Doktor Fisika ITS Manfaatkan Listrik Jadi Penyembuhan Kanker Otak

Konten Media Partner
30 Juli 2019 13:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anis Nismayanti seusai Sidang Terbuka Promosi Doktor Ilmu Fisika Dep. Fisika F. Sains ITS. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Anis Nismayanti seusai Sidang Terbuka Promosi Doktor Ilmu Fisika Dep. Fisika F. Sains ITS. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arus listrik bukan hanya bisa menyalakan perangkat elektronik. Hasil penelitian Anis Nismayanti, medan listrik bahkan bisa digunakan untuk pengobatan pasien kanker otak. Berkat penelitian ini, Anis menjadi doktor fisika pertama yang mengangkat topik fisika medik dalam disertasinya di Departemen Fisika, Fakultas Sains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
ADVERTISEMENT
Anis berhasil membuktikan kalau medan listrik yang dihitung secara akurat besarannya maka bisa menghambat proses pembelahan sel kanker dan menghancurkan sel kanker ketika sel tersebut membelah diri.
Melalui disertasi yang berjudul 'Wire Mesh Tomografi untuk Kuantifikasi Distribusi Intensitas Medan Listrik Pada Sistem Perencanaan Terapi Ecct (Electro Capacitive Cancer Therapy) Pada Kanker Otak' ini Anis optimis metodenya bisa berjalan lebih baik dari operasi, radioterapi, atau bahkan kemoterapi.
"Pengobatan kanker dengan cara tersebut menimbulkan efek samping negatif dan berdampak sangat kuat terhadap pasien, sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian," ungkap Anis, Selasa (30/7).
Anis menjelaskan, metode pengobatan kanker yang memanfaatkan medan listrik atau Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) menjadi terobosan baru dalam pengembangan teknologi pengobatan kanker, karena aman dan efektif ketika diterapkan pada kultur sel, model kanker hewan.
ADVERTISEMENT
Metode ECCT ini bekerja dengan memberikan medan listrik dengan arus kecil berfrekuensi menengah selama beberapa waktu. "Sehingga dapat menghambat proses pembelahan sel kanker dan menghancurkan sel kanker ketika sel tersebut membelah diri," jelas perempuan kelahiran 1984 ini.
Anis mengatakan, kunci keberhasilan ECCT adalah perhitungan dan pengukuran distribusi medan listrik secara akurat di daerah tumor atau terapi. Namun sejauh ini masih belum ada metode yang cukup akurat untuk melakukan hal tersebut.
"Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan solusi permasalahan tersebut," ucap perempuan berhijab ini.
Wire Mesh Tomography ini memiliki fitur yang menonjol untuk mengukur distribusi medan listrik sebagai validasi simulasi numerik di Treatment Planning System (TPS) atau sistem perencanaan terapi ECCT. Sehingga sensor ini menjadi pilihan untuk mendapatkan secara presisi dan akurat intensitas medan listrik pada tiap titik persilangan kawat dalam bentuk tomografi dua dimensi dengan menggunakan sebuah fantom, yakni sebuah alat yang menyerupai jaringan tubuh khususnya kepala dengan sel kankernya secara tiga dimensi.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, wire mesh sensor (WMS) yang digunakan untuk mendeteksi sebaran ukuran bubble dalam aliran fluida ini memiliki kelemahan saat ada sumber tegangan luar lain yang diberikan pada sistem. Sehingga menyebabkan pembacaan sinyal pada kawat receiver terganggu.
Maka dalam penelitian ini, Anis menghadirkan metode baru dengan menjadikan semua cabang kawat bertindak sebagai receiver dan pembacaan data tiap titik persilangan kawat diselesaikan dengan rekonstruksi citra menggunakan algoritma bilinear interpolasi untuk kuantifikasi distribusi intensitas medan listrik pada jaringan tubuh manusia tiruan. Lalu pendeteksian distribusi intensitas medan listrik pada alat terapi kanker ECCT telah dilakukan menggunakan sensor microstripline patch pada medium udara.
"Sehingga WMS yang ditanam pada fantom akan mendapatkan kuantifikasi distribusi intensitas medan listrik pada alat terapi kanker ECCT. Sehingga sistem perencanaan terapi ECCT lebih optimal," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Anis menambahkan jika penelitian ini juga bisa diterapkan untuk terapi yang menggunakan medan listrik secara umum. Anis juga berencana untuk merealisasikan hasil penelitiannya ini dengan langkah awal melakukan pendekatan secara personal kepada dokter yang terbuka terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
Berkat penelitian, Anis dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude setelah digelar sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin oleh Hamzah Fansuri SSi MSi PhD di Ruang Theater B Departemen Fisika ITS, Senin (30/7). (Reporter : Amanah Nur Asiah / Editor : Windy Goestiana)