MENJAMURNYA KONFLIK NASIONAL, INTEGRITAS PEMERINTAH PERLU DIPERTANYAKAN

Konten dari Pengguna
28 Mei 2018 11:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dessy Budi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam pembahasan kali ini dengan tema Geostrategi dan manajemen konflik dalam nasional mungkin terlalu sukar dalam indra pendengaran kita. Baiknya, saya akan mencoba membabarkan terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan Geostrategi, dapat diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, melalui proses pembangunan Nasional.
ADVERTISEMENT
Jadi dengan berkembangnya geostrategi di Indonesia ditandai dengan keberaneka ragaman etnis, suku, ras, agama, antargolongan (sara) dan bahkan proses sejarah, nasib serta tujuan yang dapat mempengaruhi martabat kehidupan yang lebih baik, pastinya. Sedangkan manajemen konflik sendiri menurut saya merupakan serangkaian aksi dimana ada reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu masalah.
Malaysia adalah Negeri Jiran, jiran sendiri adalah tetangga. Jadi malaysia adalah Negara tetangga Indonesia. Dimana sudah sejak lama memiliki hubungan yang kurang harmonis, menurut saya dan mungkin bisa dibuktikan dengan konflik di tahun lalu awal mula pada sebuah acara Miss Grand Internasional 2017 asal Malaysia, Senjeda Jhon menggunakan kostum bertema kuda lumping, tidak hanya itu Senjeda Jhon juga memperagakan tarian kuda lumping dan pihak penyelenggara menyebutnya dengan istilah “Kostum Nasional Kuda Warisan”.
ADVERTISEMENT
Bagaiman sudahkah panas api kemarahanmu? Ya, lagi dan lagi. Sekali lagi pengakuan dari tetangga kita ini, mengklaim satu per satu budaya yang kita miliki. Sebelumnya, Negeri Jiran tersebut pernah mengklaim bahwa batik, angklung, adalah miliknya bahklan nasi goreng dan cendol pun diakui juga. Heran saya! Apakah budaya mereka adalah mencuil budaya lain? Lebih-lebih lagi budaya milik tetangganya sendiri.
Dan sekarang kuda lumping ku yang ku sayang. Jika mengungkap konflik ini sungguh amat sensitif, bagi saya pribadi pasalnya saya menyukai dan bahkan sangat menggilai seni tari jaranan. Sudah sejak duduk dibangku Taman Kanak-kanak. Bahkan saya memiliki impian sebagai menteri kebudayaan kelak.
Bagaimana peran pemerintah dalam hal ini? Bikin jera dong pak! Peran strategis pemerintah dalam melestarikan budaya yang saya ketahui , masih lemahnya payung hukum di Indonesia berakibat pemerintah masih kurang reaktif dalma menyikapi kebijakan masalah tersebut dan pemerintah masih sulit untuk mengambil rujukan hukumnya.
ADVERTISEMENT
Problem mendasar RUU kebudayaan belum bisa ditetapkan menjadi Undang-Undang karena pemerintah dan DPR tidak pernah serius. Bahkan kebudayaan sendiri masih dianggap bukanlah prioritas. Nantinya, rasa Nasionalisme akan muncul dan berkoar-koar ketika problem ini terjadi lagi.
Padahala kebudayaan merupakan fondasi dasar terbentuknya Bangsa Indonesia, tidak hanya itu budaya juga merupakan indentitas suatu bangsa. Langkah sederhananya begini, maju selangkah dari pemerintah. Kita tidak bisa mejagakkan pemerintah yang masih gitu-gitu saja.
Oleh keaktifsn kita dengan mengajak orang-orang untuk lebih peduli tentang budaya. Menanamkan sifat rasa nasionalisme, tidak dengan merasa budayanya diambil lalu marah-marah di sosial media, itu merupakan satu hal yang sangat rendah. Menurut saya, menanamkan rasa narionalisme itu dengan cara ikut berpartisipasi dalam melestarikan budaya, mungkin bisa dengan membentuk sebuah kelompok dengan apa yang kalian gemari dalam seni atau memajukan budaya.
ADVERTISEMENT
Kelompok seni tari atau sanggar, komunitas pecut yang ada di Kediri, kelompok HipHop Jogja atau bahkan dengan sering mengadakan acara dimana acara tersebut dapat memperkenalkan kepada masyarkat dan mengajak ikut serta ambil andil dalam upaya melestarikan budaya. Sebab, partisipasi kita dalam melestarikan dan menjaga budaya sama saja dengan rasa syukur kita asas Anugerah yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalo bukan kita siapa lagi? Kalo bukan sekarang kapan lagi? Budayamu Budayaku Budaya kita dalam Kebhinekaan Garuda.