Kisah Nabi Nuh, Berdakwah di Tengah Masyarakat yang Kafir

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
26 Februari 2021 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bahtera Nabi Nuh. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bahtera Nabi Nuh. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nabi Nuh merupakan nabi ketiga setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Nabi Nuh adalah keturunan kesembilan dari Nabi Adam AS dan merupakan cucu dari Nabi Idris. Ia tinggal di sebuah lembah yang terletak di Mesopotamia, Irak Selatan.
ADVERTISEMENT
Nabi Nuh hidup di lingkungan masyarakat yang kafir dan sesat. Padahal, sebelumnya mereka merupakan orang beriman. Namun, setelah Nabi Idris wafat, tingkat keimanan semakin menurun. Mereka mulai membuat patung untuk menghormati tokoh-tokoh yang sudah meninggal, yang kemudian diberikan nama seperti Wadd, Suwa, Yaghus, Yauq, dan Nasr.
Mengutip jurnal Makna Kisah Nuh AS dalam Al-Qur'an oleh Muhammad Rusydi, Wadd berbentuk patung laki-laki sebagai simbol dewa keperkasaan, Suwa berbentuk perempuan sebagai simbol kecantikan atau kelembutan, Yaghus disimbolkan dengan singa yang menggambarkan kekuatan dan diyakini menyelamatkan dari kesulitan. Lalu ada Yauq disimbolkan kuda yang menggambarkan kecepatan untuk perjalanan dan peperangan, serta Nasr yang disimbolkan dengan elang yang mampu “mencuri” berita langit dan menganugerahi umur panjang.
ADVERTISEMENT
Meskipun awalnya hanya sekadar penghormatan, lama kelamaan mereka mulai menyembah patung-patung itu. Mereka percaya bahwa patung-patung tersebut memiliki kekuatan dan kehebatan yang bisa menentukan hidup mereka. Bahkan, istri dan salah satu anak Nabi Nuh, yaitu Kan’an termasuk dalam golongan tersebut. Inilah sejarah penyembahan berhala dimulai.
Nabi Nuh kemudian diutus oleh Allah SWT untuk membantu mereka keluar dari kesesatan tersebut dan menuju jalan yang benar. Nabi Nuh mulai berdakwah untuk menyadarkan mereka. Selama beratus-ratus tahun, ia terus menuntun kaumnya agar kembali menyembah Allah SWT. Namun, hanya sedikit dari mereka yang mengikutinya, yaitu sekitar 80 orang saja.
Nabi Nuh pun mengadu kepada Allah. Ia memohon kepada Allah SWT agar memusnahkan orang-orang durhaka tersbut.
ADVERTISEMENT
"Ya Tuhanku, jangan Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat, lagi sangat kufur." (QS. Nuh ayat 26-27).
Allah SWT mendengar doa Nabi Nuh, kemudian memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat kapal yang sangat besar. Bersama pengikutnya yang beriman, ia membuat sebuah kapal besar dari kayu.
Nabi Nuh dan pengikutnya tetap sabar dan tekun membuat kapal itu meskipun mendapat cemoohan dari para pembencinya. Hingga akhirnya, kapal tersebut selesai dibuat.
Kemudian Allah SWT memberi perintah untuk mengumpulkan beberapa pasang binatang (jantan dan betina). Semua binatang itu diangkut ke dalam kapal yang dinaiki Nabi Nuh dan puluhan pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, hujan deras mulai turun. Dengan cepat, air membanjiri bumi hingga menenggelamkan rumah. Orang-orang yang menolak mengikuti Nabi Nuh pun tenggelam, termasuk istri dan anaknya.
Nabi Nuh sempat melihat Kan’an sedang menyelamatkan diri. Karena kasih sayangnya, ia pun berupaya menyelamatkan putranya tersebut. Namun, Kan’an menolaknya. Tak lama kemudian, gelombang besar datang menghanyutkannya. Kan’an pun tidak terlihat lagi.
Nabi Nuh merasa sangat sedih, tetapi ia tetap menerima keputusan Allah. Setelah beberapa hari, banjir pun surut dan kapal dapat berlabuh di daratan lagi. Orang-orang beriman yang selamat memulai hidup baru tanpa gangguan orang-orang kafir yang sudah tenggelam dibinasakan Allah karena kesesatannya.
(ADS)