Bipang: Konteks, Simbol, dan Pemaknaan

I Aeni Muharromah
I.Aeni Muharromah, lulusan Universitas Padjadjaran Bandung, bekerja sebagi humas ahli madya BATAN, juga dosen di UNPAM Tangsel. Karya tulisnya dimuat di berbagai Jurnal dan bunga rampai. Menulis bagian yang tidak terpisahkan dari keg humas
Konten dari Pengguna
21 Mei 2021 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Aeni Muharromah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bipang Ambawang, babi panggang khas Kalimantan. Foto: Instagram/@bipangambawang
zoom-in-whitePerbesar
Bipang Ambawang, babi panggang khas Kalimantan. Foto: Instagram/@bipangambawang
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bipang Ambawang mendadak populer
Konteks kalimat dan juga simbol sangat berpengaruh pada proses pemaknaan dan informasi yang tersampaikan. Akhir-akhir ini Bipang Ambawang menjadi trending dan viral. Dikarenakan disebut nama Bipang Ambawang disebut oleh presiden maka baik langsung atau tidak langsung menaikkan omzet dan popularitas restoran yang menjadikan makanan berbahan babi.
ADVERTISEMENT
Olahan makanan yang berbahan babi bukan hanya bipang di Menado banyak kuliner babi namun akhir-akhir ini kalah pamor dengan Bipang Ambawang akibat pemberitaan ajakan presiden melalui chanel YouTube dalam rangka hari BBI Bangga Buatan Indonesia menjadi viral dan riuh dibicarakan akhir-akhir ini terutama di medsos.
ADVERTISEMENT
Secara konteks promosi dalam rangka menyambut hari BBI tentu saja Presiden menyebutkan nama-nama beraneka macam makanan favorit beragam dari daerah dan suku bangsa. Ini sedikitpun tidak membuat rancu atau interpretasi beragam.
Kalau dikaitkan dengan momentum lebaran apalagi diawali dengan introduksi “....sebentar lagi lebaran...” tentu saja target audience nya mereka yang merayakan lebaran alias muslim. Bertepatan dengan hari-hari akhir lebaran maka memesan makanan secara online dengan item Bipang Ambawang kurang tepat. Kalimat pendahuluannya adalah “sebentar lagi lebaran...” menggiring pemaknaan untuk kaum muslimin yang sedang menyambut lebaran. Video menjadi viral karena dianggap janggal mempromosikan makanan non-halal menjelang Lebaran. Beragam respons pun bermunculan dari masyarakat.
Trending topik
Ucapan Jokowi tersebut masuk trending topik nasional pada Sabtu (8/5). Mengklarifikasi itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menyebut tidak ada yang salah dari pernyataan Jokowi. Pimpinan harus merangkul semua suku, ras, dan agama termasuk ragam aneka makanan nusantara yang sedang dipromosikan. Tidak ada yang salah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman menyebut yang dimaksud Jokowi bukan babi panggang (bipang), melainkan bepang/jipang, makanan ringan khas Kalimantan Selatan. "Ini Bipang (atau Bepang atau Jipang) yang saya kenal di kampung saya Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bipang Kalimantan makanan dari beras dengan gula, makanan saya dari kecil hingga sekarang kalau pulang kampong,” ujarmya.
Berbeda dengan Menteri perdagangan Muhammad Lutfi meminta maaf melalui media masa dan TV nasional dan mengajak masyarakat untuk melihat konteks pidato Presiden secara keseluruhan. Ia mengatakan, isi pidato Presiden ditujukan untuk seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya yang memiliki kekayaan kuliner Nusantara dari berbagai daerah. Setiap makanan memiliki kekhasan dan menjadi makanan favorit lokal.
ADVERTISEMENT
"Jadi sekali lagi, kuliner khas daerah yang disebut Bapak Presiden dalam video tersebut adalah untuk mempromosikan kuliner nusantara yang memang sangat beragam," ujar dia. Menteri Lutfi juga mengajak masyarakat untuk bangga dan mempromosikan kuliner Nusantara yang beragam sehingga bisa menggerakkan ekonomi terutama UMKM. Sebagai penanggung jawab acara tersebut, Kemendag memastikan tidak ada maksud apa pun dari pernyataan Presiden. "Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin agar kita semua bangga terhadap produksi dalam negeri termasuk berbagai kuliner dari khas daerah dan menghargai keberagaman bangsa," ujar M Lutfi sebagaimana dilansir Mentri Perdagangan mohon maaf sebesar-besarnya bila terjadi kesalahpahaman karena niatnya hanya ingin agar kita semua bangga terhadap produksi dalam negeri termasuk kuliner daerah, tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sisi Linguistik
Dipandang dari sisi linguistik bahwa konteks yang terucap akan memberikan pengertian dan makna yang berbeda. Mungkin sedikit beda dengan momen menyatakan sebentar lagi lebaran yang makna keseluruhan diusung dengan persiapan lebaran meskipun dilarang mudik namun bisa membeli makanan favorit melalui online. Kemenag mengangkat tema bangga beli produk Indonesia kurang tepat bila makanan bipang menjadi salah satu item yang ditawarkan momen lebaran. Sekalipun pada tanggal 13 Mei juga merupakan hari diangkatnya yesus ke surga namun diawal narasi disebutkan “sebentar lagi lebaran” adalah kalimat pertama yang diucapkan maka makna yang pertama ditangkap adalah momen lebaran, tidak boleh mudik, beli makanan favorit melalui online salah satunya adalah bipang.
Bipang adalah simbol makanan haram untuk orang muslim maka penyebutan contoh item makanan yang dipromosikan dalam konteks lebaran kurang tepat. Gantikan saja dengan makanan yang tidak menjadi simbol tersebut. Sebut saja Sotong Pangkong dari Kalimantan Barat yang bahan dasarnya adalah cumi-cumi laut. Kolo dari NTT yang bahan bakunya beras.
ADVERTISEMENT
Screening Yang Baik
Narasi yang akan diucapkan presiden sudah pasti harus melalui screening yang baik. Kemenag selalu menanggungjawab kegiatan dengan filter humas bisa membuat narasi yang agak panjang akan lebih tepat bila ingin memuat dan menyasar audien yang lebih luas misalnya untuk momen lebaran ditujukan untuk kaum muslimin dengan mengganti item bipang dengan makanan lain yang halal. Kemudian alinea lain bisa saja menyebutkan Bipang Ambawang untuk mereka yang mengkonsumsinya. Narasi bisa seperti ini:
"Sebentar lagi Lebaran. Namun karena masih dalam suasana pandemi, pemerintah melarang mudik untuk keselamatan kita bersama. Nah, Bapak, Ibu, Saudara-saudara, yang rindu kuliner daerah atau mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Yogya, bandeng Semarang, siomay Bandung, pempek Palembang, Sotong Pangkong, dan lain-lainnya tinggal pesan dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah. Untuk kaum kristiani yang akan memperingati kenaikan Yesus dan rindu Bipang Ambawang silahkan tinggal pesan”.
ADVERTISEMENT
Dari narasi satu alinea di atas menjadi lebih terang dan tidak memancing salah pemaknaan. Para jubir presiden juga hendaknya memberikan keterangan yang jelas dan seragam, jangan memberikan keterangan yang berbeda sehingga membingungkan publik. Hal ini juga bisa menimbulkan penafsiran yang beragam. Kejadian ini jelas memperlihatkan kelemahan tim komunikasi lembaga. Yang perlu digarisbawahi lagi adalah screening narasi yang akan disampaikan harus berjalan dengan baik sehingga pesan dapat sampai sebagaimana harapan komunikan.
**I Aeni Muharromah - Humas Batan