Menyusuri Kota La Paz, Bolivia, dari Ketinggian
Konten dari Pengguna
7 Maret 2020 12:43 WIB
Tulisan dari andostobing tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa yang Anda bayangkan ketika seseorang mengajak Anda untuk melihat pemandangan kota dari atas langit? Mungkin Anda menyangka akan duduk di dalam pesawat terbang sambil melihat-lihat pemandangan kota di bawahnya. Mungkin juga Anda akan berkendara hingga ketinggian tertentu lalu memandang pedesaan yang ada di lembah bukit, atau bahkan Anda akan terbang di atasnya menggunakan paralayang seperti yang marak dilakukan oleh turis di daerah Puncak. Namun, di kota La Paz Anda dapat melakukannya dengan kereta gantung.
Bagi penduduk Jakarta dapat dikatakan beruntung karena kereta gantung/skylift sudah eksis sejak tahun 1975 sebagai salah satu wahana pengunjung di Taman Mini Indonesia Indah. Keberadaannya terus meluas ke tempat-tempat wisata lainnya seperti di Taman Safari Cisarua, Taman Impian Jaya Ancol, dan rencananya Pemerintah akan membangun jalur kereta gantung terpanjang di dunia sejauh 30 KM yang akan melintasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan penduduk kota La Paz, ibu kota administratif Bolivia, mereka baru dapat menikmatinya pada tahun 2014 meskipun ide pembuatannya sudah tercetus sejak tahun 1970. Pemerintah Bolivia menjadikan kereta gantung sebagai sarana transportasi publik yang dapat memberikan manfaat dan dampak besar bagi masyarakat, terutama untuk menghubungkan daerah terpencil dengan pusat kota. Itulah sebabnya jalur kereta gantung gelombang pertama dibangun untuk menghubungkan kota El Alto (4.150 meter dpl) dengan kota La Paz (3.640 meter dpl) dan diberi kode warna merah. Selanjutnya dibangun juga jalur kuning dan hijau, yang ketiganya merupakan warna dasar dari bendera nasional Bolivia.
Selain sarana transportasi, ternyata kereta gantung (dalam bahasa setempat disebut Teleférico) juga dimanfaatkan sebagai tempat tujuan wisata baik oleh penduduk setempat maupun turis asing. Harga tiketnya cukup murah, sekitar 3 Bs (ekuivalen Rp 6.200,-) untuk sekali perjalanan di jalur yang sama. Armada keretanya pun modern, menggunakan pintu otomatis, dengan kapasitas maksimal 10 orang dewasa. Anda pun tidak perlu khawatir soal keamanan, terutama bila angin bertiup kencang maka sistem akan secara otomatis menghentikan sementara operasional kereta gantung sampai kecepatan angin kembali normal.
Mi Teleférico sebagai perusahaan pengelola kereta gantung terus mengembangkan dan membangun jalur-jalur lainnya, yang saat ini sudah mencapai total 10 jalur dengan kode warna yang sangat beragam, dengan bantuan teknis maupun investasi dari negara-negara maju seperti Jerman, Swiss, dan Austria. Baru-baru ini, perusahaan tersebut memenangkan penghargaan utama pada World Smart City Awards 2019 yang diadakan di Barcelona, Spanyol, mengalahkan platform transportasi terintegrasi di Taipei, China, dan Axilion Smart Mobility di Israel.
ADVERTISEMENT
Mungkin bagi sebagian orang yang memiliki acrophobia, berada di dalam sebuah kotak bergerak yang menggantung di ketinggian 10-30 meter di atas tanah dan mengandalkan seutas kabel baja berdiameter 50cm untuk menarik kotak tersebut dengan kecepatan 5 meter/detik, pasti akan membuatnya bergidik, apalagi ketika membayangkan kereta harus berhenti di tengah jalan karena diterpa angin kencang. Namun, ingatlah bahwa panorama indah kota La Paz dan keramahan penduduknya selalu menanti Anda.
Live Update
Pesawat latih jenis Tecnam P2006T dengan nomor pesawat PK-IFP jatuh di Lapangan Sunburst, BSD, Tangerang Selatan, Minggu (19/5). Pesawat dengan rute Tanjung Lesung-Pondok Cabe tersebut sudah hilang kontak sejak 13.43 WIB. Dilaporkan 3 orang tewas.
Updated 19 Mei 2024, 22:10 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini