Uniknya Tradisi Pemakaman Desa Trunyan

Adinda Tasya Mutiara
Journalism Student of Polytechnic State Jakarta.
Konten dari Pengguna
16 Juni 2022 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Tasya Mutiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Desa Trunyan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Desa Trunyan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak sekali kebudayaan unik di tanah air yang masih bertahan sampai era globalisasi ini. Salah satunya berasal dari Provinsi Bali yang kaya akan budaya, adat, dan alam indahnya.
ADVERTISEMENT
Inilah pengalaman dirimu, mengidamkan berlibur ke Bali yang melimpah akan wisata alamnya. Namun siapa sangka, ketika sampai disana kamu justru menemukan sisi unik dibalik keindahan pulau seribu pura tersebut.
Menemukan Desa Trunyan, tempat wisata yang terkenal dengan tradisi pemakaman menarik. Mengandung suasana mistis dan misterius, tetapi merupakan bagian unik dan tidak terpisahkan dari unsur tradisi itu sendiri.
Desa yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini memakamkan orang yang sudah meninggal dengan tidak menguburkannya. Kamu terdiam dan berfikir, bukankah masyarakat Bali menggunakan prosesi ngaben untuk memakamkan orang yang sudah tiada.
Tetapi itulah uniknya Desa Trunyan, mereka membiarkan mayat di permukaan tanah dangkal. Diletakkan berjajar rapi dengan mayat lainnya yang ditutup menggunakan kain pembungkus dan anyaman bambu. Walaupun dibiarkan begitu saja, mayat tersebut tidak mengeluarkan bau busuk karena adanya pohon taru menyan.
ADVERTISEMENT
Kamu merasa kagum melihat tradisi yang sangat berbeda dari asalmu. Ditambah, kamu melihat ada proses perpindahan mayat lama karena adanya mayat baru. Diawali dengan upacara pembersihan, memandikan dengan air hujan dan diletakkannya di permukaan tanah.
“Rasanya kagum, ternyata masih ada tradisi unik yang berbeda dari asalku. Aku jadi tau, ternyata masih ada tradisi di zaman modern ini,” ucapmu dengan bahagia.
Desa Trunyan dan pemakaman tersebut berada di posisi yang berbeda. Untuk sampai ke pemakaman harus menyeberangi danau. Ketika sampai, akan adanya arahan oleh penjaga mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama berada di area pemakaman.
Kamu mendengarkan penjelasan penjaga, bahwa pengunjung tidak boleh berkata kasar dan membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu, kamu langsung tidak bertingkah sembrono dan mengikuti peraturan.
ADVERTISEMENT
Bagimu, hal itu adalah bentuk saling menghormati perbedaan tradisi yang ada di Indonesia.
“Waktu ke Desa Trunyan, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan. Aku mengikutinya, karena itu bentuk saling menghormati,” katamu menjelaskan.
Oleh sebab itu, kamu mengharapkan di era globalisasi ini, tradisi yang ada harus dihormati dan dihargai. Keunikan kebudayaan perlu dijaga sebagai ciri dan kekuatan bangsa Indonesia. Budaya berkembang, Indonesia terjaga keasliannya dalam waktu yang lama.
(Adinda Tasya Mutiara/Politeknik Negeri Jakarta)