MSAM Hidupkan Ekonomi Pulau Laut Kotabaru

Konten Media Partner
22 Mei 2018 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banjarhits.id - PT Multi Sarana Agro Mandiri (MSAM) yang beroperasi di Pulau Laut terus berkontribusi membantu masyarakat lokal, sejak mendapat izin lokasi pada 13 Maret 2012 dan izin usaha perkebunan pada 7 Mei 2015. Perusahaan perkebunan sawit ini banyak menyerap tenaga kerja lokal dan menggerakkan roda perekonomian di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru.
ADVERTISEMENT
Dalam operasional, MSAM menggandeng Inhutani II selaku pemegang izin pengusahaan lahan seluas 14.333 hektare. MSAM merupakan anak perusahaan PT Eshan Agro Sentosa (EAS) Grup, yang memiliki land bank mencapai 200.000 hektare lebih di wilayah Kalsel, Kaltim, dan Kalteng.
Direktur Utama PT MSAM, Kusdi Sastro Kidjan, menuturkan keberadaan MSAM mendapat dukungan besar masyarakat yang berada di kawasan perkebunan, yakni Kecamatan Pulau Tengah. "Karena di tempat kami serapan tenaga kerja tinggi. Tidak perlu skill tertentu jika mau kerja di lapangan," ujar Kusdi lewat siaran pers.
MSAM telah menyerap tenaga kerja sekitar 1.119 karyawan, 90 persen di antaranya warga setempat. Angka tenaga kerja ini di luar pekerja pabrik pengolahan CPO. "Perkebunan kelapa sawit kan padat karya. Apalagi kalau nanti kami selesai garap semua lahan. Dua ribuan lebih tenaga kerja akan diserap,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Adapun konsesi kerja MSAM— milik pengusaha lokal H Samsudin Andi Arsyad atau lebih dikenal H Isam— meliputi wilayah di Desa Samisir, Desa Sungai Pasir, Selino, Mekarpura, dan Desa Selaru, Kecamatan Pulau Laut Tengah, Kotabaru. Kusdi berkata, MSAM terus mengembangkan kawasan Pulau Laut Tengah dengan membangun tempat pendidikan bagi anak-anak pekerja, layanan kesehatan, pesantren, dan kebun buah durian yang akan dikelola warga.
"Pulau Laut ini indah sekali. Nanti kami tanami lahan kami 7,1 hektare bibit durian unggul. Warga silakan kelola," ucap Kusdi Sastro Kidjan. Apalagi, kata dia, MSAM akan membangun pabrik crude palm oil (CPO) dengan kapasitas produksi 65 ton per jam di akhir tahun 2018 atau awal 2019. Pabrik diperkirakan menyerap tenaga kerja terampil sekitar 200 orang.
ADVERTISEMENT
Industri kelapa sawit masa depan:
Kusdi menggambarkan satu siklus tanam kelapa sawit menghasilkan 550 ton per hektare lahan atau setara 20 ton sebulan. MSAM menguasai lahan sekitar 11.000 hektare, maka perusahaan bisa menghasilkan 220.000 ton buah sawit dalam sebulan. Adapun setiap ton sawit unggul menghasilkan 24 persen minyak CPO. Artinya ada 220.000 ton sawit akan menghasilkan 52.800 ton CPO, dengan asimsi harga CPO sekarang di pasaran sekitar Rp 7,6 juta per ton.
Kusdi mengatakan devisa terbesar Indonesia berasal dari minyak sawit sebesar Rp 300 triliun dalam setahun. Menurut Kusdi, mayoritas perusahaan sawit di Indonesia boleh dibilang punya asing. “Ini kita (MSAM) punya orang lokal sendiri. Dari total lahan kami, nanti akan kami kasih ke warga lahan plasma 1.800 hektare," Kusdi berjanji.
ADVERTISEMENT
Pabrik CPO MSAM di Pulau Laut, misalnya, tidak cuma menyerap hasil kebun sendiri, tapi juga menyerap hasil kebun warga lainnya. "Ini usaha yang jelas hitungannya. Dan kami itu bayar pajak di sini nanti. Jadi uangnya bisa untuk pembangunan di sini."
Sejak MSAM masuk ke Pulau Laut Tengah, ekonomi warga pelan-pelan meningkat. Indikasinya mengacu makin banyaknya dealer motor dan maraknya pasar malam. Menurut Kusdi, warga lokal yang bekerja di MSAM lambat laun makin sejahtera.
“Perlu disadari juga, sawit itu usaha terus-menerus. Apa coba dalam sehari yang tidak pakai minyak? Sabun juga bahan bakunya dari sawit, sampo, banyak turunannya.”
Kepala Desa Sungai Pasir, Kaspul Anwar, menuturkan ada 70 persen warganya bekerja di MSAM. Sejak bekerja di MSAM, warga desa makin sejahtera dan mampu membeli aneka properti, seperti kredit motor baru.
ADVERTISEMENT
Kaspul membantah tuduhan MSAM telah menggusur lahan warga transmigrasi di Desa Sungai Pasir. Makanya kami du MSAM. Saya di sini bicara fakta lapangan saja," kata Kaspul.
Seorang guru SD di Desa Selino, Saifullah, menguatkan keterangan Kusdi. Menurut Saifullah, perkebunan sawit MSAM mengungkit perekonomian warga lokal. "Pasar malam memang sudah ada sejak dulu, namun baru ramai pas MSAM masuk," ucap Saifullah.
Adapun Pimpinan Tahfiz Quran Ahsanu Amala As'adiyah Desa Selino, Amrullah, berkata MSAM merekrut warga lokal untuk bekerja dan memanfaatkan lahan yang tidak produktif. Selain itu, Amrullah tegas membantah MSAM menggusur makam.
Amrullah lebih mendukung perkebunan kelapa sawit ketimbang tambang batu bara di Pulau Laut. Sebab, kata dia, pekerja tambang batubara hanya mereka yang punya skill dan bukan energi terbarukan.
ADVERTISEMENT
“Usaha habis ketika batu bara sudah habis. Sementara dampak tambang terhadap sosial budaya juga tinggi, seperti munculnya prostitusi jalanan dan lainnya,” ujarnya. Sebab itu, Amrullah dan warga lokal terus mendukung MSAM selama perusahaan dapat berkontribusi terbaik untuk rakyat. (Advertorial)