Menuju Pemilu 2024 dan Munculnya Digital Troops

Akhlis Nastainul Firdaus
Aktivis Mahasiswa Peneliti Surabaya Academia Forum (SAF) Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
6 Mei 2023 13:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akhlis Nastainul Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar (Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar (Pixabay.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun 2024 akan menjadi momentum demokrasi di Indonesia, Pemilu akan dilakukan pada tahun depan. Meskipun masih kurang dari delapan bulan lagi, namun sudah banyak muncul beberapa opini publik mengenai pemilu 2024 khususnya perbincangan mengenai capres.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu seluruh sumber daya politik yang ada tentu akan mengerahkan semaksimal mungkin untuk menang dalam pertarungan politik yang ketat.
Bisa kita lihat dalam satu pekan terakhir ini di mana opini publik mulai meningkat terhadap perbincangan capres. Bahkan sudah mulai muncul beragam agenda setting digital media melalui kekuatan digital troops masing-masing kubu yang ada.
Produksi narasi kampanye positif personal capres sudah sangat banyak di-publish di media. Begitu juga dengan narasi-narasi negatif terhadap calon lawan tentu akan juga di-publish melalui ruang digital.
Beragam poster dan baliho juga kan lebih mudah di pasang dan cepat. Bahkan sesuai dengan kebutuhan, momentum dan kejadian. Warganet bisa mengakses apa yang telah di produksi oleh politisi dan penguasa yang memanfaatkan ruang digital.
ADVERTISEMENT
Saat ini saja, sudah bisa dirasakan bagaimana setting digital sudah mulai muncul narasi-narasi demokrasi yang dilakukan oleh para digital troops baik di tingkat pusat hingga kabupaten/kota. Beragam platform digital telah dirambah dengan slogan dan tampilan yang menarik, menggoda dan bisa menyakinkan bagi para warganet.

Mengenal Digital Troops

Ilustrasi dampak media sosial. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
Pengerahan pasukan digital atau yang biasa kita sebut dengan digital troops adalah salah satu strategi yang dianggap oleh sejumlah pihak dianggap efektif. Pengiringan opini tersebut dilakukan dengan menyerang dunia maya atau media sosial yang ada dengan melalui opini-opini yang menguntungkan bagi yang berkepentingan.
Kumunculan digital troops sebenarnya telah ada pada pemilu-pemilu sebelumnya. Tahun 2014, media sosial, media daring telah menghangatkan warganet. Kemunculan beberapa opini yang dikupas tuntas oleh media sosial.
ADVERTISEMENT
Pemilu 2019 lalu menjadi penegasan kalau media digital begitu berpengaruh dalam mengaduk-aduk emosi dan psikologis masyarakat. Sebenarnya praktiknya ada kemiripan. Seperti kemunculan beberapa opini ataupun narasi yang langsung viral dan jadi trending. Paling diingat tentunya perang tagar, sebutan cebong dan kampret masih terasa hingga saat ini.
Hal itu bisa ditemukan dalam perhelatan pemilu 2024 atau setiap pesta demokrasi yang berlangsung di Indonesia digital troops biasanya sengaja direkrut parpol, lembaga, atau tokoh berpengaruh. Tugasnya menyebarkan propaganda atau hoaks.
Dengan berbagai bentuk, bentuknya tidak harus artikel atau utas. Bisa juga meme cocokologi. Digital troops bisa di katakan sebuah mesin atau senjata.

Digital Troops untuk Membangun Citra

Ilustrasi jebakan media sosial. Foto: Chim/Shutterstock
Beberapa kepala daerah baik itu gubernur, bupati, wali kota dan wakilnya ada yang sangat aktif di media digital. Sebut saja gubernur Jawa Tengah, gubernur Jabar, gubernur DKI serta yang lain. Belum lagi level Kabupaten.
ADVERTISEMENT
Segala aktivitas yang dilakukan mulai bangun tidur sampai sebelum tidur, ada yang di-update dan ditampilkan melalui Instagram, Facebook, Twitter, bahkan di story WhatsApp pribadi. Dalam hal ini para digital troops akan membagikan ke mana-mana kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh mereka atau hal-hal positif yang kemungkinan besar bisa menaikkan elektabilitas mereka.
Politisi dan pemegang kekuasaan lebih memilih ruang digital bukannya tanpa alasan. Lantaran ruang digital lebih banyak diakses oleh masyarakat saat ini. Dimanapun kapanpun netizen bisa mengakses informasi seputar politik yang ada.
Dari data yang ada tahun 2021 (Hootsuite & We Are Social 2021), pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa, dari total penduduk 274,9 juta jiwa. Generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa, dan Generasi Z jumlahnya 75,49 jiwa.
ADVERTISEMENT
Suatu jumlah yang cukup besar dan memang sangat prospektif untuk menggaet pendukung dalam Pemilu 2024. Pemilu dan Pilkada 2024 jumlah pemilih generasi muda akan mendominasi.
Dalam hal ini sangat jelas bahwasanya digital troops mempunyai ruang yang sangat luas untuk melakukan apapun dalam media sosial yang pada saat ini sangat banyak dikonsumsi oleh para warganet dan disuguhkan dengan nawacita atau citra para elite yang berkepentingan untuk kontestasi pemilu yang akan datang.
Maka dari itu mari kita sama-sama bermedia dengan bijak dan dalam bermedia untuk memberikan info yang menghangatkan publik, memberikan narasi atau opini yang mempersatukan dan menghindari propaganda yang bisa memecah belah masyarakat.