Dokter: Vaksin COVID-19 Bukan Pemicu Kematian pada Lansia

Konten Media Partner
30 Maret 2021 6:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang lansia yang akan mengikuti vaksinasi COVID-19 di RSUD dr.Soewandhi Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Seorang lansia yang akan mengikuti vaksinasi COVID-19 di RSUD dr.Soewandhi Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belum lama ini jagat media sosial dihebohkan dengan postingan akun Puspadiani Suanda Santra yang menyebutkan jika kedua orangtuanya meninggal usai divaksin. Atas kejadian tersebut Dr. dr. Meity Ardiana Sp.JP., (k), FIHA, Sekretaris departemen kardiologi dan kedokteran vaskular FK Unair, buka suara.
ADVERTISEMENT
Menurut Meity, vaksin sangat penting diberikan kepada lansia untuk menangkal paparan virus COVID-19. Secara keseluruhan kurang dari 1 dari 100 orang yang terinfeksi akan meninggal karena COVID-19, tetapi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun ini kasus kematian meningkat menjadi 1 dari 10 orang.
"Itu kenapa vaksin penting diberikan kepada lansia. Jika mereka (lansia) terpapar COVID-19 maka cukup beresiko tinggi meninggal dunia karena komorbid (penyakit penyerta) yang dimiliki. Orang berusia di atas 65 tahun sudah pasti punya komorbid karena semakin usia bertambah sistem imun seseorang juga akan berkurang," jelas Meity, kepada Basra, (29/3).
Terkait unggahan yang viral tersebut, Meity menyebut bukan vaksin yang menjadi pemicu kematian, bisa saja karena faktor lain.
ADVERTISEMENT
"Saya contohkan gini, ada pasien datang menjalani vaksin, kemudian dia meninggal karena serangan jantung ataupun stroke. Kan bukan karena vaksinnya saja kemungkinan pasien tersebut meninggal tapi karena penyakitnya. Jadi kita bisa evaluasi, berapa kemungkinan persentasi pasien meninggal di usia tersebut, apakah ada peningkatan dengan pemberian vaksin?" papar Meity.
Dr. dr. Meity Ardiana Sp.JP., (k), FIHA, Sekretaris departemen kardiologi dan kedokteran vaskular FK Unair
Vaksin tersebut, kata Meity, telah terbukti efektif dan tidak ada masalah keamanan yang terlihat dalam penelitian terhadap lebih dari 20.000 orang. Dan terbukti pada beberapa pasien lansia, didapatkan peningkatan antibodinya, yang menunjukan efektivitas daripada vaksin tersebut.
Hanya saja pada lansia ada faktor komorbid yang perlu diperhatikan sebelum menjalani vaksinasi. Komorbid yang tanpa gejala akut bisa divaksin. Kecuali saat akan divaksin didapatkan gejala akut seperti nyeri dada yang khas, sesak dan keluhan lain yang membutuhkan konsultasi ke dokter.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), seperti semua obat, vaksin juga dapat menyebabkan efek samping. Sebagian besar bersifat ringan dan berjangka pendek, dan tidak semua orang mengalaminya. Bahkan jika mengalami gejala setelah vaksin dosis pertama, tetap perlu mendapatkan dosis kedua.
"Efek samping yang sangat umum mencakup rasa nyeri, perasaan berat dan nyeri di lengan tempat disuntik. Ini cenderung menjadi lebih berat sekitar 1-2 hari setelah vaksin. Kemudian merasa lelah
sakit kepala, nyeri umum, atau gejala seperti flu ringan," jelasnya.
Gejala setelah vaksinasi biasanya berlangsung kurang dari seminggu. Jika gejala tampaknya menjadi lebih buruk atau jika khawatir, segera hubungi dokter.
"Kalau nyeri yang dirasakan cukup hebat, segera cari bantuan emergency. Nah, saat mendatangi emergency ini pastikan memberi tahu mereka tentang vaksinasi yang sudah dilakukan sehingga mereka dapat menilai (tindakan medis) dengan benar," paparnya lagi.
ADVERTISEMENT
Kemudian ketika akan menerima suntikan vaksin dosis kedua namun tubuh sedang kurang sehat, kata dr. Meity, lebih baik menunggu sampai pulih untuk mendapatkan vaksin.