Saling Lempar Pembuat Aplikasi SekitarKita

Konten Media Partner
27 Juni 2020 15:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangkapan layar aplikasi "Sekitar Kita"
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar aplikasi "Sekitar Kita"
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
GORONTALO - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Gorontalo telah berakhir, pada Minggu (14/6). Gorontalo saat ini masuk program new normal. Beberapa kebijakan diubah oleh pemerintah. Salah satunya syarat masuk. Masyarakat harus memiliki SIM (surat izin masuk). SIM bisa diakses melalui aplikasi “SekitarKita”.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Provinsi Gorontalo, Sumarwoto menjelaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo ingin daerahnya bebas dari virus corona. Makanya, pihak pemerintah ingin membentuk suatu program untuk memutus mata rantai COVID-19.
Pasalnya, jika masyarakat ingin masuk di daerah Gorontalo harus bebas dari corona. Kata Sumarwoto, hal itu dibuktikan dengan hasil rapid dan swab test yang non reaktif atau negatif.
Sumarwoto menuturkan, untuk mendapatkan SIM, masyarakat mengunduh terlebih dahulu aplikasi SekitarKita. Untuk mengunduhnnya bisa melalui https://covid-19.gorontaloprov.go.id.
Setelah mengunduhnya, masyarakat tinggal mengunggah KTP dan hasil test yang non reaktif. Setelah itu, kata Sumarwoto, dalam aplikasi tersebut akan muncul pertanyaan mengenai keaslian dokumen. Akan muncul lagi surat izin masuk ke Gorontalo.
ADVERTISEMENT
“Dibuat online karena sudah zamannya orang menggunakan teknologi. Supaya layanannya cepat. Orang dari luar daerah mengakses satu kali masuk ke Gorontalo,” ucap Sumarwoto.
Selain dari kegunaan untuk izin masuk ke Gorontalo, aplikasi ini juga untuk memantau pergerakan orang di dalam daerah.
Ketika masyarakat selesai mengisi data diri di aplikasi tersebut, gugus tugas otomatis akan memantau pergerakannya. Sebut Sumarwoto, jika orang tersebut berada pada zona merah, maka akan diingatkan.
Sebelumnya, dalam pembentukan aplikasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo melakukan rapat. Dalam rapat tersebut melibatkan pihak Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Dinas Kominfo. Sumarwoto mengatakan, Kominfo bersama UNG yang membuat aplikasinya.
Kata Sumarwoto, aplikasi tersebut sudah siap digunakan oleh masyarakat. Sejak PSBB berakhir, pada tanggal 15 Juni 2020 masyarakat sudah bisa mengunduh dan menggunakannya.
ADVERTISEMENT
“Siapa saja harus mengisi aplikasi itu, bagi masyarakat yang ingin masuk. Gunanya melindungi masyarakat Gorontalo,” ungkapnya.
Sumarwoto menambahkan, di titik-titik pintu masuk ke Gorontalo, akan ditempatkan petugas dari Dinas Kominfo. Mereka nantinya yang akan membantu untuk menginstal dan mengunggah dokumen masyarakat menggunakan aplikasi SekitarKita. Hal itu dilakukan kepada masyarakat yang tidak memiliki ponsel pintar atau tidak paham menggunakan aplikasi tersebut.
Saat dikonfirmasi mengenai aplikasi SekitarKita, Dinas Kominfo Provinsi Gorontalo melalui Kabid E-Gov mengarahkan Banthayo untuk menemui Bappeda Provinsi Gorontalo. Banthayo kemudian melakukan konfirmasi kepada Bappeda Provinsi Gorontalo.
Kepala Bappeda Litbang Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki menuturkan, aplikasi tersebut sudah ada di Play Store. Saat pertama mengusulkan aplikasi, pihaknya meminta bantuan kepada tim krisis center COVID-19 UNG.
ADVERTISEMENT
“Salah satu yang diusulkan adalah aplikasi tersebut. Aplikasi itu dipaparkan oleh krisis center UNG. Kita kerjasama karena bagian dari gugus untuk evaluasi PSBB,” ucapnya.
Pada awal pembentukan aplikasi tersebut, peggunaannya sebatas untuk mengetahui posisi saat berada di zona merah. Dan juga mengetahui siapa saja yang pernah kontak sesama pengguna aplikasi.
Dalam aplikasi tersebut, kata Budiyanto, terdapat self assessment. Masyarakat bisa memanfaatkannnya ketika masuk ke Gorontalo. Masyarakat bisa mengisi sejumlah pertanyaan terkait dengan kondisi kesehatan.
“Assesment tanggungjawab masing-masing, makanya kita minta mengisi dengan jujur. Dengan begitu mereka bisa tahu kondisi kesehatan seperti apa,” tuturnya.
Budiyanto mengatakan, pihaknya melihat ada hal yang bisa kita kembangkan dalam aplikasi itu. Salah satunya kebutuhan untuk menerbitkan SIM. Maka pihaknya mengintegrasikan dengan aplikasi SekitarKita.
ADVERTISEMENT
“Kita customize sesuai dengan kebutuhan kita. Pihak UNG yang berkolaborasi dengan developer. Kemudian dikembangkan oleh pihak UNG. Kita meminta mereka melakukan customize,” ungkapnya.
Bersama Kominfo, UNG diminta untuk mengembangkan aplikasi SekitarKita. Dan aplikasi tersebut siap digunakan masyarakat yang membutuhkan.
“Kemungkinan bahkan ASN juga ikut. Supaya bisa memonitor kondisi kesehatan mereka,” sebutnya.
Menurut Budiyanto, sejak awal aplikasi tersebut sudah baik digunakan oleh pelaku perjalanan. Untuk sosialisasi, pihaknya melakukannya terhadap pelaku perjalanan. Untuk jumlah pengguna aplikasi, Budiyanto tidak mengetahuinya.
“Kalau dia tidak punya android dia bisa buka lewat web, dan juga bisa dibantu oleh orang lain. Dan ini terus kita sempurnakan, sambil melihat hal-hal yang bisa dikembangkan,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Budiyanto berharap masyarakat bisa memanfaatkan aplikasi yang dikembangkan oleh krisis center COVID-19 UNG. “Kalau misalnya masyarakat sadar menginstalnya, kita bisa lihat riwayat siapa saja kontak dengan yang bersangkutan,” imbuhnya.
Kepala Bappeda Litbang Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki. Foto: Dok istimewa
Kemudian Banthayo melakukan konfirmasi kembali kepada Dinas Kominfo Provinsi Gorontalo. Saat ditanya mengenai developer dan pengembang aplikasi SekitarKita, pihaknya menyebut UNG dan Kominfo yang melakukannya.
Banthayo melakukan konfirmasi kepada pihak UNG. Lalu diarahkan ke Pustikom UNG. Saat ditanya mengenai aplikasi SekitarKita, Pustikom UNG menjawab pihaknya bukan developer dari aplikasi SekitarKita.
“Terkait customize juga bukan dari UNG,” tulis pihak Pustikom UNG, saat dikonfirmasi.
Gedung rektorat Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
Hersal Febian, Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) asal Suwalesi Tengah mengaku pernah menggunakan aplikasi SekitarKita. Menurutnya, aplikasi tersebut bagus dari segi tampilan.
ADVERTISEMENT
“Unik dan sangat mudah dioperasikan untuk kaum milenial saat ini,” ucap Hersal.
Namun terdapat kendala dalam menggunakan aplikasi tersebut. Dalam penggunaan aplikasi, pengguna harus mengunggah SIKM. Untuk mengunggahnya, pengguna harus memasukan nomor induk kependudukan (NIK) yang tertera dalam kartu tanda penduduk (KTP).
Menurut Hersal, hal itu tidak perlu dilakukan. Karena hanya akan memperlambat warga saat akan mengurus di perbatasan.
“Pengalaman saya waktu berangkat ke Gorontalo, ada anak di bawah umur yang belum memiliki KTP. Sebagai penggantinya orang tuanya harus menyertakan kartu keluarga. Itu yang membuat lama,” terang Hersal.
Selain itu, ia juga mengatakan terdapat warga yang tidak memiliki paket internet dan tidak bisa menggunakan aplikasi tersebut. Menurutnya, untuk masyarakat tersebut, harusnya hanya mengambil gambar KTP dan SIKM yang telah dibuat.
ADVERTISEMENT
“Jadi tanpa menggunakan aplikasi, masyarakat tinggal menunjukan gambar di ponsel kepada petugas yang akan memeriksanya di perbatasan,” ujarnya.
Hersal mengeluhkan kondisi saat ini. Masyarakat jadi sulit untuk masuk ke daerah Gorontalo. Penjagaan sangat ketat oleh para petugas di perbatasan.
“Namun penjagaan itu membuat kita jadi lebih aman,” tuturnya.
Tangkapan layar aplikasi "Sekitar Kita"
Lain halnya dengan Rinaldi Napu, yang juga mahasiswa asal Sulawesi Tengah (Sulteng) kuliah di Gorontalo. Kata dia, penerapan aplikasi ini belum menyeluruh.
Rinaldi menjelaskan, adiknya telah berangkat ke Sulteng melalui jalur pelabuhan. Namun, saat itu adiknya tidak menggunakan aplikasi SekitarKita. Juga beberapa orang tidak menggunakannya.
“Pihak pelabuhan hanya bagikan brosur. Tapi saya dengar dari Humas Provinsi Gorontalo untuk lewat itu harus pakai aplikasi. Namun di lapangan tidak ada,” ucap Rinaldi.
ADVERTISEMENT
Rinaldi menyayangkan beberapa orang tidak sanggup untuk menggunakan aplikasi tersebut. Lantaran ada juga orang yang tidak memiliki ponsel pintar.
Tangkapan layar aplikasi "Sekitar Kita"
“Terutama kami dari pedesaan dan kepulauan. Orang tua kami susah. Apakah harus beli hp?” keluhnya. Rinaldi menambahkan, terutama para mahasiswa, menurutnya, banyak mahasiswa yang belum memiliki ponsel pintar.
Dia juga mempertanyakan aplikasi tersebut. Karena info yang didengarnya, aplikasi tersebut ada di Play Store. Namun, saat ia memeriksanya, aplikasi tersebut tidak ada di Play Store.
“Jangan sampai aplikasi ini bahaya, tidak jelas. Dan juga ukuran aplikasinya lumayan besar untuk diunduh,” pungkasnya.
-----
Reporter: Fadhil Hadju