Saya dan Toponimi (1)

Aji Putra Perdana
Seorang Geograf(er) yang mengamati lingkungan sekitar dari sudut pandang geografi. Pemerhati Peta dan Toponim. Saat ini bekerja di Badan Informasi Geospasial.
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2021 12:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulisan kali ini akan mengulas secuplik perjalanan saya mengenal toponimi, termasuk keterlibatan dalam penyelenggaraan pembakuannya di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Antara Tugas, Reuni, dan Belajar Hal Baru

Saya teringat pertama kali ditempatkan di Pusat Pemetaan Dasar, Bakosurtanal (kini, Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim, Badan Informasi Geospasial [BIG]) bertemu dengan Kepala Pusat saat itu, (Almarhum) Pak Edwin. Beliau meminta saya untuk "belajar" toponimi.
Mengingat saya adalah seorang geograf(er) sehingga beliau meminta saya untuk mencoba fokus belajar tentang toponimi. Bagi saya, hal tersebut adalah peluang dan tantangan.
Dari situlah saya belajar banyak dari Almarhum Prof. Jacub Rais (sayangnya belum sempat bertemu lama). Saya juga belajar dari Pak Widodo, Bu Titiek, Pak Sukendra, Bu Anastutik, Pak Hermayulis, Prof. Mia, dan sejumlah senior lainnya.
Lalu apa sebenarnya itu toponim dan toponimi? Toponim adalah adalah nama (unsur) geografi atau nama (unsur) rupabumi, atau dikenal pula dengan nama tempat (place names).
ADVERTISEMENT
Sedangkan, toponimi adalah ilmu tentang penamaan unsur geografis/ rupabumi atau dapat pula merupakan totalitas dari toponim dalam suatu wilayah. Toponimi ini merupakan cabang ilmu onomastika yang menyelidiki nama geografis/ nama rupabumi/ nama tempat tadi.
Toponimi ini salah satu bidang keilmuan yang sama sekali tidak saya ikuti. Maklum fokus penelitian saya zaman S1 di Fakultas Geografi adalah penginderaan jauh kelautan.
ilustrasi (perasaan) saya saat sedang mencoba mengenali bidang ilmu toponimi, mencari arah dan tujuan. Photo by Annie Spratt on Unsplash
Sedangkan, toponimi dipelajari di bidang keilmuan kartografi (ilmu yang mempelajari pembuatan peta), kalau tidak salah ingat mata kuliahnya saat itu adalah kartografi tematik dan toponimi.
Nah, saat mendapatkan instruksi untuk mengenal toponimi, saya pun bergegas menghubungi rekan kampus, hingga rekan seangkatan dan senior yang telah lebih dahulu diterima sebagai abdi negara. Kembali menjadi seorang yang mesti siap belajar.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri dan mengurusi bidang pemerintahan, salah satunya toponimi. Kini mereka berdua telah berpindah tempat dan tidak lagi mengurusi toponimi.

Mengenal TimNas, tapi bukan TimNas Sepakbola

Hingga akhirnya, saya pun berkesempatan untuk mengikuti berbagai pertemuan yang diselenggarakan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi.
Dikenal dengan sebutan TimNas, tapi bukan TimNas sepakbola. Meskipun, nasibnya tidak jauh berbeda atau malah keterkenalannya masih jauh di bawah TimNas sepakbola.
Gaung keberadaan TimNas Pembakuan Nama Rupabumi ini kurang berasa semenjak dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi.
Tampaknya keberadaan TimNas hanya didengar dan dirasakan eksistensinya oleh pemerintah daerah, dan sejumlah kementerian/lembaga serta beberapa akademisi/pakar yang dilibatkan oleh Kementerian Dalam Negeri maupun Bakosurtanal.
ADVERTISEMENT
TimNas ini kini telah dibubarkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016, bersamaan dengan sejumlah lembaga lainnya. Tugasnya dijalankan oleh Badan Informasi Geospasial (dulunya Bakosurtanal) dan kini keberadaannya diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi.
Lain kali, kita akan kupas lebih dalam tentang peran BIG. Sejumlah bacaan terkait pernah saya tuliskan juga di kumparan, baik berupa berita maupun opini kegiatan BIG sebagai koordinator penyelenggara nama rupabumi.

Kiprah Indonesia dalam Pelatihan Toponimi UNGEGN Melahirkan Toponymists

Izinkan saya kembali ke memori masa lalu, menggali kenyataan bahwa peran Indonesia di bidang penamaan unsur geografis cukup lumayan meskipun tidak begitu terkenal di tingkat nasional. Terkenalnya toponim apabila dikaitkan dengan berapa jumlah pulau di Indonesia (akan saya kupas lain waktu).
ADVERTISEMENT
Tatkala saya mempelajari dokumen yang tersedia di situs web UNGEGN (United Nations Group of Experts on Geographical Names) ternyata kiprah Republik Indonesia, baik sebelum keberadaan TimNas hingga sekarang cukuplah luar biasa.
Pelatihan Toponimi tingkat Internasional yang pertama kali diselenggarakan oleh UNGEGN ternyata bertempat dan dikoordinasikan oleh Bakosurtanal, Indonesia pada tahun 1982.
Kegiatan tersebut didokumentasikan dengan baik oleh UNGEGN pada buku panduan atau manual pembakuan nama geografis. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Salah satu slide yang sering saya gunakan untuk mengenalkan sejak kapan peran Indonesia begitu penting di dunia toponimi.
Paparan Training Pertama UNGEGN di Indonesia pada tahun 1982. Dokumen Pribadi (Aji Putra Perdana, 2020)
Kesadaran Indonesia tentang pentingnya edukasi toponimi dalam bentuk pelatihan toponimi dengan mengundang pakar toponimi UNGEGN ternyata membuahkan runtutan pelatihan pada tahun-tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
Pelatihan pertama sebagai pilot projet pelatihan pertama UNGEGN diselenggarakan di Cisarua, Bogor tahun 1982. Kemudian, pada tahun 1989 Indonesia kembali mengadakan pelatihan ke-2 UNGEGN di Cipanas, Bogor.
Lalu pada tahun 2005, pelatihan ke-3 diselenggarakan di Batu, Malang. Dilanjut 7 tahun kemudian yaitu pelatihan ke-4 diselenggarakan di D.I. Yogyakarta.
Nah, pada pelatihan tahun 2012 inilah saya menjadi peserta sekaligus panitia pelatihan. Momen inilah yang mengenalkan saya ke Pakar Toponimi hingga akhirnya mengantarkan saya bersekolah tentang toponimi.
Kemudian, Indonesia mengagendakan pelatihan ke-5 pada tahun 2020, kemudian direvisi ke tahun 2021 namun tampaknya belum dapat dilaksanakan karena situasi pandemi COVID-19. Sehingga pelatihan ke-5 ini masih tertunda pelaksanaannya.
Semoga tahun 2022 dapat terlaksana dimana situasi pandemi di dunia kian membaik.
ADVERTISEMENT
Ada satu sisi positif dari berbagai pelatihan toponimi yang diselenggarakan oleh Bakosurtanal (saat ini BIG) sebagai penyelenggara teknis pembakuan nama rupabumi.
Satu sisi positif itu saya dapat langsung dari peserta toponim Australia yang kemudian menjadi pengajar pada pelatihan toponim tahun 2012.
Apa itu? Pelatihan toponimi UNGEGN yang diselenggarakan oleh Bakosurtanal atau kini BIG ternyata melahirkan toponymists. Sebutan untuk orang-orang yang bergelut atau mempunyai kepakaran di bidang toponimi.
Pengakuan itu pun saya dapatkan makin banyak dari berbagai penjuru dunia tatkala saya bertemu dengan rekan-rekan yang pernah mengikuti pelatihan internasional tersebut.
***
Sepertinya cuplikan kisahnya saya lanjutkan lain waktu lagi. Semoga berkenan untuk mengikutinya. Bentuk berbagi cerita sederhana ala ASN Menulis.