Tradisi dan Prosesi Munggahan

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
28 Maret 2022 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suasana di seputaran kota Bandung hari kemarin Minggu, 27 Maret 2022 sepertinya berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Kepadatan pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan, kepadatan kendaraan bermotor, dan beberapa lokasi seperti di sekitar Gedung Sate terpantau ramai sekali.
ADVERTISEMENT
Sebentar lagi, umat muslim akan menyambut datangnya bulan Ramadhan 1443 Hijriyah. Besar dugaan kemungkinannya masyarakat atau warga Bandung dan sekitarnya memadati berbagai wilayah atau tempat untuk melakukan tradisi munggahan. Hal ini mengingat sekitar 6 hari menjelang datangnya bulan suci ramadhan yang bisa jatuh pada hari Sabtu atau Minggu nanti menunggu keputusan sidang Isbat pemerintah.
Munggahan menjadi sesuatu yang sudah turun temurun dilakukan oleh umat Islam, dan munggahan adalah tradisi yang dilakukan dengan berbagai cara oleh umat Islam sebagai tanda gembira dan suka cita untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang penuh ampunan.
Jika melihat makna dalam Syariat Islam, baik dalam Al Quran maupun Hadits tidak ada penjelasan mengenai kata munggahan.Tradisi munggahan umumnya biasanya pada satu, dua hari menjelang Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan munggahan dahulu sederhananya dengan melakukan kuramas (keramas) atau mandi besar, lalu bersih-bersih rumah, makam kelurga dan mushola atau mesjid.
Kemudian bersilaturahim antar keluarga, saudara atau tetangga, dengan berjabat tangan, dan saling memaafkan dengan hati yang ikhlas harapannya maka akan kembali suci, dan siap menghadapi bulan ramadhan.
Dalam situs Wikipedia, munggahan berasal dari Bahasa Sunda, "unggah" yang berarti naik. Itu bermakna naik ke bulan yang suci atau bulan yang lebih tinggi derajatnya. Sebagaimana dalam ajaran Islam, ramadhan adalah bulan yang 1000 kali lebih baik dan tinggi derajatnya dari bulan yang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, munggahan berarti tradisi berkumpul dan makan bersama dengan keluarga atau teman untuk menyambut bulan ramadhan.
ADVERTISEMENT
Tradisi munggahan senyatanya dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Tujuannya untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama setahun sebelumnya. Selain itu agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di ramadhan.
Makna lainnya, munggahan adalah ketika datangnya bulan suci ramadhan maka kita diperintahkan kita untuk mensucikan diri, memaafkan terhadap satu sama lain, dan memohon ampun kepada Allah Swt.
Kata munggah sebagai bentuk perubahan dari keburukan menjadi kebaikan dengan derajat yang lebih tinggi. Dan munggahan menjadi prosesi penyambutan bulan puasa yang penuh kemuliaan, sehingga umat Muslim akan merasa bahagia dan dinaikkan derajatnya.
Ilustrasi menyambut Ramadan dengan tradisi Munggahan, Foto:Pixabay
Saat ini seiring perubahan zaman dan peradabannya, tradisi dan prosesi munggahan mengalami perubahan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan biasanya berbentuk perayaan atau syukuran seperti; bertukar makanan antar keluarga (rantangan), kumpul rame rame penuh kasih sayang disertai makan bersama (botram), ziarah kubur (nadran atau nyekar), bersih bersih rumah juga tempat ibadah, doa bersama, rekreasi atau piknik keluarga, dan banyak juga yang mudik ke kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
Menarik dan unik tradisi munggahan masyarakat Sunda menyambut bulan puasa ini telah ada dari zaman dahulu, hingga saat ini masih terpelihara dan dipertahankan.
Kutipan Lirik lagu Haddad Alwi ft Anti " Marhaban Ya Ramadhan " menjadi hal utama kita menyambut datangnya bulan suci ramadhan 2022.
Semoga Allah Swt memberikan kesempatan kembali kita semua untuk bisa menyelesaikan ibadah puasanya selama sebulan penuh dan menjadi golongan orang-orang yang taqwa.