Mengidentifikasi Kaitan antara Erupsi Gunung Api dengan Perubahan Iklim

Erina Prastyani
SainsAsyikFGMI
Konten dari Pengguna
24 Maret 2020 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erina Prastyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seperti yang telah kita pahami bersama, penggunaan bahan bakar fosil menjadi salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca di atmosfer. Tetapi, tahukah kamu bahwa ternyata erupsi gunung api juga mampu mengubah dinamika atmosfer bumi dan berpengaruh terhadap perubahan iklim global?
Ilustrasi: Erupsi gunung api (Sumber: needpix.com)
Apa yang membuat erupsi gunung api berpengaruh terhadap perubahan iklim?
ADVERTISEMENT
Ketika sebuah gunung api meletus, ada banyak material dan gas yang dimuntahkan dari perut bumi ke permukaan. Selain material piroklastik berupa abu dan debu, erupsi gunung api juga mengemisikan gas sulfur dioksida (SO2) dan gas-gas rumah kaca berupa uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2).
Dari seluruh gas-gas yang dikeluarkan, uap air adalah yang terbanyak, diikuti oleh karbon dioksida dan sulfur dioksida. Konsentrasi dari masing-masing gas yang dikeluarkan oleh gunung api ketika meletus dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah jenis magma yang terkandung di dalam tubuh gunung api tersebut.
Meskipun penggunaan bahan bakar fosil dan erupsi gunung api sama-sama menghasilkan gas karbon dioksida, banyaknya gas karbon dioksida yang berasal dari erupsi gunung api hanyalah 1% dari total gas karbon dioksida yang diemisikan ke atmosfer oleh penggunaan bahan bakar fosil.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, gas karbon dioksida hasil letusan gunung api tidak begitu berperan dalam mengubah dinamika atmosfer setelah erupsi terjadi. Jika bukan gas karbon dioksida hasil erupsi gunung api yang berperan dalam perubahan iklim, lalu apa?
Sulfur dioksida menjadi salah satu tersangka yang berperan dalam mengubah iklim setelah erupsi terjadi. Sulfur dioksida yang bereaksi dengan uap air di atmosfer bumi, tepatnya di lapisan stratosfer, akan membentuk senyawa lain yang disebut dengan aerosol sulfur yang bersifat asam.
Aerosol ini dapat bertahan di lapisan stratosfer hingga kurang lebih tiga tahun lamanya. Keberadaan aerosol di lapisan stratosfer bumi membuat tingkat albedo bumi menjadi tinggi. Albedo adalah sebuah ukuran yang menunjukkan seberapa banyak sinar matahari yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa. Albedo bumi yang tinggi berarti semakin sedikit sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi. Hal inilah yang dapat menyebabkan perubahan iklim global berupa penurunan suhu bumi.
ADVERTISEMENT
Sejarah pernah mencatat bahwa bumi pernah mengalami penurunan suhu global hingga 0.7 oC akibat erupsi Gunung Tambora yang terletak di Sumbawa pada 1815 lalu. Letusan ini juga menyebabkan Year Without a Summer di Eropa, jadi bisa dibayangkan betapa hebatnya erupsi Tambora kala itu.
Ilustrasi: Erupsi Gunung Krakatau 1883 (Sumber: commons.wikimedia.org)
Apakah semua letusan gunung api bisa berpengaruh terhadap iklim global?
Tidak semua letusan bisa menyebabkan perubahan iklim global. Hanya letusan yang ketinggiannya dapat mencapai lapisan stratosfer-lah yang berpotensi untuk mengubah iklim bumi. Lapisan stratosfer sendiri berada pada ketinggian 10 sampai 50 kilometer di atas permukaan bumi. Hal itu berarti letusan tersebut haruslah bersifat sangat eksplosif sehingga material dan gas hasil erupsi dapat mencapai ketinggian tertentu di lapisan atmosfer bumi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kandungan sulfur pada magma yang tinggi juga berperan dalam menciptakan gas sulfur dioksida ketika erupsi gunung api terjadi. Semakin banyak gas sulfur dioksida yang dihasilkan ketika erupsi, maka semakin tinggi potensi perubahan iklim akan terjadi dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun mendatang paska letusan.
Hal berikutnya yang juga menjadi faktor penentu apakah letusan gunung api dapat berpengaruh terhadap iklim adalah lokasi gunung api yang mengalami erupsi tersebut. Jika gunung api yang meletus terletak di ekuator, maka potensi erupsi tersebut untuk mengubah iklim dunia adalah besar. Berbeda halnya jika gunung api yang meletus terletak di salah satu belahan bumi, maka efek perubahan iklim yang dirasakan tidak sebesar jika sumber erupsi terjadi di ekuator. Contoh nyata yang pernah terjadi adalah letusan Gunung Krakatau pada 1883.
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim global berupa penurunan suhu bumi benar-benar bisa terjadi apabila faktor-faktor yang telah disebutkan di atas terpenuhi. Jika erupsi gunung api bisa berpengaruh terhadap iklim, penelitian lebih lanjut mengenai perubahan iklim terhadap perubahan karakteristik letusan gunung api perlu dilakukan untuk mencari tahu hubungan timbal balik antara erupsi dengan iklim global.