Mengenal Quokka, Hewan Paling Bahagia dan Menyukai Selfie dengan Manusia

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
14 November 2020 21:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seekor Quokka. Foto: Youtube/Kevin Lew
zoom-in-whitePerbesar
Seekor Quokka. Foto: Youtube/Kevin Lew
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak yang masih belum mendengar tentang quokka, hewan marsupial asli benua Australia. Quokka identik dengan liburan favorit di Pulau Rottnest, Perth. Perjalanan ditempuh dengan menggunakan kapal feri dari pelabuhan Fremantle di Australia bagian barat untuk bertemu dengan quokka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hewan berbulu ini kerap menjadi objek selfie bagi pengunjung dengan menampilkan senyum lebar di depan kamera. Banyak orang yang menjuluki quokka adalah hewan paling bahagia di bumi. Dilansir dari natureaustralia.org.au dan National Geographic, berikut fakta makhluk berkantung menggemaskan ini.

Habitat

Pulau Rottnest adalah satu-satunya tempat quokka masih berkumpul dalam jumlah besar. Terdapat setidaknya 12.000 ekor di pulau dari total kurang dari 14.000 di alam liar. Populasi yang sangat kecil dan berbagai macam tantangan dihadapi oleh hewan yang ramah dengan manusia ini.
Secara keseluruhan, the International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengkategorikan quokka rentan terhadap kepunahan. Faktor utama yang dianggap mengancam seperti dimangsa oleh hewan liar dan kebakaran yang berisiko merusak habitat.
ADVERTISEMENT

Pola makan

Quokka adalah herbivora yang memakan berbagai rerumputan dan semak belukar. Ketika makanan langka, hewan menggunakan lemak yang tersimpan pada ekornya sebagai cadangan energi. Sumber air tawar di Pulau Rottnest sangat sedikit, sehingga quokka harus bertahan hidup dengan minimnya air. Beruntungnya, kemampuan hewan dapat bertahan tanpa minum hingga satu bulan.
Hewan sosial ini berkumpul dalam klan, mengunyah peppermint di sekitar rawa dan sayuran hijau lainnya. Kebiasaan quokka menggali terowongan untuk tidur siang dan bersembunyi. Ketika bangun, quokka suka melompat seperti kanguru, kerabat marsupial terdekatnya.

Fenomena selfie dengan quokka

Jika Indonesia memiliki tempat selfie populer bersama monyet di Sacred Monkey Forest Sanctuary di Pulau Bali, Australia juga menawarkan wisata serupa bagi pengunjung yang ingin berswafoto dengan hewan. Lebih dari 500.000 orang mengunjungi Pulau Rottnest seluas 18,9 kilometer persegi setiap tahun. Tujuan utama pengunjung adalah tentu saja selfie bersama quokka. Makhluk ikonik itu juga sepertinya tidak keberatan berpose untuk berfoto dengan para turis.
ADVERTISEMENT
Pakar marsupial Yegor Malaschichev, ahli zoologi dari St. Petersburg State University di Rusia mengatakan kepada National Geographic, tidak ada salahnya mengambil foto dengan quokka. Tetapi, Malaschichev menekankan untuk menghindari menyentuh hewan. Selain itu, pengunjung diperingatkan untuk tidak memberikan makanan sembarangan. Sisa-sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi dapat menyebabkan infeksi yang disebut rahang menggumpal.
Selain mengkhawatirkan bagi quokka itu sendiri, kebiasaan dalam memberikan makanan juga membahayakan manusia. Pada dasarnya, quokka secara alamiah adalah hewan buas. Individu di Pulau Rottnest memang sudah terbiasa akan kehadiran manusia, tetapi risiko digigit masih sering terjadi. Anak-anak lebih banyak menjadi korban keganasan quokka meskipun tidak mengakibatkan cedera serius. Biasanya, hewan secara tidak sengaja merebut camilan dari manusia dengan jari-jari kecilnya.
ADVERTISEMENT

Ancaman bagi quokka

Undang-undang di akhir 1830-an menetapkan pulau itu sebagai koloni hukuman Aborigin, yang membuat sebagian besar manusia menjauh, sehingga habitat quokka tetap utuh. Sementara itu, quokka yang pernah tersebar di daratan Australia bagian barat tidak seberuntung itu. Perubahan dan perusakan habitat sejak kemunculan manusia ditambah perburuan dan pembunuhan hama telah mendorong spesies menuju ambang kepunahan.
Tak hanya sampai disitu, sejak diperkenalkan ke Australia pada tahun 1930-an, rubah merupakan salah satu predator quokka. Keberadaan kucing domestik, pembukaan lahan, risiko kebakaran hutan dan penyakit menyebar merupakan tantangan tambahan.
Upaya pemulihan yang bertujuan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan angka populasi terus dilakukan. Fokus konservasi terutama pada pengendalian predator dan pengelolaan habitat pulau. Implementasi perlindungan termasuk memastikan wisatawan yang memegang kamera tidak melampaui batas.
ADVERTISEMENT