Siapa Rohingnya: Kenapa Harus Datang ke Indonesia dan Persoalan di Masyarakat

Alfin Berkat Pratama Zai
Seorang mahasiswa aktif di UPN Veteran Jakarta, Suka berorganisasi dan menulis
Konten dari Pengguna
14 Desember 2023 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfin Berkat Pratama Zai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perbincangan yang sangat hangat dibahas di media sosial maupun digital sekarang persoalan pengungsi Rohingnya yang terus menerus datang ke negara Indonesia. Siapakah mereka terus berdatangan, dari yang kita ketahui secara umum bahwa Rohingnya ini merupakan etnis salah satu dari negara yang ada di Asia Tenggara yaitu Myanmar. Negara Myanmar merupakan negara yang memiliki banyak suku dan etnis salah satunya Rohingnya yang berada di pantai barat Myanmar yang disebut negara bagian yaitu Rakhine.
ADVERTISEMENT
Kelompok Rohingnya merupakan etnis yang minoritas di negara Myanmar karena mayoritas agamanya yaitu Buddha dengan etnis mayoritas kelompok Burma yang ada di Myanmar. Sedangkan Rohingnya merupakan kaum muslim dan minoritas, Muslim Rohingnya ini tidak berasal dari satu ras saja mereka berasal dari berbagai penjuru Muslim yang beragam seperti kelompok etnis, termasuk Arab, Moghul, dan Bengali.
Diskriminasi yang muncul di negara Myanmar terhadap Muslim Rohingnya muncul karena paham Buddhisme yang sangat nasionalis. Krisis etnis Rohingnya tidak hanya muncul pada agama saja namun pada politik dan ekonomi yang mereka alami. Kolonialisasi yang dilakukan inggris merupakan jalan masuknya Rohingnya dulu mendarat di Myanmar. Namun nasionalisasi Myanmar terhadap Buddhis tetap berdiri dan mengusir inggris sehingga meninggalkan Masyarakat Rohingnya yang saat ini tidak diakui di negaranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ada 2 teori yang masih menjadi perdebatan tentang asal usul asli Rohingnya ini di Myanmar pertama Rohingnya merupakan imigran ilegal yang berasal dari Bangladesh yang merupakan negara tetangganya sendiri Myanmar. Kedua Rohingnya merupakan keturunan asli dari Arakan dan Muslim asli yang berpindah ke pulau Ramree. Namun kenyataanya benar bahwa Arakan merupakan sudah ditempati ratusan tahun oleh Muslim. Hal utama yang menjadi permasalahan yang dapat dilihat dari asal usul etnis Rohingnya ini merupakan penolakan identitas yang sangat bertentangan dengan nasionalisme Myanmar terhadap Buddhis. Makanya tidak adanya pengakuan kewarganegaraan bagi etnis Rohingnya di Myanmar karena tidak adanya kecocokan diantara kedua etnis ini serta isu politik masa lalu yang bisa saja berdampak bagi mereka sekarang.
ADVERTISEMENT
Pengungsian yang sudah lama dilakukan oleh Rohingnya di berbagai negara seperti Bangladesh, India, Malaysia, termasuk Indonesia terus terjadi. Hal ini tentunya disebabkan karena tempat tinggal dan kewarganegaraan yang tidak diakui dan tidak ada membuat mereka luntang lantung di tengah kapal laut. Sudah seharusnya konflik agama yang dialami oleh etnis Rohingnya ini diharamkan untuk mencari solusi. Namun jika kita lihat juga konflik ini terjadi dibungkus dengan konflik agama yang didalamnya ada unsur politik dan ekonomi.
Setiap manusia harus memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam berbagai bidang terlebih untuk pengakuan kewarganegaraan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyerukan kepada setiap negara untuk menyelamatkan etnis Rohingnya ini yang terus diusir dan terombang ambing di lautan. PBB juga menyetujui resolusi terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan Myanmar terhadap kaum Muslim minoritas disana terlebih kelompok Rohingnya.
Sumber: Pexels, Gu Bra. Bendera Myanmar

Perubahan dan Penyesuain Pada Masyarakat

Sudah menjadi perhatian global dengan terjadinya perubahan yang terjadi pada etnis Rohingnya ini. Perubahan yang terjadi saat ini sampai pada masyarakat Indonesia. Badan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan jumlah pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia sejak November 2023 mencapai 1.200 jiwa. Data ini terus bertambah karena tidak diketahuinya kedatangan para pengungsi Rohingnya ini
ADVERTISEMENT
Perubahan sosial tentunya berdampak pada masyarakat Indonesia terhadap kedatangan pengungsi Rohingnya ini. Dari segi fasilitas sandang dan pangan untuk menyelamatkan dan memenuhi kebutuhan mereka tentunya terjadi penyesuaian dari sistem dan pola komunikasi untuk mengajak mereka lebih baik. Berbagai upaya dilakukan negara Indonesia untuk menyelamatkan pengungsi Rohingya ini salah satunya kebutuhan pangan hingga tempat tinggal untuk menampung mereka. Hal ini terus menjadi persoalan juga di negara Indonesia penolakan juga terjadi di masyarakat Indonesia karena terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh warga Rohingnya.
Masyarakat dan pemerintah indonesia saat ini terus berupaya untuk membantu dan memastikan keberadaan hukum bagi pengungsi Rohingnya ini. Penyesuain yang mereka lakukan mulai dari bahasa, perilaku dan lainnya menjadi tantangan dan tugas bagi kita semua. Pemerintah Indonesia, Organisasi dunia dan Komunitas global harus memberi perhatian atas konflik yang dialami Rohingya ini. Hak Asasi Manusia juga (HAM) terus dipantau untuk meminimalisir kekerasan dan diskriminasi yang terus terjadi baik di negara Myanmar dan Negara yang menampung para pengungsi Rohingnya ini.
Sumber: Pexels, Ahmad Akacha. Tempat Penampungan Pengungsi

Keterlibatan UNHCR dan Pemerintah

Saat ini ramai juga sekarang kita lihat organisasi dunia yaitu PBB telah memerintahkan UNHCR atau United Nations Commisioner For Refugees yang telah lama ada. Tujuannya yaitu untuk memberi perlindungan dan bantuan terhadap masyarakat yang mengungsi dan tertindas di negaranya salah satunya seperti Rohingnya ini. UNHCR ini salah satu komunitas yang dibawah naungan PBB untuk memantau setiap pengungsi dan ikut memberikan sosialisasi juga kepada setiap masyarakat menerima dan membantu para pengungsi.
ADVERTISEMENT
UNHCR khusus di bagian Indonesia sekarang mengajak para masyarakat untuk menerima kedatangan pengungsi Rohingnya. Namun disisi lain banyak persoalan yang terjadi dialami oleh masyarakat Indonesia tepatnya di Provinsi Aceh yang menjadi tujuan berlabunya Rohingnya. Persoalan yang sekarang terjadi mulai dari sikap warga rohingnya yang kabur dari tempat penampungan hingga beredar video ketidakpuasan para pengungsi Rohingnya pada makanan dan tempat tinggal yang diberikan oleh Masyarakat dan Pemerintah.
Kesenjangan terjadi antara masyarakat lokal dan para pengungsi Rohingnya ini dikarenakan kelakuan dan sikap yang tidak senonoh yang mereka lakukan terhadap masyarakat lokal. Tanggapan pemerintah mengatakan bahwa masyarakat lokal akan tetap diutamakan dalam segi pangan dan lainnya. Namun jika dilihat sekarang banyak terjadi penolakan karena terus bertambahnya jumlah mereka. Diketahui di balik semua ini ada jaringan yang mengarahkan pengungsi Rohingnya ini tepatnya di Aceh.
ADVERTISEMENT
“Saya memperoleh laporan mengenai pengungsi Rohingya yang makin banyak yang masuk ke wilayah Indonesia, terutama Provinsi Aceh, terdapat dugaan kuat, ada keterlibatan jaringan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dalam arus pengungsian ini,” Jelas Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 8 Desember 2023
Bisa dikatakan bahwa pihak luar atau orang ketika masuk dalam kasus atau arus perubahan jumlah pengungsi Rohingnya ini. UNHCR yang menjadi pihak Internasional harusnya bisa memberi jawaban kepada masyarakat dan pemerintah bukan hanya mementingkan nasib para pengungsi Rohingnya ini. Namun tentunya masih juga perlu informasi yang akurat untuk menyeimbangkan masalah pengungsi Rohingnya ini supaya tidak terjadi masalah di Indonesia dan Masyarakat. Pemerintah juga sekarang tengah melakukan koordinasi dari pihak luar atau internasional serta kolaborasi untuk memecahkan masalah ini.
Sumber: Pexels, Ahmed Cikis. Deretan tiang bendera dari berbagai negara di Gedung United Nations Unies
Reporter: Alfin Berkat Pratama Zai (2210411033)
ADVERTISEMENT