Haram Food Jogja: Bima Kroda dan Memori akan Rumah

I Ketut Aditya Prayoga
Tulisan-tulisan ini tidak akan jauh-jauh dari penugasan saya sebagai mahasiswa Prodi Pariwisata FIB UGM
Konten dari Pengguna
16 Desember 2023 22:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Ketut Aditya Prayoga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi mahasiswa rantauan memiliki tantangannya tersendiri. Terutama bagi saya yang terkadang rindu akan kenangan dan kebersamaan keluarga di rumah. Beberapa cara telah saya coba untuk menghilangkan rasa homesick tersebut mulai dari mengikuti berbagai kegiatan di kampus hingga mengobatinya dengan mencari sesuatu yang khas rumah untuk dinikmati. Makanan adalah jurus jitu obat tersebut. Sebagai perantau di Jogja, saya sangat bersyukur sudah banyak makanan kampung halaman saya yang bisa dinikmati. Mendengar hal tersebut mungkin teman-teman bisa menebak saya dari mana, ya saya dari Bali dan kini berkuliah di salah satu kampus di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Minggu lalu, tepatnya Rabu, 6 Desember 2023 rasa homesick itu kembali datang dan yang teringat oleh saya adalah Bima Kroda. Warung makan babi guling yang kawan-kawan saya dari Bali sampaikan menjadi babi guling terenak yang ada di Jogja. Tak perlu lama mempertimbangkan, saya langsung meluncur ke Bima Kroda yang berada di Jalan Sorowajan Baru No.116C, RT.12/RW.11, Modalan, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul. Kira-kira butuh waktu 20 menit untuk sampai dari pusat kota.
Warung makan Bima Kroda tampak depan | Sumber: tripadvisor.com
Betapa senangnya saya, baru memarkirkan motor kala itu telah disambut asap bau gurih pembakaran sate babi. Tak salah lagi mengapa bisa langsung tercium oleh saya karena letak tungku pembakarannya memang agak menjorok di depan bangunan. Masuk ke dalam warung, tampak, ruang makannya cukup luas walaupun penerangannya sangat minim. Saya pun langsung menuju ke kasir untuk melakukan pemesanan.
ADVERTISEMENT

Semua Gara-Gara Asap Sate

Saat memilih-memilih menu, saya kebingungan karena awalnya saya ingin membeli nasi be guling plus sate, tapi entah mengapa yang saya checklist adalah nasi sate babi yang mana itu sangat berbeda. Sampai menunggu makanan datang, saya belum menyadari kesalahan tersebut. Hidangan perlahan datang, dimulai dari minuman yakni cola es yang dilanjutkan dengan pelayan datang membawa 2 ingke (piring dari rotan khas bali) yang satunya berisi nasi dan di sisi satunya berisi 5 sate babi ukuran yang cukup besar.
Jelas melihat hidangan utama tersebut tiba di meja saya, membuat saya kebingungan karena bukan ini masakan yang saya inginkan di benak saya saat memilih-milih. Pelayan cukup komunikatif dan sempat menanyakan apakah ini benar pesanan saya? Jawaban saya yang kurang meyakinkan dan saya sempat mengucapkan " saya ingin nasi be guling sebenarnya mbok", mungkin membuat pelayan tadi sadar hingga menawarkan jika saya bisa menambah menu dengan hanya membeli lauk dari nasi be guling mengingat sudah ada nasi dari nasi sate babi tadi.
ADVERTISEMENT
Saya pun menyetujuinya. Sembari menunggu tambahan menu tadi, saya terus memikirkan bagaimana kekeliruan yang saya lakukan bisa terjadi padahal saya sudah memiliki rencana yang matang dari kost untuk membeli nasi be guling plus sate.
Akhirnya saya sadar!

Penilaian Berdasar Preferensi Penulis

Menu makanan yang saya beli di Bima Kroda | Sumber: dokumentasi pribadi
Hidangan sudah lengkap, sebelum memakannya seperti biasa saya awali dengan berdoa. Suapan pertama saya langsung menuju ke sate babi yang ukurannya sangat besar ketimbang sate babi yang pernah saya makan di Bali. Rasa rempah bumbu merahnya terasa walaupun rasa cenderung sedikit manis. Tekstur dagingnya moist dan kekenyalannya cocok di saya karena tidak terlalu kenyal dipadu kondimen sambal Bali semakin menggugah nafsu makan saya.
ADVERTISEMENT
Beralih ke lauk be gulingnya, ada beberapa lauk serta kondimen yang sifatnya kering di seperti jukut (sayur) kacang panjang, daging babi guling, jukut don (daun) singkong, paru goreng, daging babi goreng, sambal, dan tidak lupa sate babi. Jadi, total saya memakan sate babi adalah 6 tusuk.
Seperti di Bali, lauk serta kondimen di atas didominasi penggunaan base genep atau bumbu lengkap yang terdiri dari lengkuas, kencur, cabai merah, jahe, bawang merah, bawang putih, kunyit, serai, ketumbar, dan kemiri. Kondimen yang saya rasakan memakai base genep diantaranya jukut kacang panjang, jukut don singkong, serta daging babi. Walaupun begitu, cita rasa dari masing-masing kondimen tersebut beragam karena dipengaruhi juga oleh tekstur serta rasa bawaan bahan.
ADVERTISEMENT
Warna dari makanan ini terlihat memang kurang memanjakan mata dan hanya tertolong warna oranye dari sambalnya. Oiya, saya masih belum yakin dengan tipe sambal yang digunakan karena jika disebut sambal matah, sambalnya tidak ada serai dan tidak ada rasa terasinya. Namun, cenderung sambal cabe dan bawang merah yang berminyak. Sementara itu, daging babinya termasuk yang dry dan lemaknya sedikit dan itu tipe yang saya suka. Jukut don singkong terasa keras saat dikunyah, sedangkan jukut kacang panjangnya pas dari potongannya. Tekstur gurih-gurih kemudian saya dapatkan dari paru goreng yang luarnya crispy dalamnya lembut dan daging babi goreng.
Sedari tadi kita membahas lauk serta kondimen kering, kali ini kita beranjak untuk membahas kuah balung (iga babi). Iya, lagi-lagi bumbu dasar yang digunakan adalah base genep. Tipe kuahnya termasuk yang light dan ringan saat dicampur dengan nasi. Sayangnya, saya tidak terlalu menyukai dan tidak bisa memakan iga babi. Saya bingung bagian mana yang harus dimakan mengingat terlihat hanya ada tulang saja. Jadi, saya hanya berfokus pada kuahnya saja sebagai campuran untuk nasi. Cola menjadi pilihan saya untuk menemani hidangan hari ini karena minuman khas Bali yang tersedia di Bima Kroda hanya ada kopi Bali dan saya tidak terlalu bisa minum kopi.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan untuk hidangan nasi be guling lengkap plus nasi sate dan minum saya beri nilai

Kebiasaan Last Bites

Kebiasaan Last bites | Sumber: dokumentasi pribadi
Oiya lupa, suapan terakhir bagi saya adalah puncak kenikmatan dari sebuah proses makan itu sendiri. Maka dari itu, pilihan kondimen yang menjadi last bites adalah sate babi 1 tusuk dan tentunya kulit babi yang ngeritik saat digigit. Bisa dibayangkan kunyahan terakhir menjadi surga dunia!

Jajanan yang diTake-Away

Klepon dan rujak mangga Bima Kroda | Sumber: dokumentasi pribadi
Ada momen unik juga yang saya alami saat pergi ke kasir untuk membayar tagihan. Momen tersebut saat pak kasir bertanya kepada saya seperti ini
“ Adik anaknya ………………..ya?”
“ Bukan pak, saya hanya mahasiswa rantauan” ujar saya
Pak kasir mengira saya adalah anak dari temannya dan berujung beliau bertanya saya berkuliah dimana hingga beliau tahu salah satu dosen di fakultas saya. Momen unik lainnya adalah gagal fokus bagian dua dimana saat akan melakukan pembayaran saya baru menyadari terdapat display rujak mangga di kulkas dan klepon di rak. Melihat dua jajanan tersebut membuat saya ingin bungkus dua menu itu untuk saya bawa saat kerja kelompok di sore harinya. Pak kasir pun menghitung belanjaan saya, total harga untuk seluruh menu yang saya beli sekitar 60 ribuan, maaf saya lupa memfoto daftar harga menu yang saya beli, tetapi bagi saya harga segitu sangat worth it.
ADVERTISEMENT
Makan siang hari itu, sangat membuat saya senang, bukan hanya karena makanannya yang telah mengobati kerinduan saya. Akan tetapi, saya juga bisa menikmati atmosfir Bali suasana yang ditampilkan Bima Kroda melalui alunan musik Gus Teja yang mengayun-ayun. Interaksi sesama saudara dari Bali juga menjadi salah satu momen yang ada kesenangannya tersendiri. Jauh hanya kesenangan saya juga merefleksikan perjalanan makan siang saya untuk lebih mensyukuri proses hidup saya sebagai perantau, berkaca dari sebuah warung makan Bima Kroda yang telah membagi kebahagian bagi saya.
Salam Ngeritik!