Pertama Kali Berkunjung ke Perpustakaan Tertinggi di Dunia

Angeli Valencia Pratiwi
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Mei 2022 20:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angeli Valencia Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Sumber foto : Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Sumber foto : Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang pasti mempunyai impian untuk mengunjungi suatu tempat tertentu. Tempat terkenal yang sudah dikunjungi oleh banyak orang hingga membuat diri ikut penasaran untuk berkunjung juga.
ADVERTISEMENT
Hal itulah yang juga aku rasakan. Sejak lama aku mempunyai keinginan atau wishlist untuk berkunjung ke perpustakaan tertinggi di dunia, tepatnya yakni Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Dahulu sebelum aku berpindah ke Depok, aku selalu berkhayal bagaimana rasanya menginjakkan kaki di gedung Perpustakaan Nasional dan merasakan sensasi membaca buku di sana.
Kini ketika aku sudah berada di Depok, maka dengan penuh semangat aku segera merencanakan agenda untuk berkunjung ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Perpusnas terletak di daerah Jakarta Pusat.
Perjalanan menuju ke Perpusnas kutempuh dengan menaikki Kereta Rel Listrik (KRL) dari Stasiun Depok Baru dan berhenti di Stasiun Gondangdia. Tentu saja ini juga merupakan pengalaman pertama kali bagi diriku menaikki KRL. Sepanjang perjalanan selama naik KRL aku tidak henti melihat bagaimana pemandangan sekitar yang terlihat dari dalam gerbong.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di Stasiun Gondangdia, aku turun kemudian lanjut berjalan kaki menuju ke Perpusnas. Waktu yang kutempuh untuk bisa sampai di Perpusnas sekitar hampir dua puluh lima menit. Rasa lelah cukup aku rasakan, meski begitu aku tetap bersemangat karena dengan kesempatan itu aku bisa melihat gedung-gedung tinggi di Kota Jakarta.
Ketika sampai di depan bangunan tinggi dengan tulisan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, aku segera masuk ke dalam setelah melakukan scan aplikasi Pedulilindungi.
Di area depan sebelum benar-benar berhadapan dengan gedung Perpusnas, aku melewati sebuah museum. Museum yang menyajikan banyak informasi dan barang-barang yang berkaitan dengan literasi di Indonesia.
Setelah itu, tibalah aku di depan gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang menjulang tinggi di hadapanku. Aku sedikit tidak menyangka bahwa akhirnya aku bisa mengunjungi tempat itu. Tempat yang selama ini hanya aku lihat di media sosial karena sering dibicarakan atau direkomendasikan oleh orang-orang.
ADVERTISEMENT
Perasaan kagum sekaligus terharu membuatku terdiam sejenak. Tidak lupa aku menyempatkan diri untuk memotret gedung Perpusnas dan mengirimkan foto ke kedua orang tuaku.
Aku segera masuk ke dalam gedung kemudian menyimpan tas dan barang lain yang kubawa sebelum naik ke lantai yang ingin kutuju. Gedung Perpusnas terdiri dari 24 lantai dengan tinggi mencapai 126,3 meter. Aku memutuskan untuk naik ke lantai 21 dan 22, tempat di mana aku bisa mencari sekaligus membaca buku yang ingin kubaca.
Di lantai 21 dan 22 ternyata ada begitu banyak rak yang berisi berbagai macam buku hingga membuatku sedikit bingung untuk mencari buku yang akan kubaca di sana. Namun pada akhirnya aku memilih buku yang sudah lama aku incar, novel nonfiksi karya Almira Bastari berjudul Resign.
ADVERTISEMENT
Dengan buku itu aku menghabiskan waktuku duduk di salah satu sofa di sudut lantai 21 sambil sesekali memperhatikan kegiatan apa yang orang-orang lakukan selama di Perpusnas. Ada yang sama sepertiku yaitu membaca buku, ada juga yang mengerjakan tugas di depan laptop sambil mengetikkan sesuatu.
Aku sungguh bahagia karena akhirnya bisa merasakan bagaimana rasanya membaca buku di dalam gedung Perpusnas. Rasanya tentu saja nyaman, aman dan tenang. Aku bisa fokus membaca dengan tenang tanpa merasa terganggu dengan suara keramaian meskipun terdapat banyak orang di sana.
Suasana membaca buku senyaman itu di Perpusnas membuatku betah berlama-lama di sana. Suasana itulah yang tentu tidak ingin kurasakan hanya sekali saja, jadi aku akan berusaha sesering mungkin berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bila aku punya waktu luang.
ADVERTISEMENT
(Angeli Valencia Pratiwi/Politeknik Negeri Jakarta)