Melihat Kampung Songo, Percontohan Urban Farming di Surabaya

Konten Media Partner
13 September 2021 14:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Kampung Songo sedang memanen sayuran hasil urban farming. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kampung Songo sedang memanen sayuran hasil urban farming. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat menginjakkan kaki di Kampung Songo yang berada di RT 09 RW 03, Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal, Kota Surabaya, pengunjung akan disuguhi lingkungan perkampungan hijau yang menyejukkan mata. Kampung ini sukses menerapkan urban farming di wilayahnya, dengan mengubah lahan sempit menjadi lahan produktif.
ADVERTISEMENT
Urban farming merupakan teknik pemanfaatan lahan sempit untuk pertanian. Teknik ini menjadi solusi yang paling tepat diterapkan di kota besar seperti Surabaya yang lahan pertaniannya terbatas.
Kegiatan urban farming telah dirintis warga Kampung Songo sejak beberapa bulan lalu. Kini warga di perkampungan tersebut tengah berbahagia karena sudah bisa menuai hasilnya berupa panen beragam jenis sayuran, di antaranya terong, tomat, cabai, selada air, pokcoy, kangkung, bayam, dan seledri.
Yaning Mustikaningrum, Ketua RT 09 sekaligus Koordinator Urban Farming Kampung Songo mengungkapkan, kegiatan urban farming di tempatnya berawal dari keinginannya untuk memanfaatkan lingkungan sekitar kampung.
Yaning tergerak untuk menghijaukan Kampung Songo dan keinginannya tersebut mendapat dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pihak DKPP, kata Yaning, memberikan bantuan pelatihan pengelolaan budidaya pangan dengan menghadirkan pakar pertanian. DKPP bahkan menggandeng komunitas Pecinta Hidroponik Surabaya sehingga warga Kampung Songo kini memiliki keahlian untuk menjalankan urban farming secara mandiri dan berkelanjutan.
Urban farming di kampung ini diwujudkan melalui teknik hidroponik, tasapot, tabulampot, dan lain-lain.
“Sekarang kampung kelihatan asri, hijau. Padahal dulunya kotor dan banyak tumpukan sampah,” ujar Yaning, Senin (13/9).
Selain lingkungan jadi hijau, lanjut Yaning, melalui urban farming warganya juga bisa berdaya dengan mencoba memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Saat harga di pasaran naik, warga bisa tetap berhemat karena kampung memiliki tanamannya sendiri.
Menurut Yaning, hal ini akan membantu warga. Terutama bagi yang memiliki pendapatan ekonomi menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
Misalnya saat harga cabai mahal, warga punya cabai sendiri.
"Kemandirian pangan ini sangat bermanfaat di tengah perekonomian sulit akibat pandemi," tukasnya.
Tak hanya urban farming, Kampung Songo juga membuat pupuk sendiri. Pupuk tersebut dibuat dari sisa sampah daun yang banyak berguguran di kawasan kampung.