Terima kasih, Bapak Gojek Jahe Merah!

Curhat Ojek
Semua keluh kesah, suka-duka, dan cerita driver ada di sini!
Konten dari Pengguna
4 Mei 2017 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Curhat Ojek tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Driver Gojek (Foto: Istimewa)
"Gojek Jahe, Mbak!" sahut pria berkulit gelap itu. Usianya mungkin nyaris separuh abad. Kumisnya lebat seperti Pak Raden, tokoh yang digambarkan ramah dan suka bercerita dengan goresan spidolnya dalam serial anak Si Unyil. Wajahnya berpeluh, terlihat lelah. Tapi, bapak itu tetap tersenyum melihat saya.
ADVERTISEMENT
"Ke Pondok Cina, kan, Pak?" Saya mencoba memastikan bahwa bapak tersebut adalah driver yang akan mengantar saya.
"Iya, betul mbak." Bapak itu segera menawarkan saya masker, penutup kepala, dan memberi helm.
Di tengah jalan, bapak itu terus bertanya pada saya. Apakah badan saya sering terasa pegal, apakah saya punya masalah pencernaan, dan masalah kesehatan lainnya. Doh! Malas sekali saya tanggapi. Dia bertanya seperti dokter yang sedang menanggapi keluhan pasien di kliniknya.
"Saya jualan jahe merah nih, Mbak. Asli, jahe merah nggak pake tambahan lain. Kalau yang di pasaran kan banyakan tambahannya daripada jahe merahnya. Paling kita tambah gula merah aja biar enggak terlalu pedas," papar bapak driver dengan serius.
ADVERTISEMENT
"Oo, jualan toh ternyata.." sahut saya dalam hati.
"Jahe merah saya bagus juga mbak buat ngelancarin peredaran darah. Yaaaa... saya usaha ini sama sodara saya mbak. Usaha rumahan gitu lah," lanjutnya.
Jahe merah (Foto: Istimewa)
"Oh gitu ya, Pak. Tapi saya nggak megang cash, kita ke atm dulu paling." Yap! Akhirnya saya menyerah. Jujur, saya sulit menolak, karena kasihan bapak ini daritadi berusaha betul supaya saya membeli dagangannya. Meskipun saya tidak merasa dipaksa, sih. Tapi, tiba-tiba saya ingat Nenek di rumah. Siapa tahu dengan minum jahe merah ini setidaknya badan Nenek jadi terasa lebih segar, hehehe! Atau mungkin saya saja yang sudah termakan ucapan si bapak?
Rp 25 ribu harga untuk satu renceng jahe merah saya keluarkan. Setelah itu wajah si bapak berubah sumringah. "Makasih banget, ya, Mbak! Saya dari pagi belum pegang uang cash soalnya. Sudah tiga kali anter penumpang semuanya pake go-pay. Dekat-dekat pula jaraknya."
ADVERTISEMENT
"Iya, sama-sama, Pak." Saya tersenyum.
Setelah melipir sebentar untuk ambil uang dari ATM tadi, kami lanjut bergegas. Saat lampu merah, HP si bapak driver berdering. Ia mengangkat telepon tersebut yang entah dari siapa.
"Maaf ya, Mbak. Itu tadi dari anak saya yang SMK." Bapak itu menoleh pada saya sembari menempelkan kedua telapak tangannya, isyarat meminta maaf. Sopan sekali.
"Oh iya nggak apa-apa. Anaknya SMK ambil apa, Pak?" tanya saya.
"Multimedia, Mbak. Tadi dia telepon ngingetin untuk bayar uang ujian praktik. Untung mbak tadi beli jahe saya, ya jadi lumayan ada uang cash, semoga nanti sudah bisa kekumpul," kata bapak penuh harap.
"Aamiiin.." jawab saya singkat.
ADVERTISEMENT
Ya Tuhan, ternyata 25 ribu yang dengan mudahnya kita keluarkan untuk beli makan atau rokok, justru tidak mudah dimiliki oleh beberapa orang. Saya mendadak haru dan ingat ayah saya sendiri. Semua ayah, apapun profesinya mungkin juga akan melakukan hal sama demi anaknya. Ayahmu mungkin saja punya jabatan penting di kantornya, orang lain bisa melihat ayahmu tinggal duduk enak di belakang kemudi mobil lantaran punya supir. Sibuk sambil memainkan ponsel pintar atau laptop-nya. Tapi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berada di posisi itu? Seberapa besar usahanya untuk tetap stabil dan terus bertahan di kursi jabatannya?
Di sela kesibukannya, nama dan wajah anak-anaknya terlinta. Kemudian, muncul keinginan betapa ia ingin membahagiakan keluarganya walau mungkin harus berhutang ke sana kemari demi uang pendidikanmu yang makin melunjak tiap semester. Sama seperti bapak driver gojek jahe ini.
ADVERTISEMENT
"Saya pengen anak saya yang SMK ini lanjut kuliah, Mbak, biar nggak kayak saya. Tapi alhamdulillah-nya anak saya pengertian, jadi dia mau kuliah sambil kerja, soalnya uang dari mana, Mbak? Jadi, saya bantu dana kuliahnya, setengahnya lagi dari uang sambilan dia kerja," tuturnya.
Pendidikan kita boleh saja lebih tinggi dan lebih bagus dari orang tua, tapi semoga kita tidak lupa siapa yang mati-matian berusaha agar kita mendapatkan hidup yang lebih layak.
Setelah mendengar cerita bapak driver, tidak ada rasa sesal membeli jahe merah tersebut. Jika masih ada orang yang sok kritis menanggapi, "berarti kamu beli karena kasihan, dong? Beli harusnya sesuai kebutuhan", I feel pity for you. Lagipula masih banyak orang beli sandal jepit cuma karena lucu, atau merknya terkenal, padahal fungsinya sama saja kayak sandal jepit swallow. Intinya sama saja, kan? Untuk apa dan bagaimana cara kamu menghabiskan uangmu? Jika kamu beli sandal lucu dan bermerk mahal hanya untuk pleasure, nah, ini uang yang dikeluarkan bahkan bisa untuk membantu anak bayar sekolah. Jadi, kenapa tidak?
ADVERTISEMENT
Bapak gojek jahe merah, terima kasih karena telah mengingatkan saya pada jasa ayah. Ayah yang super jayus sedunia, tapi selalu berusaha agar anaknya bahagia.