Otokritik Komunikasi

Agus Budiana
Seorang pendidik, pada prodi Ilmu Komunikasi, kajian Media Komunikasi Politik FISIP Universitas Satya Negara Indonesia Jakarta
Konten dari Pengguna
29 Maret 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Budiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berbicara. Foto: Portrait Image Asia/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbicara. Foto: Portrait Image Asia/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kritik adalah salah satu istilah yang tidak asing bagi kehidupan kita, kata itu akan muncul baik secara tuturan maupun tulisan pada siapa pun yang menjadi sasaran kritik. Istilah kritik dan komunikasi adalah dua hal yang saling erat berkaitan, karena di dalamnya terdapat unsur ungkapan yang disampaikan dan diterima oleh pihak lainnya yang menjadi sasaran kritik, pada saat terjadi dalam proses komunikasi dengan intensitas tinggi. Baik antar personal, kelompok maupun secara kelembagaan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks komunikasi setiap orang cenderung, ingin diperhatikan, didengar dan ditanggapi apa yang menjadi materi yang dikomunikasikan, sehingga memunculkan pemahaman makna dari proses komunikasi tersebut. Lawrence kincaid (2023) mempertegas dengan pendapatnya bahwa komunikasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh dua orang atau lebih membentuk atau bertukar informasi, menghasilkan saling pengertian yang mendalam.
Kritik akan muncul ketika apa yang di komunikasikan oleh seseorang, terkadang tidak sesuai dengan objek yang dikomunikasikan atau fakta-fakta sebelumnya. Salah satunya dari muatan materi pesan yang disampaikan. Sehingga hal-hal yang sifatnya: penilaian, komentar, masukan akan muncul sebagai konsekuensi atas ketidaksesuaian komunikasi tersebut.

Otokritik sebagai Perbaikan Komunikasi diri

Sumber : IStock
Salah satu hal terberat yang dilakukan manusia selain memberi kritik pada pihak lain adalah kemampuan untuk mengkritik sendiri, kita kenal dengan istilah otokritik. Di mana siapa pun itu, mampu melihat kelemahan dan kekurangan diri dan mampu pula untuk dibenahi sebagai bahan perbaikan ke depan ke arah yang lebih baik lagi. Hal ini selaras dengan pendapat Wibowo ( 2024) bahwa otokritik upaya untuk melakukan perubahan budaya dalam masyarakat, keluarga, golongan organisasi atau lembaga dengan melakukan kritik dari anggota tersebut dan untuk komunitas itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Namun pada praktiknya semua manusia keberatan untuk melakukan otokritik komunikasi. Karena baginya merupakan suatu hal yang memalukan, anggapannya adalah apa pun kekurangan dan kelemahan yang dimiliki jangan sampai diketahui oleh pihak lain. Namun apabila otokritik komunikasi tidak dilakukan, kemungkinan akan mendegradasi nilai-nilai yang sudah dianggap menjadi standar yang dianggap benar oleh manusia.
Kemampuan untuk melakukan otokritik komunikasi, merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok secara elegan, di mana bagian-bagian yang menjadi titik lemah dan tidak disadari terutama dalam keterkaitan aspek pesan dan objek komunikasi selama ini akan menjadi bahan perbaikan internal selanjutnya, sehingga apa yang dilakukan selama ini dapat meminimalisir kekurangan, kelemahan yang ada.
Pertanyaannya, beranikah kita melakukan otokritik komunikasi untuk kita sendiri? Ketika objek yang dikomunikasikan oleh kita, secara terang benderang terlihat oleh pihak lain kekurangannya. Apabila objek komunikasi yang kita sampaikan, ingin mendapatkan manfaat bagi pihak lain dan mendapat penilaian baik, tentunya kesesuaian pesan dan objek dalam proses otokritik komunikasi diri harus menjadi bagian dan kebutuhan kita dalam setiap pelaksanaan kegiatannya. Agar kredibiltas kita tetap terjaga dan terawat dengan baik di ranah publik, terutama sebagai komunikator yang dipercaya, jujur dan berintegritas.
ADVERTISEMENT