dan demografis.
Ketanggapan akan bencana haruslah dimaksimalkan, hadirnya bencana mengisyaratkan selain pembenahan diri juga perlu menyiapkan diri melalui edukasi pemahaman tentang bencana sehingga kesiapan secara mental, fisik, maupun infrastuktur perlu diperhatikan, para pemangku kebijakan di tingkat lokal di tempat rawan bencana diharapkan dapat melakukan edukasi secara berkala agar adanya kemampuan untuk bertindak ketika bencana datang.
ADVERTISEMENT
Untuk itu mari bersama bangkit dari berbagai bencana yang terjadi dengan kekuatan kebersamaan, bahu-membahu bekerja sama membangun kembali tatanan alam dan sosial yang semakin tergerus keegoisan manusia, jangan sampai anak-cucu kita di kemudian hari hanya mendapatkan imbas dari perilaku kita saat ini, saatnya membekali diri dengan mitigasi bencana dan menjaga kelestarian alam karena mencintai alam adalah fitrah manusia.