Sekuritisasi Isu Radikalisme hingga Konten Emosional Jurnalisme

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
24 November 2018 3:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Badan Intelijen Negara (Foto: ANTARAFOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Badan Intelijen Negara (Foto: ANTARAFOTO)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aksara edisi kali ini memuat empat user story menarik yang membahas berbagai topik. Mulai dari menyoal dunia intelijen, politik, fenomena alam, hingga konten emosional dalam jurnalistik. Seperti apa? Simak ulasan singkatnya.
ADVERTISEMENT
1. BIN dan Upaya Sekuritisasi Isu Radikalisme yang Keliru
Apa sebenarnya tujuan Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkap data 41 masjid pemerintahan dan 7 kampus yang terpapar radikalisme? Jika hanya untuk peringatan dini, rasanya rakyat tak perlu dibuat was-was karenanya. Lebih baik data itu disimpan rapat-rapat untuk kalangan BIN dan pengambil kebijakan terkait saja.
Berbeda halnya jika BIN ingin melibatkan masyarakat dalam penanganan radikalisme ini. Jika demikian, maka dapat dipahami apabila BIN buka-bukaan soal data tersebut. Namun sebelum itu dilakukan, publik sekalian juga harus diberi tahu, seperti apa ‘radikalisme’ ala BIN yang mesti ikut ditangani masyarakat?
2. Ulama, Politik, dan Kekuasaan
Setiap memasuk tahun politik, posisi dan peran ulama bisa dipastikan akan naik daun. Preferensi dan keputusan para warga masyarakat menetapkan pilihan afiliasi partai politik, anggota legislatif yang dipercaya sebagai wakilnya, maupun pemimpin daerah dan pemimpin nasional, salah satunya masih dipengaruhi suara para ulama.
ADVERTISEMENT
Ulama dan politik dalam kenyataan memang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tetapi, keterlibatan ulama yang berlebihan dalam kehidupan politik, apalagi telah terkontaminasi kekuasaan, niscaya cepat atau lambat reputasi mereka akan terdegradasi, dan bahkan ujung-ujungnya akan kehilangan penghormatan dari warga masyarakat.
3. Fenomena Hujan Es dan Karakteristik Atmosfer Kita
Pada Kamis (22/11), di daerah Semanggi, Jakarta, warga diramaikan dengan fenomena hujan es yang terjadi sore hari sekitar pukul 15.30 WIB. Selain hujan es, angin kencang juga dilaporkan merobohkan puluhan pohon dan bangunan di beberapa lokasi di Indonesia.
Tentu saja fenomena meteorologi tersebut bukan hanya mengganggu aktivitas keseharian, namun sangat membahayakan keselamatan kita. Apa sebenarnya yang terjadi dengan cuaca dan iklim kita?
ADVERTISEMENT
4. Baiq, Prita, dan Konten Emosional yang Menyelamatkan Kita
Sebuah artikel di medium.com ini menarik perhatian saya. Sudah lama memang. Judulnya: Emotions Will Save Journalism in the Digital Age.
Di dalamnya ada rujukan jurnal yang ditulis oleh pengajar media di London School of Economics, yakni Charlie Becket dan Mark Deuze dari University of Amsterdam. Isinya mengenai konten emosional yang akan menyelamatkan produk jurnalistik di era digital.
Tulisan dan rujukan itu memberi banyak pengaruh terhadap cara pandang saya terhadap konten saat ini. Ditambah lagi dengan konten-konten yang selama ini saya pelajari di kumparan, saya yakin apa yang mereka tulis dan bahas itu benar adanya. Bagaimana elaborasinya?
Baca terus Aksara edisi lainnya.
ADVERTISEMENT