Lima Makanan Laut yang Naik Level dalam Sejarah Kuliner

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2020 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Monkfish | Flickr/Will
zoom-in-whitePerbesar
Monkfish | Flickr/Will
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain lezat, makanan laut juga terkenal akan harganya yang lumayan mahal. Beberapa hasil olahan dari mahluk laut bahkan memiliki nilai jual yang fantastis dan biasanya hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja.
ADVERTISEMENT
Menariknya, beberapa makanan laut yang mahal itu, dan paling sering dicari, justru memiliki sejarah sederhana. Makanan-makanan ini bertansformasi dari hidangan murah meriah menjadi super mewah. Berikut ini lima contoh yang paling terkenal pada saat ini.

Tiram

Wikimedia Commons
Selama ribuan tahun, tiram telah menjadi makanan di daerah pesisir. Namun, alih-alih dipandang sebagai kelezatan seperti sekarang, tiram sering kali menjadi pilihan terakhir. Di Eropa dahulu, tiram dijual seharga empat sen dan menjadi makanan pokok orang miskin.
Charles Dickens bahkan menulis dalam The Pickwick Papers: "Semakin miskin suatu tempat, semakin besar dorongan mereka untuk (mengon tiram".
Popularitasnya menyebabkan penangkapan ikan berlebihan dan polusi. Perlahan, tiram pun menjadi langka dan naik sebagai suguhan masyarakat kelas atas.
ADVERTISEMENT

Lobster

Wikimedia Commons
Di Eropa, lobster merupakan santapan berharga sejak Zaman Yunani-Romawi. Sedangkan di Amerika Utara, lobster dimakan oleh orang yang berpenghasilan paling rendah dan bahkan para tahanan.
Politisi Kentucky, John Rowan, pernah mengatakan, "Kerang lobster di sekitar rumah dipandang sebagai tanda kemiskinan dan degradasi."
Pada tahun 1800-an, perkembangan rel kereta api memungkinkan elit kota untuk berlibur di garis pantai Amerika. Saat itu, penduduk New York mencicipi lobster yang dimasak segar dari panci dan membawa resepnya pulang ke kota. Olahan lobster mulai muncul dalam menu restoran mewah. Pada akhir abad ke-19, lobster menjadi pusat kemewahan; tanda kekayaan dan kelebihan.

Sushi

Wikimedia Commons
Mencampur ikan dan nasi adalah metode pengawetan yang dirancang lebih dari 1.000 tahun yang lalu di Jepang. Ikan mas biasanya dikemas ke dalam nasi asin, lalu ditekan rapat dengan pemberat, dan dibiarkan berfermentasi selama hampir satu tahun. Ternyata, rasanya sangat enak. Sehingga, teknik berhemat dengan metode pengawetan sebelum munculnya pendinginan tersebut justru menghasilkan kelezatan yang banyak dicari.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, orang-orang pun menemukan cara untuk mempercepat proses penyajiannya, yang memungkinkan sushi dibuat dalam hitungan menit, bukan dalam hitungan jam atau hari. Setelah hadir teknik pendinginan, yang memungkinkan ikan segar dapat dikirim dari jarak jauh, permintaan sushi pun melonjak. Lalu, bar sushi dibuka di seluruh Jepang dan kemudian di seluruh dunia.

Kaviar

Wikimedia Commons
Mulanya, Kaviar berasal dari sturgeon liar yang eksklusif di Laut Kaspia dan Laut Hitam. Namun, menjelang akhir tahun 1800-an, Amerika Utara mulai memproduksinya. Begitu banyak kudapan asin yang diproduksi sehingga menjadi cukup murah bagi bar untuk memberikannya secara cuma-cuma, sebagai strategi mendorong orang minum lebih banyak.
Pada pergantian abad ke-20, ada lebih banyak kaviar yang dikirim ke Eropa dari Amerika Utara daripada dari Rusia. Produksi pada skala ini memberi tekanan terlalu besar pada populasi sturgeon Amerika Utara. Akibatnya, pada 1915, hanya ada sedikit yang tersisa sehingga semua perikanan terpaksa ditutup.
ADVERTISEMENT
Pasar beralih ke Rusia dan Iran, produksi pun meningkat. Namun, karena stok di Laut Kaspia berkurang, kaviar sekali lagi menjadi makanan langka dan mahal.

Monkfish

Wikimedia Commons
Monkfish memiliki julukan "lobster orang miskin". Tetapi ikan karnivora yang ganas di laut dalam ini ternyata memiliki rasa daging yang lezat.
Kurang dari 30 tahun yang lalu, para nelayan di AS akan melempar kembali seekor monkfish ke dalam air. Kala itu, ikan ini tak begitu dianggap layak untuk diolah menjadi makanan. Sedangkan sekarang, monkfish telah menjadi salah satu dari empat tangkapan paling menguntungkan.
Berkat meningkatnya permintaan dari negara-negara Asia, serta popularitasnya yang semakin meningkat di restoran Amerika dan Eropa, nilai jual monkfish pun ikut meningkat pesat.
ADVERTISEMENT