Rafael Struick Dan Kejelian Shin Thae-yong

Agus  Buchori
Saya seorang arsiparis di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Lamongan yang suka menulis. Tinggal di pesisir utara Lamongan tepatnya di Desa Paciran, Kecamatan Paciran , Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
Konten dari Pengguna
28 April 2024 9:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Buchori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pssi.org/galleries/1513
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pssi.org/galleries/1513
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhirnya, penantian panjang untuk melihat Rafael Struick mencetak gol lunas sudah. Pertandingan perempat final antara Timnas Garuda U23 melawan tim kuat Korea Selatan menjadi bukti bahwa apa yang selama ini Shin Tae-yong (STY) dengan selalu memainkan Rafael Struick meski ia jarang mencetak gol adalah strategi yang beralasan dan tepat. Dua gol berkelas dicetak oleh Rafael Struick pada laga dini hari tadi memaksa Korea Selatan melakukan adu tendangan penalti.
ADVERTISEMENT
Publik sepakbola Indonesia seringkali bertanya-tanya tentang peran Struick di lini depan, sebagai ujung tombak, ia dinilai tumpul. Namun, STY sebagai pelatih yang sekaligus mantan pemain jempolan tentu punya pandangan lain. Ini jelas berbeda dengan analisa orang yang hanya suka atau wartawan sepakbola. Pilihannya memaminkan Struick jelas ada tujuan keseimbangan dalam tim terutama dalam duel fisik dan perebutan bola di udara.
Dengan postur yang menjulang Struick pasti memberikan sedikit rasa jengah bagi pemain belakang tim-tim dari Asia. Meski bertubuh tinggi menjulang, Struick juga mempunyai kelebihan lainnya yaitu gerakan yang eksplosif. Rata-rata orang bertubuh tinggi menjulang agak pemalas dan kurang lincah.
Semalam, STY telah membuktikan bahwa Struick telah menjadi pembeda di lapangan dengan torehan dua gol yang sangat berkelas. Gol pertama memanfaatkan bola muntah dari pemain belakang korea ia melesakkan tembakan dari luar kotak penalti yang berujung gol. Bola tendangan Struick meluncur deras dan melengkung menuju pojok gawang Korea selatan. Gol yang berkelas dari pemain yang sejak kecil bermain di Eropa ini.
ADVERTISEMENT
Begitupula gol kedua setelah Korea Selatan menyamakan kedudukan. Pergerakan Struick dalam mengejar umpan lambung Ivar Jenner membuat pemain belakang Korea Selatan gugup untuk mengantisipasi pergerakannya. Kegugupan yang bisa dimanfaatkan dengan dingin dan cerdas oleh Struick dengan menceploskan bola melalui kolong kiper yang sudah panik.
Apa yang ditunjukkan oleh pemain belakang Korea Selatan dalam mengawal Struick adalah kegugupan karena melihat postur dan kegesitan Struick yang terlihat sebagaimana pemain Eropa. Postur tubuh Struick ini tentunya memberikan teror mental tersendiri bagi orang Asia.
Inilah kejelian STY dimana ia selalu memainkan Struick berdampingan dengan Witan Sulaiman yang lincah dan bertubuh tak terlalu tinggi. STY berharap untuk mengantisipasi bola udara Struick akan merepotkan para pemain belakang lawan. Ia juga sering bergerak membuka ruang bagi tandemnya itu dengan memancing bek lawan untuk mengantisipasi gerakannya.
ADVERTISEMENT
Kini publik sepakbola kita saya kira sudah memahami peran Rafael Struick di Timnas. Sepakbola bukan hanya soal skill tapi bagaimana beradu fisik juga perlu menjadi perhatian bagi sebuah tim jika ingin bisa bersaing dengan lawannya.
Kita bisa mengambil contoh dari tim Amerika Latin, bahwa postur tubuh pemain mereka selalu menyertakan keberadaan pemain yang tinggi dan besar. Kita lihat saja Brazil ataupun Argentina, meski beberapa pemainnya yang berskill tinggi berukuran tidak tinggi postur tubuhnya namun selalu didampingi dengan pemain yang berpostur tubuh tinggi di semua lini.
Hal ini sepertinya dianut oleh STY di Timnas Garuda. Ramuan pemain lokal yang lincah dan keturunan yang berpostur tinggi dan taktis telah membuat Timnas Garuda melambung lebih tinggi di piala Asia U-23. Bravo Timnas.
ADVERTISEMENT