Peringatan 18 Tahun Kematian Munir: Pemuda Aceh Gelar Teatrikal-Live Painting
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Pemuda dan mahasiswa tersebut tergabung dalam Forum Solidaritas untuk Munir (ForSMUR), yang terdiri dari dari berbagai lapisan kalangan, di antaranya alumni Sekolah HAM KontraS Aceh, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kohati, serta para seniman muda.
Rozhatul Valica, koordinator aksi dalam orasinya menyampaikan tuntutan kepada Komnas HAM untuk menetapkan kasus pembunuhan Munir sebagai kasus pelanggaran HAM berat.
"Kami mengecam atas lambannya penanganan kasus Munir hingga jelang memasuki masa kedaluwarsa. Ini jelas akan membuka terjadinya impunitas pada pelaku," ujar Rozha.
Alumni Sekolah HAM KontraS Aceh, Ikhwan dalam orasinya menyebutkan bahwa aksi hari ini sebagai pengingat bahwa negara tidak serius menangani kasus Munir.
"Buktinya kasus ini sudah dua tahun di Komnas HAM dan harusnya sudah selesai. Ini menjadi langkah pemerintah melanggengkan impunitas dan melindungi penjahat HAM di negeri ini," kata Ikhwan.
Aksi solidaritas peringatan 18 tahun kematian Munir di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, juga diselingi atraksi teatrikal, dan berlanjut dengan pembacaan beberapa puisi bertema Munir yang merupakan hasil sayembara yang digelar KontraS Aceh beberapa hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah orasi, aksi tersebut juga disertai live painting atau melukis oleh seniman perempuan, Arifa Safura dan Alika.
Seperti diketahui, hari ini, pada 7 September 18 tahun silam Munir Said Thalib meninggal di atas pesawat yang akan menerbangkannya ke Belanda. Pejuang hak asasi manusia (HAM), itu dibunuh dengan cara diracun. Namun, kasus tersebut belum juga menemukan titik terang.