113 Tahun Wafatnya Cut Nyak Dhien, Doa-doa dari Makamnya di Sumedang

Konten Media Partner
21 November 2021 10:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ziarah dan Doa di makam Cut Nyak Dhien, Sumedang, Jawa Barat. Dok. BPPA
zoom-in-whitePerbesar
Ziarah dan Doa di makam Cut Nyak Dhien, Sumedang, Jawa Barat. Dok. BPPA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peringatan 113 tahun wafatnya pahlawan nasional asal Aceh, Cut Nyak Dhien, diperingati Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ziarah makam dan doa bersama di kompleks makamnnya di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan, Sabtu (20/11/2021).
ADVERTISEMENT
Sejatinya, peringatan wafatnya Cut Nyak Dhien diperingati setiap 6 November. Namun karena pandemi COVID-19, kegiatan ini diundur. Pahlawan perempuan Aceh itu meninggal pada 6 November 1908, setelah ditangkap dan ditawan Belanda di Sumedang.
Ketua TP PKK Aceh Dyah Erti Idawati, mengajak para tamu yang menghadiri haul wafatnya Cut Nyak Dhien, untuk mencontoh semangat kepahlawanannya. Sebagaimana para pahlawan kemerdekaan Indonesia lainya, Cut Nyak Dhien adalah simbol pejuang bagi anak muda. Wanita tangguh yang dilahirkan di sebuah desa pedalaman di Aceh Besar ini, memutuskan mengangkat senjata melawan penjajah Belanda ketika usianya masih 14 tahun.
“Semangatnya melawan penjajah semakin membara setelah suaminya Teungku Ibrahim Lamnga ditembak mati dalam sebuah pertempuran di wilayah Aceh Barat. Ia tidak sekadar bertempur secara gerilya, tapi juga memimpin pasukan yang sebagian besarnya adalah kaum laki-laki,” sebut Dyah.
ADVERTISEMENT
Tentang perjuangan Cut Nyak Dhien, baca artikel berikut:
Lukisan Cut Nyak Dhien di rumahnya. Foto repro: Adi Warsidi/acehkini
Dyah mengajak para generasi muda untuk bisa mencontoh Cut Nyak Dhien, terutama terkait emansipasi perempuan di masa lalu. Masalah gender sama sekali tidak menghalangi dirinya untuk tampil di medan tempur. “Bagi Cut Nyak Dhien, gender adalah kodrat, sedangkan perjuangan dan kepemimpinan adalah hak semua orang. Paling tidak inilah sisi lain ketauladanan yang diajarkan Cut Nyak Dhien kepada kita semua, terutama kaum wanita di negeri ini,” katanya.
Mewakili rakyat dan Pemerintah Aceh, Dyah menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumedang, yang telah merawat dan memelihara keberadaan Makam Cut Nyak Dhien. “Cut Nyak Dhien merupakan pahlawan kebanggaan kita. Beliau tidak hanya milik masyarakat Aceh, tapi milik seluruh anak negeri ini, karena perjuangannya bukan hanya untuk membebaskan Aceh dari penjajah Belanda, tapi juga untuk menegakkan harga diri bangsa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta, Almuniza Kamal mengatakan, dengan digelarnya ziarah dan doa bersama di makam Cut Nyak Dhien ini, para peserta bisa mengambil suri tauladan dari pahlawan tersebut.
“Banyak pelajaran penting yang harus kita pelajari, kita perlu melakukan napaktilas kembali. Perjuangan Cut Nyak Dhien adalah perjuangan melawan penjajah. Mari kita teladani semangat juang Cut Nyak Dhien. Bagi Belanda, perjuangan Cut Nyak selesai ketika diasingkan. Namun mereka salah, karena gelora dan titik merah perjuangan Cut Nyak terus mengalir ke berbagai tempat, baik di Aceh maupun di luar Aceh, hingga sampai di Sumedang,” kata Almuniza.
“Kepada Bupati Sumedang, wakil Bupati, para kepala dinas, masyarakat Aceh di Sumedang, terima kasih sudah hadir di acara Memperingati Wafatnya Cut Nyak Dien, Cahaya dari Aceh,” ujar Almuniza.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Dinas Budparpora Sumedang, Bambang Ranto, mengatakan kehadiran Cut Nyak Dien di Indonesia, terutama di Sumedang, Jawa Barat menjadi penting karena membela Indonesia yang lama terjajah. “Hal tersebut pula yang membuat sosok Cut Nyak Dien dapat dijadikan semangat penyelenggaraan pemerintahan kabupaten Sumedang,” katanya. []