Warga Satu Desa di Nagan Raya Mengungsi Akibat Gangguan Gajah Liar
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah tanaman pisang dan satu unit rumah milik warga di Desa Tuwie Meuleusong, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya , Aceh, rusak setelah diubrak-abrik seekor gajah liar. Serangan satwa dilindungi yang kerap kali terjadi, membuat penduduk di sana ketakutan hingga harus menggungsi ke desa lain.
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Tuwie Meuleusong, Afandi, mengatakan, serangan gajah liar tersebut terjadi pada Jumat (28/1) sekitar pukul 01.00 WIB. Beruntung saat kejadian pemilik rumah tidak berada di lokasi.
"Kami tahunya waktu pagi, karena pemilik rumah tidak tidur di rumahnya malam tadi. Kami di sini banyak yang menetap di desa tetangga, paling datang ke rumah di Desa Tuwi Meuleusong saat siang, kemudian malamnya pulang," kata Afandi saat dikonfirmasi acehkini, Sabtu (29/1).
Afandi menjelaskan, dari total penduduk yang berjumlah 47 kepala keluarga (KK) di desanya, kini hanya tersisa 5 KK yang berani menetap di sana. Lainnya terpaksa mengungsi ke desa tetangga dan hanya pulang sesekali ke rumah yang ada di Desa Tuwi Meuleusong, karena trauma akibat serangan gajah liar yang kerap terjadi.
ADVERTISEMENT
"Warga kebanyakan tinggal di desa tetangga, di sana warga ada dua rumah, satunya di desa lain, kami jarang pulang ke rumah karena takut gajah," kata Afandi.
Ia menyebut, gajah yang masuk dini hari tadi yang merusak rumah dan kebun pisang itu, hanyalah satu ekor saja. Sementara, kawanan lainnya berada di pinggiran hutan desa.
Menurutnya, karena minimnya makanan di dalam hutan serta adanya aktivitas lain, membuat habitat satwa liar dilindungi itu terganggu kehidupan dan kesulitan mencari makanan.
"Karena tidak ada lagi makanan makanya masuk ke tempat warga. Harapan kami, warga lima desa Kecamatan Seunagan Timur yang terisolir, kepada pemerintah membuat sebuah tempat penangkaran kayak CRU agar kami bisa hidup berdampingan dengan satwa liar," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, warga sudah berulang kali menyampaikan perihal gangguan gajah liar di Kecamatan Seunagan Timur kepada BKSDA dan pemerintah. Warga pun telah meminta untuk dibangun Conservation Response Unit (CRU) di kawasan tersebut agar masyarakat dan satwa dilindungi bisa hidup berdampingan. Namun, pemerintah belum bisa membangun CRU karena terkendala dengan anggaran.
"Warga jelas semakin takut, trauma. Selaku kepala desa, saya juga bingung, ajak pulang ke desa tapi ada masalah gajah. Jadi cari aman ke tempat lain," ujar Afandi.