TV Siaran dari Bulan Belum Tersaingi Live Streaming Online

Afgiansyah
Praktisi dan Akademisi Komunikasi Media Digital dan Penyiaran. Co-Founder Proxymedia.id // Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana, Universitas Indonesia, dan Universitas Paramadina.
Konten dari Pengguna
15 Juni 2022 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afgiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi siaran TV pendaratan manusia di bulan. Sumber: Pribadi
TV siaran dari bulan belum tersaingi live streaming online. Ini fakta walaupun sekarang semua orang bisa live streaming online. Mulai dari Youtube, Facebook, Instagram, hingga TikTok menyediakan fasilitas live streaming atau bersiaran langsung. Sangat mudah. Orang zaman sekarang tidak perlu repot-repot mencari cara supaya bisa ikut tayangan televisi untuk bersiaran. Tapi ternyata belum pernah ada live streaming online dari bulan bahkan hingga lebih dari 50 tahun setelah televisi menyiarkan pendaratan langsung manusia di sana. Kenapa?
ADVERTISEMENT
Bayangkan, jika kita jadi astronaut lalu mendarat di bulan, mungkin hal pertama yang kita lakukan adalah mengeluarkan smart phone lalu buru-buru Instagram live story dengan latar belakang planet bumi. Semudah itukah? Tunggu dulu. Jangankan di bulan. Jika kita berhasil mendaki puncak tertinggi gunung Everest di perbatasan Cina dan Nepal kemudian ingin membagikan moment berharga itu live di TikTok, kemungkinan besar tidak akan kejadian karena tidak ada sinyal.
Lalu bagaimana Neil Armstrong bisa bersiaran langsung dari bulan pada tahun 1969? Tentunya tidak semudah mengeluarkan telepon genggam karena memang belum ada pada masa itu. Sebelum pendaratan spektakuler dalam sejarah manusia itu diabadikan dengan disaksikan secara langsung oleh pemirsa televisi di seluruh dunia, para astronaut harus mengaktifkan antena pemancar televisi di atas pesawat pendarat. Lalu, sebelum menjejakkan kaki pertama kali di bulan, Neil Armstrong harus membuka kamera video berlapis kertas emas di bawah tangga pesawat agar langkahnya terekam. Ini bisa dibilang seperti video selfie pertama kali di luar bumi.
ADVERTISEMENT
Video selfie Neil Armstrong memang tampak sangat rumit dari sudut pandang anak sekarang. Tapi di balik siaran langsung televisi dari misi ke bulan itu, ada pengaturan yang lebih rumit lagi sampai akhirnya bisa terjadi. Dimulai dari kepentingan publisitas Amerika Serikat (AS) menunjukkan superioritas di ruang angkasa mengungguli saingannya Rusia (pada masa itu masih tergabung dalam Uni Soviet), perancangan teknologi kamera khusus yang melampaui zamannya, kalkulasi transmisi beragam data dari pesawat antariksa Apollo 11 dengan frekuensi sangat terbatas, hingga penerimaan sinyal video dari bulan ke titik terdekat di bumi pada saat mereka menjejakkan kaki.
Live streaming online juga sebenarnya melalui rangkaian proses teknis yang cukup rumit. Namun hal paling mendasar yang dipahami awam bisa atau tidaknya proses ini terjadi adalah ketersediaan koneksi internet atau sinyal jika menggunakan telepon pintar. Apakah ketiadaan sinyal jadi penyebab siaran televisi dari bulan belum tersaingi live streaming online?
ADVERTISEMENT

Persiapan Siaran TV dari Bulan

Mari kita lihat kembali bagaimana lembaga antariksa NASA yang mengirim manusia ke bulan pada 5 dekade lalu mempersiapkan siaran langsung televisi dari bulan. Seperti live streaming online yang dilakukan orang awam, hal pertama yang jadi perhatian adalah sinyal. Siaran televisi pada dasarnya memancarkan sinyal audio visual agar bisa diterima oleh antena di rumah-rumah buat ditonton oleh pemirsa. Nah, untuk mengirimkan gambar dari bumi ke bulan, tentunya diperlukan antena pemancar untuk mengirimkan sinyal. Ini tidak mudah.
Pada masa sekarang, mengakses internet melalui telepon seluler bisa terjadi karena adanya pemancar dan penerima sinyal dari operator seluler. Alat yang paling dikenal oleh awam adalah base transceiver station (BTS). Di luar ruangan, alat ini diletakkan di menara-menara yang dibangun oleh operator seluler. Jika telepon seluler kita berada dalam jangkauan BTS, maka kita akan memperoleh sinyal sehingga bisa mengirim dan menerima data baik teks, gambar, hingga video.
ADVERTISEMENT
Di bulan tentunya tidak ada antena pemancar untuk berkirim sinyal. Untuk bisa bervideo selfie dari bulan, Neil Armstrong beserta rekannya Buzz Aldrin harus membawa antena pemancar sendiri. Bayangkan, ketika Anda ingin melakukan Facebook Live lalu harus membawa BTS sendiri. Kurang lebih inilah yang dilakukan oleh kedua manusia pertama yang mendarat di bulan itu. Jika di bumi saja sudah sangat repot untuk membawa-bawa BTS ketika kita ingin live streaming, maka kerepotan itu akan bertambah ribuan kali lipat ketika harus membawa antena pemancar ke bulan.
Mengutip website science and media museum, pada awalnya sempat ada perdebatan di NASA mengenai perlunya siaran televisi dari bulan mengingat peralatan yang akan menambah beban pesawat antariksa. Tentunya pesawat ke bulan dirancang seringan mungkin, jauh lebih ringan dari pesawat penumpang komersial. Bandingkan saja dengan pesawat komersial keluaran Boeing atau Airbus yang memuat sekitar 100 penumpang, berat kosongnya mencapai 45.000 kg. Mengutip dari website NASA, pesawat pendarat manusia ke bulan atau “lunar module” dirancang dengan berat sekitar 2.000 hingga 2.400 kg saja.
ADVERTISEMENT
Membawa kamera televisi ke bulan pada tahun 1969 menjadi perdebatan. Pada masa itu, berat kamera televisi standar sekitar 100 kg. Jadi, jangan bayangkan kamera pada masa sekarang apalagi bicara kamera mirror less atau telepon pintar yang beratnya kurang dari setengah kilogram. Namun karena kepentingan publikasi memenangkan supremasi antariksa AS, kamera pun dirancang khusus oleh NASA. Alhasil, tercipta kamera produksi Westinghouse seberat 3,2 kg menggunakan teknologi militer paling canggih pada masa itu sehingga bisa mengambil gambar dengan cahaya sangat terbatas serta tahan pada suhu ekstrem baik panas maupun dingin.
Selain kamera, antena pemancar sinyal juga dibuat khusus. Dirancang seperti payung, piringan antena terbuat dari kawat emas sangat tipis hingga setengah helai rambut manusia. Mengutip dari website science and media museum, kawat emas yang menjadi piringan antena ini jika diurai akan terbentang sepanjang 61 km. Lalu melalui antena ini dipancarkan sinyal televisi ke bumi. Apakah sinyal dari bulan ini langsung diterima pemirsa TV? Belum, jalannya masih panjang.
ADVERTISEMENT
Kalau kita mau siaran langsung melalui live streaming di Youtube, cukup dengan klik “go live”, maka seluruh dunia akan bisa menonton. Siaran langsung dari bulan tidak semudah itu. Setelah beberapa langkah rumit dan beragam peralatan khusus tadi, diperlukan antena penerima di bumi sebelum dipancarkan ke pemirsa televisi di rumah. Posisi antena di bumi harus sejajar antena pemancar di bulan. Jangan lupa, bumi dan bulan sama-sama berputar. Menyamakan posisi antena bukan hal mudah. Untuk siaran pertama kali dari bulan, sinyal harusnya diterima oleh antena berlokasi di California, AS. Namun posisi meleset. Ketika mendarat di bulan, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin harusnya tidur dulu di dalam pesawat. Tapi mereka tidak sabar untuk keluar. Karena posisi bumi dan bulan belum pas, sinyal siaran televisi dari bulan tertangkap sangat lemah dari California. Untungnya, ada antena penangkap lain yang disiapkan di Australia. Dari benua inilah akhirnya siaran dari bulan pertama kalinya dipancarkan ke seluruh dunia pada 20 Juli 1969.
ADVERTISEMENT
Hingga tahun 2022, siaran televisi dari bulan belum tersaingi oleh live streaming online. Kenapa? Jawabannya jelas bukan karena sinyal. Seperti yang dilakukan oleh NASA lebih dari 50 tahun lalu, astronaut masa sekarang tentunya akan membawa perangkat pemancar ke bulan. Namun manusia belum pernah lagi ke bulan sejak pendaratan terakhir pada tahun 1972. Jika nanti terjadi lagi misi ke bulan, tentunya teknologi live streaming menjadi pilihan mengingat kemampuan pengiriman video berkualitas tinggi dalam data digital yang efisien untuk dikirimkan secara langsung di bumi.