Tak Perlu Menunggu Lama untuk Berdaya

Farhanah Fitria Mustari
Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi II Membuat hidup #MenjadiLebihBermakna bersama Yayasan Teman Saling Berbagi II Berbagi pesan kebaikan tentang hidup yang #SalingBukanSilang.
Konten dari Pengguna
22 April 2022 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farhanah Fitria Mustari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ditulis oleh: Farhanah Fitria Mustari (Managing Director of Yayasan Teman Saling Berbagi)
Sumber: Foto Pribadi Penulis
Seberapa sering untuk kita berkata pada diri sendiri seperti ini,
ADVERTISEMENT
dan masih banyak lagi, penundaan untuk satu langkah menjadi berdaya.
Menjadi berdaya artinya berani memberikan “energi” atau “daya” kepada diri sendiri. Sebab, ini seperti pilihan dan pemikiran yang perlu sengaja dicurahkan. Bukan sesuatu yang bersifat coincidence atau berdasarkan waktu tertentu. Buat saya, implikasi memilih “berdaya” perlu disesuaikan dengan kata hati pribadi, bukan orang lain. Selain itu, proses berdaya akan dua kali lipat lebih cepat ketika didukung oleh lingkungan yang memiliki budaya memberdayakan. Namun, kadang kala tidak semua orang memiliki privilese di suatu tempat ideal.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, saya percaya bahwa pilihan berdaya selalu ada di tangan masing-masing individu. Beberapa pertanyaan penting untuk menjadikan diri sendiri versi pribadi berdaya yang selalu saya refleksikan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang saya inginkan?
Mengenal diri sendiri adalah langkah terdasar dalam sebuah proses pemberdayaan. Kerap kali, hasrat dalam diri sering terlewati begitu saja. Seperti sebuah tanda selesai pada suatu hal, dan beralih ke hal selanjutnya dalam daftar.
2. Mengapa itu penting bagi saya?
Jika, pertanyaan ‘apa’ merujuk pada suatu bidang/peran/aktivitas. ‘Mengapa’ menuntun pada buah pemikiran yang mendalam. Setidaknya, kita tidak perlu beragam alasan dengan sederet fakta ilmiah. Lebih daripada itu, kita hanya butuh satu alasan yang mampu meyakinkan langkah selanjutnya dalam hidup. Sesederhana itu namun yakin.
ADVERTISEMENT
3. Jika, saya menjadi perempuan berdaya. Siapa saja yang akan merasakan dampak positifnya?
Saya selalu membayangkan seperti ini, bagaimana jika apa-apa yang kita lakukan sesederhana itu bentuknya dan sekecil apapun modalnya mampu menggerakan dunia “orang lain” menjadi lebih baik. Tanpa disadari, perasaan bahagia karena kita telah berkontribusi untuk sesama menjadi nilai tak terukur.
4. Apa saja kekuatan yang dapat dikerahkan untuk mewujudkan mimpi berdaya?
Pertama-tama, saya menyarankan untuk menempatkan kecemasan dalam porsi yang pas. Alasan terbesar adalah kekuatan perlu digali dan sering tersembunyi dalam belenggu kekhawatiran. Sehingga, untuk membuka tabir ini perlu menyadari kekuatan bukan berarti menolak kecemasan. Melainkan, mampu melihat hidup dengan perasaan yakin bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan.
ADVERTISEMENT
5. Bagaimana cara saya untuk mewujudkannya?
Kadang kita perlu keberanian untuk memulai. Terlebih mengingat jarak pandang manusia yang sangat terbatas dan hidup dengan rencana selalu mengasyikan. Akan tetapi, rencana hanyalah berakhir di sebuah dokumen tanpa ada aksi yang menginisiasinya. Berdaya tidak selalu harus berawal dari aksi megah. Selayaknya, seorang anak yang baru mau belajar berjalan. Pertama dia hanya membutuhkan satu langkah kecil dan semakin dia menyadari bahwa ini mampu.